• ANTARA KITAB TAURAT, TALMUD DAN DOKTRIN YAHUDI ANTARA KITAB TAURAT, TALMUD DAN DOKTRIN YAHUDI
    By : Anas el Malawy

    Pendahuluan
    Islam adalah agama samawi (langit) yg suci. Munculnya nama Islam sebagai agama sejak terangkatnya Nabi Muhammad saw sebagai Rasul Allah dengan membawa ajaran tauhid, sebagaimana ajaran agama-agama samawi sebelumnya. Kendatipun demikian, para Rasul terdahulu yang membawa ajaran tauhid juga disebut sebagai Muslimun (orang-orang yg menyerahkan diri pada Allah). Hanya saja agama yang mereka peluk tidak diketahui dengan jelas namanya. Sebagian ulama mengatakan bahwa agama samawi terdahulu hanya dikenal sebagai agama tauhid.
    Semua Rasul, dari Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw membawa ajaran tauhid. Hanya saja uris prodensi-nya (syariatnya) yang berbeda. Demikian itu karena masing-masing Rasul memperoleh risalah ilahiyyah (ajaran Tuhan) disesuaikan dengan sikon sosial dan politik yang ada waktu itu.
    Setiap Rasul yang datang belakangan meneruskan dan menyempurnakan ajaran para Rasul sebelumnya, serta menghilangkan ajaran-ajaran (berdasarkan wahyu) yang dianggap sudah tidak efisien lagi dengan zamannya. Hingga agama Islam pantas disebut agama penyempurna ajaran-ajaran samawi terdahulu. Allah berfirman:”... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al Maidah: 3).
    Islam mengajarkan bahwa Allah swt menurunkan wahyu kepada para Rasul-Nya dalam bentuk qaulie (wahyu yg tidak tertulis) dan kitabie (wahyu tertulis). Di antara wahyu tertulis yang harus diketahui dan dipercayai oleh setiap Muslim adalah kitab Taurat (diturunkan pada Nabi Musa as), Zabur (Nabi Dawud as), Injil (Nabi Isa as) dan al Qur’an (Nabi Muhammad saw). Selain itu ada juga Shuhuf Musa as dan Shuhuf Ibrahim as (wahyu tertulis dalam lampiran atau lempengan)
    Dari sekian jumlah kitab suci tersebut, kesemuanya telah mengalami perubahan oleh tangan-tangan jahil musuh Allah swt kecuali al Qur’an yang eksisitensinya dan keutuhannya dijaga langsung oleh Allah swt. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al Hijr: 9).
    Perubahan dan penyalinan kalam ilahi (wahyu Allah) dengan kalam basyarie (ucapan manusia) terus dilakukan oleh musuh-musuh Allah demi kepentingan-kepentingan tertentu. Hingga decade ahir ini muncul istilah kitab bible yang dikultuskan oleh kelompok Yahudi dan Nasrani. Di mana -jika dicermati- bible merupakan gabungan tiga kitab suci (Injil, Taurat 7 Zabur) tersebut di atas yang telah dirubah keasliannya oleh tangan-tangan musuh Allah dan disalin dengan pendapat-pendapat para rabby (pendeta).
    Allah berfirman:” Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu adalah karena mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung." Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan” (QS. Aly Imran: 23-24).
    Dalam ayat berikutnya Allah menjelaskan: “Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui” (QS. Aly Imran: 78).

    Kitab Taurat Menurut Al Qur’an
    Taurat adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa as. sebagaimana firman Allah swt: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (QS. Al-Maa-idah: 44).
    Sebagaimana pula dinyatakan dalam Alquran, isi Taurat di kemudian hari telah dirubah dengan penambahan perkataan manusia. Itulah mengapa di zaman sekarang telah dijumpai “Taurat yang telah dirubah”. Allah berfirman: ”Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. Sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus. (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya[407], dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Maidah: 13-14).
    Dalam ayat berikutnya jug berfirman: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam." Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?." Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” ((QS. Al Maidah: 17).

    Ajaran Taurat Dalam Al Qur'an
    Dalam sejarahnya, Nabi Musa as. sebelum menerima wahyu terlebih dahulu melihat api di bukit Tuur Saina' . Saat melihat api itu ia pingsan karena tidak kuat menahan pancaran cahaya yang dipantulkan. Kemudian ia turun dari bukit dan menceritakan peristiwa tersebut kepada keluarganya seraya meminta agar mereka menetap di bawah bukit Tuur Saina' tadi. Tidak lama kemudian ia mendatangi sunber keluarnya api tadi. setelah sampai di sana, ia mendengar ada suara yang memanggil namanya "Hai Musa! Sesungguhnya Aku inilah Allah, Tuhanmu, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa".
    Setelah mendengar suara yang tanpa ada rupa tadi dan ia sadar bahwa sumber suara datangnya dari Tuhan pencipta alam, ia mulai yakin bahwa dirinya adalah pengemban amanat besar dari Tuhan untuk disampaikan kepada kaumnya. Setelah ia merasa akan kebenaran suara tadi yang ternyata adalah wahyu Ilahi, Allah pun mengajak dialog dengannya seraya menanyakan apa yang dipegang oleh Musa "Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?" Ia yang merasa senang dan gembira karena bisa berdialog langsung dengan Allah, Tuhan semesta alam, ingin berlama-lama dalam dialognya. Sehingga pertanyaan Allah tadi tidak sekedar dijawab dengan singkat, tetapa ia dengan ungkapan yang sangat panjang seraya berkata "Ini adalah tongkatku, aku bersandarkan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya".
    Kemudian Allah berkata padanya:"Allah berfirman: Lemparkanlah tongkatmu, hai Musa!" Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak sepertinya ia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. Namun ia kemudian dipanggil oleh Allah: "Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku. Peganglah kembali tpngkatmu dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya seperti keadaannya semula dan kempitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula) untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar. Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas". Mendapat perintah tersebut Musa merasa akan menghadapi kesulitan yang maha besar, hingga ia memohon pada Allah "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku untuk menghadapi Fir'aun dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku,dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami".
    Allah pun mengabulkan permintaannya seraya berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa. Dan sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain, yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, Yaitu: Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku (Maksudnya: setiap orang yang memandang Nabi Musa a.s. akan merasa kasih sayang kepadanya) dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku, (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir'aun): Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya? Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia (ialah seorang bangsa Qibthi yang sedang berkelahi dengan seorang Bani Israil, sebagaimana yang dikisahkan dalam surat Al Qashash ayat 15), lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan (Nabi Musa a.s. datang ke negeri Mad-yan untuk melarikan diri, di sana dia dikawinkan oleh Nabi Syu'aib a.s. dengan salah seorang puterinya dan menetap beberapa tahun lamanya), kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan (maksudnya: Nabi Musa a.s. datang ke lembah Thuwa untuk menerima wahyu dan kerasulan) hai Musa, dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku. Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".
    Musa kembali berdoa memohon petunjuk, tapi kali ini ia bersama saudaranya Harun. meraka berkata: ""Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas. Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka (Bani Israil di waktu mereka berada di Mesir adalah dibawah perbudakan Fir'aun. Mereka dipekerjakan untuk mendirikan bangunan-bangunan yang besar dan kota-kota dengan kerja paksa. Maka Nabi Musa a.s. meminta kepada Fir'aun agar mereka dibebaskan). Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. (lihat QS. Thaaha: 9-48 & Al Naml: 7-12). Setelah peristiwa tersebut, mereka berdua pergi menghadap Fir'aun dan menyampaikan semua pesan Allah untuk mengajak Fir'aun mentauhidkan Allah.
    Dari cerita tersebut, dapat diketahui bahwa ajaran syariat yang dibawa oleh Nabi Musa as adalah 1). Menyembah dan Meng-esakan Allah swt. 2). Mendirikan shalat. 3). Iman adanya hari kiamat. 4). Percaya adanya hari kebangkitan. 5). Percaya adanya balasan amal. 6). Percaya adanya syetan sebagai penggoda insan dalam beribadah. 7). percaya adanya surga dan neraka. 8). Percaya adanya wahyu Tuhan 9). Percaya adanya mukjizat bagi para utusan Allah. 10). Percaya akan kekuatan doa.

    Kitab Taurat Menurut Ahli Kitab
    Kata Taurat sendiri sebenarnya berarti pengajaran Tuhan. Kata ini diterapkan kepada Kesepuluh Hukum (Dasa Titah). Orang Samaria mengakui kelima kitab Taurat ini sebagai kitab suci mereka, namun mereka menolak kitab-kitab lainnya yang terdapat di dalam Perjanjian Lama.
    Kitab Taurat atau Torah dalam bahasa Ibrani adalah lima kitab pertama Tanakh atau Alkitab Perjanjian Lama. Kitab Taurat dalam bahasa Yunani disebut Pentateukh. Kelima kitab ini adalah:
     Kejadian, bahasa Latin: Genesis, bahasa Ibrani: beresyit,
     Keluaran, bahasa Latin: Exodus, bahasa Ibrani syemot,
     Imamat, bahasa Latin: Leviticus, bahasa Ibrani wayyikra,
     Bilangan, bahasa Latin: Numerii, bahasa Ibrani bemidbar dan
     Ulangan, bahasa Latin: Deuteronomium, bahasa Ibrani debarim.
    Nama-nama Latin ini berasal dari daerah Septuaginta. Kelima buku pertama ini dianggap penting karena kelima buku ini memuat undang-undang nabi Musa.
    Kitab Kejadian merupakan buku pertama kitab Taurat Musa dan jadi Perjanjian Lama atau Tanakh. Dalam bahasa Ibrani kitab ini disebut Bereshit. Sedangkan dalam beberapa bahasa Eropa, disebut dengan nama Genesis. Kata ini diambil dari terjemahan bahasa Latin Santo Hieronimus yang diambil dari Septuaginta, terjemahan bahasa Yunani. Ini artinya adalah "kelahiran", "penciptaan", "permulaan", "sumber" dan "asal".
    Kitab Keluaran merupakan buku kedua kitab Taurat Musa dan jadi Perjanjian Lama atau Tanakh. Dalam bahasa Ibrani kitab ini disebut Shemoth dari kata-kata pertama Ve-eleh shemoth. Sedangkan dalam beberapa bahasa Eropa, disebut dengan nama Exodus. Kata ini diambil dari terjemahan bahasa Latin Santo Hieronimus yang diambil dari Septuaginta, terjemahan bahasa Yunani. Ini artinya adalah "keluaran", dan terutama "keluaran" bangsa Yahudi dari tanah Mesir, di mana mereka diperbudak.
    Kitab Imamat adalah kitab ketiga tanakh dan juga kitab Taurat. Dalam beberapa bahasa Eropa, kitab ini disebut Leviticus, yang diambil dari bahasa Latin: Liber Leviticus dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini disebut wayyikra yang artinya adalah: “Maka dipanggil-Nya”. Kitab ini berisi peraturan-peraturan untuk ibadat dan upacara-upacara agama bangsa Israel di zaman dahulu. Juga untuk para imam (kaum Lewi) yang bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Yang menjadi pokok dalam buku ini ialah kesucian Tuhan, dan bagaimana manusia harus hidup dan beribadat supaya tetap mempunyai hubungan baik dengan Yahwe, Tuhan Israel.
    Petikan yang paling terkenal dari buku ini ialah yang oleh Yesus disebut perintah utama yang kedua, "Cintailah sesamamu seperti kamu mencintai dirimu sendiri" (19:18).
    Kitab Ulangan adalah kitab kelima daripada tanakh dan juga kitab Taurat. Dalam bahasa Ibrani, disebut sebagai Devarim ("kata-kata"), dari kalimat permulaan "Eleh ha-devarim". Dalam beberapa bahasa di Eropa, kitab ini disebut Deuteronomium, dari bahasa Latin yang diambil dari Septuaginta dalam bahasa Yunani. Sebenarnya hal ini merupakan kesalahan alih bahasa dari aslinya dalam bahasa Ibrani dari pasal 17:18; “Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi". Oleh penulis Septuaginta hal ini diterjemahkan menjadi: “menulis untuk dirinya salinan hukum ini”. Tetapi kesalahan ini tidak terlalu parah.
    Kitab Ulangan terdiri dari serangkaian khotbah-khotbah yang diucapkan Musa di depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab. Mereka berhenti di sana sesudah mengakhiri perjalanan panjang lewat padang gurun dan sebelum masuk ke Kanaan untuk menduduki negeri itu.Umat Yahudi mengakui 39 kitab (yakni menurut mereka 22 kitab, karena kedua kitab Samuel (Samuel 1 dan Samuel 2); kedua kitab Raja-raja (Raja-raja 1 dan Raja-raja 2); kedua kitab Tawarikh (Tawarikh 1 dan Tawarikh 2); kitab Ezra dan kitab Nehemia; dan 12 kitab nabi-nabi kecil: masing-masing dihitung satu kitab; dan kitab Rut digabungkan dengan kitab Hakim-Hakim; dan kitab Ratapan digabungkan dengan kitab Yeremia) yang ditulis dalam bahasa Ibrani (veritas hebraica) sebagai kanon (aturan hukum).
    Penetapan ke-39 kitab tersebut sebagai kanon terjadi pada sekitar tahun 95 M dalam sebuah konsili yang diadakan di Yamnia (sekarang ini bernama Yabne, terletak di dekat pantai Laut Tengah, di sebelah barat daya Israel. Setelah Yerusalem dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70 M, kota ini menjadi pusat umat Yahudi yang sangat penting. Penetapan ini memberikan legitimasi, bahwa 39 kitab ini tergolong Kitab Suci. Orang-orang Yahudi dewasa ini masih tetap mengakui kanonisasi berdasarkan penetapan di konsili Yamnia. Tradisi Protestan juga menganut tradisi ini.
    Di samping tradisi kanonisasi Ibrani terdapat juga di kalangan Yahudi kuno kanonisasi yang didasarkan pada kitab-kitab Yunani yang terdapat dalam Septuaginta. Kitab-kitab Yunani tersebut di kalangan Yahudi kuno (juga pada zaman Yesus dan jemaat Kristen perdana) diakui sebagai kanonis. Tradisi kanonisasi Yunani pada awalnya mempunyai wibawa di kalangan umat Yahudi, tetapi setelah tradisi ini dipegang oleh jemaat Kristen perdana dan setelah kanonisasi di Yamnia, maka tradisi kanonisasi Yunani tidak lagi diakui oleh umat Yahudi.
    Tradisi kanonisasi ini kemudian diambil alih atau diteruskan oleh Hieronimus dalam menyusun Vulgata. Gereja Katolik mengakui tradisi ini. Jumlah kitab yang diakui sebagai kanonik adalah 46 kitab. Jumlah ini 7 kitab lebih banyak dari tradisi Protestan, yaitu: Kitab Tobit, Yudit 1 dan 2 Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Yesus Sirakh, Surat Barukh, dan Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, Daniel, dan Tawarikh. Tujuh kitab ini disebut dalam tradisi Katolik sebagai “Deuterokanonika”, sementara ke-39 kitab Ibrani disebut sebagai Protokanonika. Kitab-kitab ini oleh kalangan Protestan dahulu disebut “Apokrif”. Menurut Luther kitab-kitab ini baik dan berguna untuk dibaca, tetapi tidak dapat dianggap sebagai kitab suci.

    Sejarah Penulisan Taurat
    Pada awalnya, Taurat (yg sudah dirubah) terdiri dari kumpulan dua tradisi yang berbeda, yaitu tradisi Jahwis dan Elohis. Di mana keduanya ditulis oleh dua orang yang berbeda juga, yaitu Haruni (N. Harun) dan Musaiyah (N. Musa) dan dipelihara di dua wilayah kerajaan yang terpisah (kerajaan Jehuda dan kerajaan Israel) sampai datangnya bangsa Assiria yang meruntuhkan kerajaan Efraim di Utara.
    Sebagian rakyat bekas kerajaan Efraim bermigrasi ke berbagai penjuru dunia, yang kemudian mereka dikenal sebagai "10 suku Israel yang hilang". Sebagian lainnya bermigrasi ke Selatan, bergabung dengan saudara-saudaranya suku Jehuda. Kemudian dua tradisi tadi menjadi satu, yang kemudian tersebar ke penjuru dunia dan sekarang dikenal sebagai kitab Kejadian (al takwin), kitab Keluaran (al Khuruj), dan kitab Bilangan (al Adad).
    Dengan munculnya beberapa kitab tadi, sebagian pendeta merasa kedudukannya terancam, karena sebagian isi "kitab-kitab suci" itu menggerogoti legitimasi dan wewenang keimaman komunitasnya. Maka dimulailah penulisan baru yang kemudian dikenal sebagai manuskrip P, atau 'Priestly', yaitu kitab Taurat versi baru yang menjadi pesaing kitab Taurat Jahwis dan Elohis.
    Zaman terus mengalir. Singgasana kerajaan silih berganti pemiliknya. Sekelompok pendeta dari yang pernah tersingkir dari kemewahan istana, berhasil naik panggung lagi. Mereka membawa manuskrip baru tadi yang kemudian disebut sebagai teks "Deuteronomy". Sebelum Jerusalem dan Baitallah al Muqaddas luluh lantak di tangan pasukan Nebukadnezar dari Babelonia, tahun 587 SM, Israel telah memiliki empat tradisi manuskrip (Jahwis, Elohis, Deuteronomy, Priestly) yang dipelihara oleh dua komunitas imam (Musaiyah dan Haruni).
    Runtuhnya dua kerajaan kecil Israel (kerajaan Musaiyah & Haruni) -terutama masa Babelonia- adalah salah satu peristiwa yang menjadi tonggak besar perjalanan religius bangsa Israel. Untuk pertama kalinya mereka berinteraksi secara intensif dengan kultur asing. Kemudian mereka kehilangan seluruh ikon religi mereka. Tidak ada lagi raja yang dianggap sebagai wakil Tuhan di dunia. Tidak ada Baitullah, lambang kehadiran Tuhan di dunia. Tidak ada wilayah negara, lambang janji Tuhan kepada mereka sebagai "bangsa pilihan".
    Israel meratap, seperti terekam di banyak bagian Alkitab, misalnya yang terbaca pada kitab Ratapan dan bagian akhir kitab Jeremia yang mengisahkan kehidupan para pengungsi di Mesir. Pun kitab Yehezkiel dan bagian akhir kitab Jesaya yang mengisahkan kehidupan mereka di Babelonia. Kegetiran dan kerinduan, dendam dan ketidak-berdayaan, pengharapan dan penyesalan, sekaligus terwakili dalam syair Mazmur (Zabur) 137.
    Lalu muncul kesadaran di antara mereka dalam komunitas tertentu. Kesadaran yang makin lama makin kuat, bahwa keterpurukan itu disebabkan oleh perpecahan mereka sendiri. Kemudian datanglah pasukan Darius dari Persia, meruntuhkan dominasi Babelonia. Dan orang-orang Israel bisa kembali lagi dari pengasingannya di Babilonia.
    Namun, kehidupan di paska-pembuangan Babilonia ternyata dirasa masih sulit. Ikon religi masih belum pulih. Ketercerai-beraian belum dipersatukan. Hingga datang seorang ahli kitab Taurat (versi baru) yang dikenal dengan nama Ezra. Ia berasal dari keluarga imam yang tepat, dari profesi yang tepat, di tempat yang tepat, di waktu yang tepat, dengan wewenang mencukupi, dan dengan bekal yang tepat (naskah "kitab suci" yang pertama kali diperkenalkan kembali ke depan khalayak Judea paska-Babelonia).
    Ezra datang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa. Ia mendapat posisi yang berarti di sisi raja. Segala yang diingininya, dikabulkan oleh raja. Ia bertekad untuk meneliti Taurat dan menjalankan isinya serta mengajarkan ketetapan dan peraturan yang terkandung di dalamnya pada bangsa Israel. Keinginannya tersebut mendapat dukungan raja. Hingga ahirnya ajaran Taurat bangkit kembali menembus relung kalbu bangsa Israel.
    "Kitab Taurat", sebagaimana yang kita kenal sekarang adalah 5 kitab pertama Perjanjian Lama, yang untuk pertama kalinya diperkenalkan di Judea adalah manuskrip yang berada di tangan Ezra. Ezra membawanya sendiri ke Jerusalem. Ia membacakannya sendiri untuk pertama kalinya pada khalayak ramai di Jerusalem. Ia adalah penyusun Kitab Taurat. Ia adalah Redaktur, penggabung dan penyunting manuskrip dari berbagai tradisi, menjadi satu kesatuan.
    Taurat, lima kitab pertama Perjanjian Lama, ternyata rekaman persaingan dua komunitas imam, paska-Salomo dan paska-Samaria. Memang ironis, persaingan itu menjadi nyata justru karena ada orang yang ingin menghilangkan persaingan demi persatuan religi bangsanya.
    Penyuntingan dan penyusunan yang dilakukan di masa Ezra, justru dihadapkan dengan manuskrip-manuskrip yang pada awalnya dibuat sebagai alternatif satu sama lain. Dan dari penyatuan itu, tampaklah motif kepentingan di balik penulisan setiap manuskrip.
    Lantas, apa yang bisa diharapkan dari kitab-kitab Taurat (versi baru), jika ternyata isinya sarat dengan kepentingan komunitas penulisnya ? Apa manfaat citra Tuhan yang digambarkan bersifat adil, jika di baliknya ada konsep persembahan korban demi kepentingan sekelompok imam ? Apa manfaat sistem ritual terpusat yang digambarkan sebagai satu-satunya jalan pengampunan, jika ia dibuat untuk mempertahankan eksklusivitas keimaman ? Apa manfaat kisah historis Taurat yang digambarkan sebagai "sejarah bangsa pilihan Tuhan", jika ia sebenarnya hanya berorientasi pada kepentingan politik situasional komunitas penulisnya ? Apa manfaat hukum-hukum Taurat, jika sebenarnya ia disusun untuk mempertahankan kemapanan status elite para pemimpin agama ? Apa manfaat Taurat jika isinya disusun dengan tujuan menjungkirkan supremasi komunitas pesaing jabatan keimaman ?
    Oeleh karena itu, kitab-kitab Taurat bisa dipandang sebagai suatu kesatuan hanya dari perspektif historis dalam memahami sejarah penulisan dan pembentukannya. .Namun sekaligus harus dilihat secara separatif dari perspektif yang sama untuk memahami latar belakang dan motif penulisannya.
    Pemahaman teks Taurat secara historis akan memberikan pemahaman lebih baik terhadap inkonsistensi dan kontradiksi yang ada pada bagian-bagian Taurat. Karena itu pula, dalam kerangka kesatuan kitab-kitab Perjanjian Lama dan kitab-kitab Perjanjian Baru, Taurat (dan kumpulan kitab lainnya) harus dipandang secara diskriminatif dari perspektif substantif. Pemahaman teks secara diskriminatif akan memberikan pemahaman lebih baik terhadap konteks dan latar belakang penulisannya.
    Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pemaknaan suatu ayat harus dilakukan secara vertikal dan horisontal sekaligus, secara vertikal untuk mengetahui benang merah konsep tradisinya, dan secara horisontal untuk mengetahui latar belakang dan konteks penulisannya.

    Bukti Kepalsuan Taurat (versi baru)
    Pada kitab Kejadian Pasal 17 (Alkitab LAI 1974), berbunyi:
    1. Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Maha Kuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela”.
    2. “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak”.
    3. Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya:
    4. "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
    5. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
    6. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.
    7. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.
    8. Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka”.
    9. Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.
    10. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;
    11. haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.
    12. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.
    13. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.
    14. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku."
    15. Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: "Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya.
    16. Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya."
    17. Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?"
    18. Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"
    19. Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.
    20. Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.
    21. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga”.
    22. Setelah selesai berfirman kepada Abraham, naiklah Allah meninggalkan Abraham.
    23. Setelah itu Abraham memanggil Ismael, anaknya, dan semua orang yang lahir di rumahnya, juga semua orang yang dibelinya dengan uang, yakni setiap laki-laki dari isi rumahnya, lalu ia mengerat kulit khatan mereka pada hari itu juga, seperti yang telah difirmankan Allah kepadanya.
    24. Abraham berumur sembilan puluh sembilan tahun ketika dikerat kulit khatannya.
    25. Dan Ismael, anaknya, berumur tiga belas tahun ketika dikerat kulit khatannya.
    26. Pada hari itu juga Abraham dan Ismael, anaknya, disunat.
    27. Dan semua orang dari isi rumah Abraham, baik yang lahir di rumahnya, maupun yang dibeli dengan uang dari orang asing, disunat bersama-sama dengan dia.
    Pembaca yang objektif akan menangkap sebuah problem dari narasi ini. Tuhan berjanji, menegaskan, dan meyakinkan Abraham berulang-ulang mengenai perjanjian-Nya, yang simbolnya adalah sunat (khitanan). Dalam Kitab Kejadian 17:16-21 dinyatakan bahwa Ibrahim diberi kabar gembira bahwa Sarah akan mempunyai seorang anak bernama Ishaq. Tetapi pada Kitab Kejadian Pasal 18 kita baca:
    10. Dan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.
    11. Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid.
    12. Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?”.
    13. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: "Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua?
    14. Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki”.
    Berita itu membuat Sarah terkejut luar biasa yang membuatnya mendadak tertawa. Namun diskusi yang sama juga pernah terjadi dalam pasal sebelumnya (pasal 17): "Tetapi Tuhan berkata, "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya"(Kejadian,17:19).
    Jika narasi pasal 17 itu telah menegaskan janji Tuhan untuk Ishak, maka tidak ada alasan bagi Sarah untuk terkejut dalam pasal 18. Bahwa Sarah ternyata terkejut karena memang Sarah tidak punya pengetahuan sebelumnya tentang peristiwa itu. Terkejutnya Sarah di pasal 18 menunjukkan bukti kuat adanya interpolasi (tahrif/pengeditan) pada Kejadian pasal 17 yang bertujuan menyingkirkan Ismail (mengedit kata "Ismail" menjadi "Ishak"). Di sana masih banyak terdapat pertentangan antara satu kitab dengan lainnya.

    Talmud
    Talmud merupakan Kitab undang-undang bagi bangsa Yahudi. Buku ini terdiri dari banyak jilid dan amat mahal harganya. Satu set lengkap dari buku ini berharga mulai dari US $ 1.200.- sampai US $ 5.000.- setiap setnya, dan itu tergantung dari edisi penerbitannya. Para Rabbi Yahudi menghabiskan seluruh waktu hidupnya untuk memperdalam dan mempelajari Talmud ini. Tak seorangpun dapat dikatakan mahir atau ahli dalam filsafat Yahudi kecuali ia mengetahui benar tentang isi Talmud.
    Kitab Talmud adalah kitab suci yang terpenting bagi kaum Yahudi, bahkan lebih penting daripada Kitab Taurat. Kitab Talmud bukan saja menjadi sumber dalam penetapan hukum agama, tetapi juga menjadi ideologi dan prinsip-prinsip, serta arahan bagi penyusunan kebijakan negara dan pemerintah Yahudi Israel, dan menjadi pandangan hidup orang Yahudi pada umumnya. Itu pula sebabnya mengapa negara Yahudi Israel disebut sebagai negara yang rasis, chauvinistic (Cinta tanah air secara membabi buta), theokratik (pemerintahan sebagai wakil tuhan), konservatif, dan sangat dogmatik. Untuk dapat memahami sepak-terjang negara Israel yang tampak arogan, keras-kepala, tidak kenaI kompromi, orang perlu memahami isi ajaran Kitab Talmud, yang diyakini oleh orang Yahudi sebagai kitab suci yang terpenting di antara kitab-kitab suci mereka.
    Beberapa tahun yang lalu Kolonel E.N. Sanctuary dari Dinas Intelligensi Militer Amerika menyediakan dirinya untuk mempelajari Talmud ini. Kolonel Sanctuary adalah seorang patriot dan Nasrani tanpa celaan. Ia menerbitkan suatu ringkasan dalam bentuk buku dengan judul "Terbukalah kedok Talmud" (The Talmud Unmasked). Jilid-jilid dari buku ini pun menjadi bahan koleksi dan yang amat sulit diperoleh.
    Enam Bagian Utama Dari Talmud adalah: 1. ZERAIM; Tentang biji-bijian. Bagian ini terdiri dari 11 buku, membicarakan biji-bijian, buah-buahan, daun-daunan, tumbuh-tumbuhan; baik dalam penggunaan umum ataupun domestik tentang buah-buahan dan lain-lain. 2. MOED; Tentang pesta-pesta (Festival-festival). Bagian ini terdiri dari 12 buku, membicarakan tentang waktu kapankah perayaan Sabbath dan perayaan-perayaan lainnya dimulai, diakhiri dan diperingati. 3. NASCHIM; Tentang wanita. Bagian ini terdiri dari 7 buku, membicarakan tentang perkawinan dan penolakan isteri (penyangkalan terhadap isteri), tugas-tugas mereka, pertalian kekeluargaan dan penyakit-penyakit. 4. NEZIKIM; Tentang kerusakan-kerusakan. Bagian ini terdiri dari 10 buku, membicarakan tentang kerusakan-kerusakan yang diderita oleh manusia dan binatang; hukuman-hukumannya dan penggantian rugnya. 5. KODASCHIM; Bagian ini terdiri dari 11 buku, membicarakan tentang kesucian, upacara-upacara kurban, dan bermacam upacara suci keagamaan. 6. TOHOROTH; Tentang pembersihan. Bagian ini terdiri dari 12 buku (jilid), membicarakan tentang tanah (untuk satru) dan membersihkan tempat-tempat (wadah-wadah), alas tilam (sarung bantal, seprei dan lain-lain) serta barang-barang lainnya. Setiap bagian dari keenam bagian di atas dibagi lagi dalam bentuk buku-buku atau risalah-risalah yang disebut MASSIKOTH, dan buku-buku yang dibagi dalam beberapa bab atau PERAKIM. Dari sini bisa dikatakan bahwa Talmud terdiri dari 63 buku yang terbagi menjadi 524 bab.
    Talmud adalah catatan tentang diskusi para rabi yang berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah. Talmud mempunyai dua komponen: Yaitu Mishnah, yang merupakan kumpulan Hukum Lisan Yudaisme pertama yang ditulis; dan Gemara yang merupakan diskusi mengenai Mishnah dan tulisan-tulisan yang terkait dengan Tannaim yang sering membahas topik-topik lain dan secara luas menguraikan Tanakh.
    Mishnah adalah kompilasi pandangan dan perdebatan hukum. Namanya sendiri berarti "redaksi", dari kata kerja shanah, yang berarti "mengulangi" atau "meninjau". Nama ini mungkin merupakan petunjuk pada metode studi wacana rabinik dengan cara mengulang-ulang secara lisan. Pernyataan-pernyataan dalam Mishnah biasanya singkat dan padat, mencatat pandangan-pandangan singkat dari para rabi yang memperdebatkan sebuah topic, atau mencatat sebuah peraturan yang tidak disebutkan sumbernya, yang tampaknya mewakili sebuah pandangan consensus. Para rabi Mishnah dikenal sebagai Tannaim.
    .Mishnah terdiri atas enam tatanan (sedarim, tunggal: seder). Masing-masing dari tatanannya mengandung antara 7 dan 12 traktat, yang disebut masechtot (tunggal: masechet;"jaringan"). Masing-masing masechet dibagi menjadi bab-bab (peraqim) yang terdiri dari unit-unit yang lebih kecil yang disebut mishnayot (tunggal: mishnah). Tidak setiap traktat dalam Mishnah mempunyai padanan Gemaranya. Selain itu, tatanan traktat dalam Talmud berbeda dalam kasus-kasus tertentu dengan tatanan di dalam Mishnah.
    Dalam tiga abad setelah peredaksian Mishnah, para rabi di seluruh Palestina dan Babilonia menganalisis, memperdebatkan dan mendiskusikan karya itu. Diskusi-diskusi ini membentuk Gemara. Gemara terutama terpusat pada upaya menjelaskan dan menguraikan pandangan-pandangan dari Tannaim. Para rabi Gemara dikenal sebagai Amoraim (tunggal: Amora). Gemara berarti “kesempurnaan", dari gamar. Dalam bahasa Ibrani gamar berarti "menyelesaikan" & "menyempurnakan". Dalam bahasa bahasa Aram berarti "mempelajari".
    Banyak dari Gemara yang terdiri atas analisis hukum. Titik tolak untuk analisis ini biasanya adalah suatu pernyataan legal yang ditemukan di dalam sebuah Mishnah. Pernyataan ini kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan lain dalam dialog dialektis di antara kedua pihak yang bertikai (yang seringkali anonim dan kadang-kadang metaforik), yang diistilahkan sebagai makshan (penanya) dan tartzan (penjawab).
    Tanya jawab ini membentuk "bangunan" gemara; nama dari sebuah paragraf gemara adalah sugya. Sugya biasanya terdiri atas sebuah uraian yang terinci dan didasarkan bukti tentang sebuah pernyataan mishnah. Dalam sebuah sugya tertentu dari pernyataan-pernyataan Kitab Suci, Tannaim dan Amoraim diangkat untuk mendukung berbagai pandangan. Dengan demikian, gemara akan menghasilkan ketidaksepakatan semantik antara Tannaim dan Amoraim (yang seringkali menyebutkan bahwa suatu pandangan dikeluarkan oleh seseorang yang berwibawa dan tentang bagaimana ia semestinya akan menjawab suatu pertanyaan), dan membandingkan pandangan-pandangan Mishna dengan bagian-bagian dari beraita. Jarang sekali perdebatan-perdebatan itu ditutup dengan resmi. Dalam banyak kasus, kata yang terakhir menentukan hukum praktisnya, meskipun ada banyak pengecualian terhadap prinsip ini.

    Doktrin Yahudi
    Untuk mengetahui doktrin-doktrin bangsa Yahudi kita bisa melihat dan mencermati kitab-kitab suci mereka, baik yang berupa perjanjian lama (perjanjian lama merupakan bagian dari bible yang disucikan oleh orang-orang Kristen. orang Yahudi hanya mempercayai perjanjian lama dan menolak perjanjian baru. termasuk di dalam prjanjian lama adalah kitab Taurat versi yahudi) atau kitab Talmud yang diyakini dan diunggulkan dari kitab Taurat. Di sana dapat kita petik bahwa doktrin-doktrin yahudi antara lain:
    1. Dalam Talmud, Kristus disebut OTHO ISCH = "That Man". Seseorang anak disebut sebagai seorang Kristen kalau ia mengikuti ajaran- ajaran palsu dari "orang itu".
    2. Melarang ikut serta dalam pesta-pesta Kristen dari Natal dan Paskah, karena pesta-pesta ini memperingati TALUI, seseorang yang dihukum gantung.
    3. Talmud mengajarkan bahwa Kristus adalah anak tak sah dan berada dalam kandungan ketika waktu haid. Ia adalah orang edan/pandir, pembaca mantera, penggoda dan Kristus disalibkan serta dikuburkan dalam neraka.
    4. Siti Maryam disebut STADA, sebagai seorang pelacur karena ia meninggalkan suaminya dan melakukan perzinaan.
    5. Yesus menggoda secara membujuk, mengkorup dan merusakkan Israel.
    6. Yesus mati seperti binatang dan dikuburkan dalam onggokan yang begitu kotor di mana mereka melemparkan bangkai-bangkai anjing dan keledai, dan dimana putera-putera Esau (yaitu orang-orang Kristen) dan Ismail (orang-orang Turki), yaitu mereka yang najis dan tidak disunat, dikubur seperti bangkai anjing.
    7. Tidak diizinkan (= diharamkan) untuk tunduk atau angkat topi di depan para raja atau pendeta yang mengenakan salib pada pakaian mereka.
    8. Seorang wanita haruslah mencuci kembali dirinya kalau ia melihat apa-apa yang tidak suci, seperti anjing, keledai, atau People of the earth; seorang Kristen, seekor onta, seekor babi, seekor kuda atau orang yang berpenyakit kusta.
    9. Tuhan menciptakan mereka dalam bentuk manusia demi kemenangan/keunggulan Bangsa Israel.
    10. Sebuah Gereja Kristen tidaklah disebut rumah sembahyang, akan tetapi rumah orang suka berlagak atau dipuji atau Rumah Dosa.
    11. Orang Kristen tidak perlu diberitahu kalau mereka membayar kelebihan (terlalu banyak) kepada seorang Yahudi.
    12. Orang Kristen boleh ditipu. Seorang Yahudi dibenarkan untuk berpura-pura Kristen untuk menipu orang-orang Kristen.
    13. Seorang Yahudi dibenarkan untuk mempraktekkan riba yang tinggi terhadap orang Kristen.
    14. Seorang Yahudi dibenarkan untuk membohongi dan bersumpah palsu agar dihukumnya seorang Kristen.
    15. Seorang Kristen yang sakit tidak boleh ditolong. sebagaimana seorang wanita Kristen yang akan melahirkan anak tidak boleh ditolong. 16. Seorang Kristen yang dalam keadaan bahaya kematian tidak boleh ditolong karena orang-orang Kristen harus dibunuh.
    17. Seorang Kristen yang kedapatan mempelajari Hukum Israel dapat diganjar kematian (dihukum mati).
    18. Menganiaya seorang Yahudi Sama Dengan Menghujat Tuhan.
    19. Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi.
    20. Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi dari selain yahudi.
    21. Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi.
    22. Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi
    23. Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi.
    24. Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia.
    25. Orang non- Yahudi Bukanlah Manusia.
    selain doktrin-doktrin tersebut masih banyak lagi doktrin-doktrin lain yang sangat tidak manusiawi. demikian itu karena didadsari kepercayaan mereka yang mengatakan bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan Allah. hingga dengan keyakinan seperti itu, mereka menganggap orang-orang non-yahudi semuanya hina dan rendah derajatnya.

    Penutup
    Banyak peristiwa-peristiwa kejahatan, teror, kriminal, dan patalogy-patology sosial lainnya yag terjadi dipermukaan bumi ini didalangi oleh otak-otak Yahudi. Mereka dengan beberapa doktrin yang dimiliki berupaya keras untuk menjaga eksistensi bangsanya di muka bumi ini sebagai "bangsa pilihan". Peristiwa yang tampak nyata yang terjadi sejak beberapa puluh tahun yang silam sampai sekarang adalah peristiwa perebutan tanah suci Palestina. Di mana Palestina merupakan tanah suci bagi tiga penganut agama besar dunia, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Peristiwa tersebut akan terus berkelanjutan sampai ahir zaman, walaupun kadang tampak akan terjalinnya perdamaian antara negara-negara yang berebut. Al Qur'an menjelaskan bahwa Yahudi dan Nasrani selamanya tidak akan pernah rela umat Islam jaya di muka bumi ini, lebih-lebih di Palestina yang sangat disucikan oleh mereka.
    Semoga tulisan ini dapat membuka hati kita selaku orang Muslim untuk sadar akan ke-islaman kita. Betapa kuat dan besar keyakinan orang-orang Yahudi terhadap apa-apa yang telah menjadi doktrin ajarannya. Di mana posisi kita dalam beragama Islam -yang notabene mempunyai doktrin-doktrin suci yang tercover dalam al Quran dan terjaga keotentikannya- dari keimanan dan kepercayaan orang-orang Yahudi?

    Refrensi
    1. Al Qur'an al Karim (terjemahan).
    2. Al Aqaid Bain al Wahyi wa al Falsafah wa al Ilm. Prof. Dr. Al Saih Aly husain. Kuliah dakwah Islamiah. Tripoly-Libya.
    3. Qishash al Qur'an al Karim. Prof. Dr. Fadli Hasan Abbas. Dar al furqan. Oman-Jordan.
    4. Artikel-artikel yang terkait dengan judul di atas, antara lain :
    - Apa Kata Al qur'an Mengenahi Taurat dan Orang yahudi.
    - Kepalsuan Taurat Kitab Kejadian.
    - Talmud; Devinisi dan sejarah Penulisannya (wikipedia).
    - Talmud Undang-Undang Bangsa Yahudi.

    more
  • MEMAHAMI ARTI TOLERANSI DALAM ISLAM MEMAHAMI ARTI TOLERANSI DALAM ISLAM
    by: Anas El Malawy

    "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil". (QS. Al Mumtahanah: 08)
    Pendahuluan
    Sesungguhnya sikap toleransi dalam Islam sangat nampak pada setiap perintah dan larangannya. Bahkan sampai kedetailnya, maka seharusnyalah sikap ini menjadi kebangkitan baru untuk menapaki mutiaranya, setiap liku-liku dan aturan-aturannya. Sikap toleransi Islam ini tidak pernah walaupun sehari, menjadi sebuah kilauan emas yang membuat orang-orang berdesakan mengejar fatamorgana di siang yang terik, orang haus mengiranya air namun tatkala didatangi, dia tidak mendapatkan apa-apa. Tapi sikap toleransi Islam ini lebih besar daripada mafhum kemanusiaan yang dielu-elukan oleh yayasan-yayasan dan paguyuban jahiliyah di masa kini, dimana, dengan ucapan-ucapan indah mereka menipu berbagai suku bangsa dan kabilah, karena toleransi Islam memiliki makna yang luas mencakup hewan dan tetumbuhan dan mempunyai prinsip bahwa hubungan seorang muslim dengan makhluk lainnya adalah rasa kasih dan sayang walau pun dalam hal membunuh dan menyembelih. Toleransi dalam Islam lebih dalam (nilai kandungannya) daripada mafhum kemanusiaan masa kini, karena toleransi ini menembus penampilan dhahir dan yang kasat mata sampai ke dasar lubuk hati yang paling dalam. Toleransi dalam Islam lebih kekal dari mafhum kemanusiaan masa kini yang akan habis dengan punahnya jenis manusia di muka bumi ini, karena toleransi ini akan menyambungkan seorang muslim dengan kehidupan akhiratnya, di mana dia akan kekal berkat rahmat dari Tuhannya di dalam surga yang penuh kenikmatan dan dia akan mewarisi Al-Firdaus Al-A'la menurut kadar andilnya dalam toleransi ini.
    Makna Toleransi
    Islam mengajak umatnya untuk senantiasa bisa menerapkan "toleransi" dalam kehidupannya sehari-hari bersama setiap anggota masyarakat dan lingkungannya baik mereka orang Muslim maupun non Muslim selama tidak memusuhi agama. Toleransi dalam bahasa Arab berart "tasamuh" atau "samahah". kemudian lafadh "tasamuh" atau "samahah" diterjemahan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti, antara lain: murah hati, suka berderma, ramah, suka memaafkan, lapang dada dan toleransi. (lihat kamus Indonesa-Arab_Arab-Indonesa. Karya KH. Adib Bisri dan KH..Munawwir A.Fatah) Dengan kata lain toleransi adalah Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan, kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan, Kelemah-lembutan karena kemudahan, muka yang ceria karena kegembiraan, rendah diri di hadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan, mudah dalam bersosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian, menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi, terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa keberatan. Adapun makna toleransi yang dimaksud di sini bukanlah yang berarti mencampur-aduk ibadah keagamaan satu kepercayaan dengan kepercayaan lainnya. Akan tetapi yang dimaksud "toleransi" adalah menumbuhkan sikap memahami pihak lain, bukan membencinya dan menyuburkan serta mengembangkan rasa kebersamaan, bukan malah menimbulkan perpecahan. Rasulullah saw bersabda:"Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan : Apa hati yang mahmum itu ? Jawabnya : Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki'. Ditanyakan : Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu ?. Jawabnya : Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu ? Jawabnya : 'Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur". [Lihat Shahih Al-Jami' As-Shaghir wa Ziyadatuhu.No.3266]
    Ruang Gerak Toleransi Toleransi dapat diterapkan di semua bidang terkecuali bidang akidah dan ibadah. Allah berfirman dalam QS. Al Kafirun: "Katakanlah (Muhammad): Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
    a.Toleransi Dalam Jual Beli danHukum-Hukumnya.Allah swt berfirman : "Dan Syu'aib berkata : 'Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka".[Hud:85] : Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam ?" [Al-Muthaffifin : 1-6]Rasulullah saw bersabda: "Allah telah mengampuni seorang lelaki dari kalangan umat sebelum kalian dulu, dia mudah bila menjual, mudah bila membeli dan mudah bila memutuskan" [Hadits Riwayat Tirmidzi 1320, Ahmad 3/340 dari hadits Jabir Radliyallahu anhu] : “Sesunguhnya Allah mencintai jual-beli dan keputusan yang mudah" [Hadits RiwayatTirmidzi]b.Toleransi Dalam Hutang Dan TagihanAllah swt berfirman :" Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka beri tangguhlah sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang itu) labih baik bagimu, jika kamu mengetahui" [Al-Baqarah : 280]Rasulullah saw bersabda: "Dahulu ada seorang saudagar yang biasa menghutangi orang, bila dia melihat orang yang kesukaran (dalam membayar hutang), maka dia memerintahkan para pegawainya : "Ma'afkanlah dia mudah-mudahan Allah mema'afkan kita !" Maka Allah-pun mema'afkan dia ..." [HR. Bukhari] : "Mudah-mudahan Allah merahmati lelaki yang toleran bila menjual, membeli dan menagih" (Hadits Riwayat Imam Bukhari 4/206 - Al-Fath)
    c.Toleransi Dalam Penerapan Hukum Allah swt berfrman : "Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supayakamu berfikir" (QS. Al Baqarah), d.Toleransi Dalam Memeluk Agama Allah swt berfirman :"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek" (QS. Al kahfi:29). e.Toleransi Dalam Bernegara & Bermasyarakat Dalam hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah pada awal-awal berdirinya "Daulah Islamiyah". Di mana saat itu belau membuat peraturan yang sama sekali tidak membedakan antara masyarakat satu dengan lainnya (Muslim & Yahudi). Orang-orang Yahudi saat itu bisa hidup bebas sesuai dengan ajaran dan keyakinannya bahkan mereka yang kurang mampu mendapat santunan dari negara yang diambilkan dari "Baitu Maal Muslimin". Hanya saja di kemudian hari merea (Yahudi) melanggar peraturan-peraturan yang telah dsepaati bersama tadi bahan menentangnya dan emudian merea bergabung dengan orang-orang musyriin untu memusuhi aum Musilmin. Di mana hal tersebut merupaan sebab awal terjadinya peperangan antara aum Muslimin dan Musyriin / afir. (lihat Al Sirah al Nabawiyah al Athirah. Dr. Abd. Hamid al Shaid al Zantany).
    Penutup Islam tidak meridhoi kebathilan fanatisme dan perbedaan ras yang mengukur keutamaan dan kebenaran dengan darah fanatisme dan tanah. Thagut itu benar-benar ada pada syari'at jahiliyah, oleh sebab itu, Islam menghinakannya karena mencekik kemulian insan. Dengan demikian, Islam telah menghidupkan hati dan memakmurkannya dengan iman yang benar dan mengusungnya kepada kebajikan, petunjuk dan keadilan. serta menghapus perbedaan jenis, bahasa, ras, nasab dan harta benda, menjadikan segenap keutamaan dan kemuliaan untuk ketaqwaan yang merupakan mata air sikap toleransi, puncak tertinggi dan muara keistimewaan dan kelebihannya.
    Toleransi dapat memperluas ruang dan memperkecil jarak antarsesama kita, siapapun kita. Karena toleransi, sesama kita bisa berbincang dan bercakap dengan rileks, dan juga serius, tanpa mau tahu anda beragama apa atau beretnis apa? Toleransi dapat menghapus tirai yang menyekat kita. Toleransi merubuhkan dinding yang membatasi kita. ketika tirai sudah tersingkap dan dinding telah rubuh, masing-masing kita adalah kita dengan identitas dan simbol masing-masing, tetapi kini tanpa sekat dan tanpa batas. Tak usah takut bertoleransi, karena toleransi tidak akan membuat kita kafir. Tak usah khawatir bertoleransi, karena toleransi berbeda sama sekali dengan konversi (pindah) agama. Juga toleransi bukan murtad dari agama. Toleransi adalah ruang di mana agama saling menyapa melalui umat masing-masing. Toleransi menciptakan suasana agama dan umatnya merasa satu umat dengan hanya Satu Tuhan. Allah Ta'ala berfirman: "Wahai sekalian manusia ! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kamu adalah orang-orang yang paling bertawqa di antara kamu. Sesunguhnya Allah Maha Mengatahui dan Maha Mengenal"[Al-Hujurat13]
    Refrensi
    1. Al Qur'an (Terjemah).
    2. Al Sirah al Nabawiyah al Athirah. Dr. Abd. Hamid al Shaid al Zantany.
    3. Shahih Al-Jami' As-Shaghir wa Ziyadatuhu.

    more
  • KIBLAT UMAT SEJAGAT
    KA'BAH KIBLAT UMAT SEJAGAT

    (Manusia, Jin & Malaikat)

    By: Anas El Malawy



    Pendahuluan


    "Sungguh kami (sering) melihat mukamu (Muhammad) menengadah ke langit, maka kami sungguh akan memalingkan kamu ke kiblat yg kamu sukai. Palingkanlah muka kamu ke arah Masjidl Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah muka kamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi & Nasrani) yg diberi al Kitab (Taurat & Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yg mereka kerjakan" (QS. 2: 144)


    "Hidup adalah bergerak. Siapa yg tidak bergerak, dia tidak ada kehidupan. Siapa yg menggerakkan tangannya, akan meraih kuasa. Siapa yg kakinya digerakkan, akan sampai pada tujuan. Siapa menggerakkan akalnya, akan ditemukan rahasia alam sekitarnya. Siapa yg menggerakkan hatinya dengan dzikir dan waspada, akan menemukan ketenangan jiwa. Siapa yg mau bergerak, semua problematika akan terkuak".



    Manusia hidup pasti punya tujuan. Hidup tanpa tujuan akan berantakan. Islam datang memberikan petunjuk terhadap tujuan yg telah dicanangkan. Sebagaimana dikatakan dalam kitab sucinya (al Quran) "Dan tidak aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk mengabdi pada-Ku". Oleh karena manusia tercipta dalam bentuk yg paling sempurna (karena punya akal dan hawa nafsu) daripada makhluq lainnya, Allah menjadikan ia sebagai wakil-Nya (Khalifah) di bumi untuk melestarikan, mengelola dan menjaga apa-apa yg ada di atas maupun di dalam perut bumi.


    Namun amanat yg diemban manusia sebagai khalifah tidaklah mudah. Manusia yg diistemewakan dengan akal dan dihiasi dengan nafsu serta dikendalikan oleh hati, harus berperang mengendalikan jiwanya menuju jalan yg telah digariskan Tuhannya. Nafsu yg berteman dengan syetan cenderung mengelabui si empunya yg lemah imannya, hingga tergelincir dari jalan yg telah dicanangkan untuk dituju sejak fitrahnya (asal wujudnya). Dan hati yg bersahabat dengan malaikat cenderung memberikan mandate pada akal untuk mengarahkan seluruh anggota tubuhnya agar selalu bergerak demi kebaikan jiwa dan raganya sesuai dengan jalan yg akan dituju.


    Perjalanan hidup di dunia tidaklah lama. Dunia hanyalah tempat bersinggah untuk sementara seperti pengembara kemalaman yg singgah di sebuah penginapan atau seperti angkutan umum yg singgah di terminal atau halte untuk mengangkut penumpang mengantarkan mereka pada tujuannya. Namun, karena kehidupan penuh dengan aneka ragam pergulatan dan problematika, waktu yg begitu singkat laksana tempo kontrakan penginapan yg hanya semalam cenderung diabaikan oleh manusia, bahkan terlupakan atau justeru sengaja melupakannya, hingga ia lupa akan tujuan awal diciptakannaya. Ia lupa jalan yg harus ditempuhnya, lebih parah lagi jika ia lupa jalannya dan kehilangan kompas kehidupan hingga peta untuk melangkahkan kaki ke arah yg sebenarnya tidak terbaca olehnya. Semakin lama ia semaikn menjauh dari jalan yg sebenarnya. Jalan yg telah digariskan mengarah ke kanan, namun justeru ia mengarah ke kiri.
    Demi menyelamatkan pemeluknya, Islam memberikan peta dan kompas kehidupan mereka yg semuanya tercover dalam al Quran. Pertama yg harus dijalani adalah men-tauhid-kan sang Pencipta alam semesta (Allah swt). Di mana semua ajaran Islam pada dasarnya berpusat pada peng-esa-an Allah swt "Dan Tuhan kamu adalah Tuhan yg Esa. Tiada tuhan selaian Dia yg Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Dari peng-esa-an ini bercabang membuahkan keimanan terhadap keberadaan para maliakt Allah, para Rasul, kitab-kitab suci-Nya, hari kiamat dan Qadha Qadar-Nya. Di mana kesemuanya tersebut lazim kita katakan sebagai rukun iman.


    Perintah kedua adalah mendirikan sholat. Kemudian dilanjutkan dengan amalan ibadah sosisal wajib yg berbentuk zakat. Lantas Allah membantu hamba-Nya dalam mengendalikan nafsu durjananya dengan mewajibkan ibadah puasa. Dan diahiri dengan amal ibadah yg multi fungsi, yakni berfungsi untuk mengingat Sang Pencipta, mengendalikan nafsu dan ibadah sosial, yaitu ibadah haji.


    Manusia yg disibukkan dengan urusan kehidupannya sehari-hari cenderung melupakan sang Penciptanya, yakni Allah swt. Untuk itu Allah mewajibkan mereka selalu mengingat-Nya dalam waktu-waktu tertentu (sholat lima waktu) agar mereka selalu sadar dan ingat akan tujuan terciptanya di dunia yg fana ini. Karena hanya dengan sholat manusia bisa konsentrasi dan sadar betul mengingat Tuhannya. Dengan ingat terhadap Tuhan, ia akan ingat pula akan tujuan hidup sebenarnya. Hanya dengan sholat manusia bisa bertemu langsung menghadap Tuhannya, mengadu dan memohon petunjuk hidup dari-Nya.


    Kemudian Allah menunjukkan pada mereka ke mana harus menghadap dalam sholat? Andai tidak ada petunjuk, mereka akan bingung ke mana harus menghadap. Hingga kemudian membuat mereka enggan menjalankannya karena merasa seolah-olah sholat tidak ada guna dan tujuannya. Di samping itu dengan adanya petunjuk arah yg satu ke mana manusia harus menghadap dalam sholatnya, hal itu bisa bearti pula akan kebersamaan dan persatuan umat dalam beragama serta berarti pula bahwa Tuhan itu satu. Sangat jauh dari kemungkinan arah untuk menghadap itu hanya satu jika tuhan lebih dari satu. Karena bisa jadi kalau tuhan lebih dari satu, yg pertama menyuruh menghadap Mekah, yg satunya minta menghadap Palestina, yg lainnya mengharuskan menghadap India atau Amerika dll. Demi menghilangkan semua persepsi tersebut dan menjaga kesatuan serta persaruan umat di dunia agar dkehidupan bisa tentram dan teratur, Allah menetapkan satu arah saja bagi hamba untuk menghadap kepada-Nya yg lazim kita sebut dengan KIBLAT.



    Makna Kiblat


    Kiblat berasal dari bahasa Arab Qiblat. Dalam kamus bahasa Arab-Arab kontemporer Al Munjid Qiblat berarti arah untuk menghadap. Dalam kitab (buku) Al Bujairami Aly al Khathib Qiblat disebut kiblat karena tempat untuk menghadap bagi orang yg sedang shalat. Dalam situs www.ensiklopedia.com Kiblat adalah kata Arab yang merujuk arah yang dituju saat seorang Muslim mendirikan sholat. Pengertian pertama merupakan makna etimologis dan pengertian berikutnya merupakan makna terminologis.


    Dari makna etimologi setiap tempat yg dijadikan arah untuk menghadap bisa disebut kiblat. Sedangkan dari makna terminologinya kiblat merupakan tempat tertentu untuk menghadap bagi seseorang yg sedang menjalan ibadah (shalat).


    Sejarah Kiblat


    Dalam sebagian buku sejarah Islam diriwayatkan bahwa kurang lebih 2000 tahun sebelum nabi Adam diciptakan, Allah swt telah membangun pondasi sebuah bagungan persegi empat di muka bumi. Kemudian para makhluq yg telah tercipta (Jin -termasuk Iblis- dan malikat) melakukan ibadah (mengabdi) dengan berthawaf (berkeliling) memutari pondasi tersebut.


    Namun ada juga yg mengakatakan bahwa pondasi tersebut terbangun 8000 tahun sebelum Adam tercipta. Hal itu terbukti pada ucapan Iblis (dari golongan Jin; pimpinannya syetan) ketika diperintah Allah untuk sujud (tunduk) pada Adam (setelah tercipta) yg kemudian menolak dengan congkak dan sombong (karena merasa sebagai hamba Allah yg paling baik dan berbakti) berkata: Aku lebih darinya (Adam) Engkau ciptalkan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Aku juga telah beribadah kepada-Mu di bumi seribu tahun, di langit pertama 1000 tahun, langit kedua 1000 tahun, langit ketiga 1000 tahun, langit keempat 1000 tahun, kelima 1000 tahun, keenam 1000 tahun dan ke tujuh 1000 tahun. Keterangan tersebut terdapat dalam sebagian buku tafsir yg menafsiri firman Allah yg artinya:


    "Sesungguhnya Aku telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Aku bentuk tubuhmu dan Aku katakan kepada para malaikat : Bersujudlah kamu kepada Adam, maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yg bersujud. Allah berfirman (pada Iblis): Apakah yg menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyurmu? Iblis menjawab: Saya lebik darinya. Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (QS. 7:11-12).


    Diriwayatkan pula bahwa nabi Adam setelah diturunkan ke bumi dalam keadaan berpisah dari Hawa (isterinya), kemudian bertemu di bukit Arafah dan beranak-pinak di sekitar bukit tadi (Mekah;sekarang) diperintahkan Allah untuk membangun sebuah bangunan di atas pondasi tersebut. Kemudian bangunan tadi kita kenal dengan Ka'bah. Di bangunan tersebut nabi Adam mengumpulkan dan menyatukan semua anak turunnya untuk dinasehati dan diberi pendidikan tauhid (mengesakan Allah) serta syareat yg diembannya dari Allah.


    Seiring berjalannya waktu dan sejarah kehidupan di bumi yg penuh dengan peristiwa, ka'bah sirna tenggelam oleh banjir topan pada masa nabi Nuh as. Kemudian diperbaruhi kembali bangunannya oleh nabi Ibrahim dan Ismail atas perintah Allah swt dan dijadikan sebagai kiblatnya dalam beribadah. Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (Kira kira 600 M dan belum diangkat menjadi Rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat bajir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu.



    Bangunan Ka'bah


    Ka'bah secara etimologi berasal dari bahasa Arab ka'aba-ya'kubu-ka'ban-muka'aban-ka'batan, yg berarti persegi empat. Disebut ka'bah karena berbentk persegi empat. Dalam buku fikih Islam al Bujairami, tingginya ka'bah = 27 dzira' (1 dzira' = 60cm;27x60=1600cm=16m). Tinggi pintunya =6 dzra' 10 jari (3,75m) dan lebarnya 4 dzira' (2,4m). Bangunan ka'bah dibuat dari batu-batu pegunungan yg diceritakan dari 5 gunung (G. Thur Saina', G. Al Joudi, G. Hero, G. Abil Qubais dan G. Tsubair)


    Dalam sejarahnya dikatakan pula bahwa Pada awalnya bangunan Ka'bah yang juga dinamakan Baitul Atiq atau rumah tua terdiri atas dua pintu serta pintu ka'bah terletak diatas tanah , tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi sebagaimana pondasi yang dibuat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Namun ketika Renovasi Ka'bah akibat bencana banjir pada saat Muhammad SAW berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi rasul -di mana dalam hal tersebut membutuhkan biaya yg halal dan bersih- mengalami kekurangan biaya. Hingga ahirnya bangunan ka'bah dibuat hanya satu pintu serta ada bagian ka'bah yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan ka'bah yang dinamakan Hijir Ismail yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi ka'bah.


    Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah. Lingkungan Ka'bah penuh dengan patung yang merupakan perwujudan Tuhan bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Tuhan tidak boleh disembah dengan diserupakan dengan benda atau makhluk apapun dan tidak memiliki perantara untuk menyembahnya serta tunggal tidak ada yang menyerupainya dan tidak beranak dan diperanakkan (Surat Al Ikhlas dalam Al-Qur'an) . Ka'bah akhirnya dibersihkan dari patung patung ketika Nabi Muhammad mebebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah.


    Saat itu pintu ka'bah dibuat tinggi agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh bangsa Arab. Namun karena kaumnya baru saja masuk Islam, maka Nabi Muhammad SAW mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali ka'bah sehingga diriwayatkan dalam sebuah hadits beliau berkata: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku turunkan pintu ka'bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail kedalam Ka'bah", sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.


    Ketika masa Abdurrahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibuat sebagaimana perkataan Nabi Muhammad SAW atas pondasi Nabi Ibrahim. Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa daerah Syam (Suriah,Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka'bah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka'bah berdasarkan bangunan hasil renovasi Nabi Muhammad SAW pada usia 30 tahun bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim. Dalam sejarahnya Ka'bah beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan umur bangunan.


    Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali ka'bah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW. Namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Ka'bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.


    Ringkasnya adalah bangunan ka'bah saat itu diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci ka'bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.



    Mekah Sebagai Tempat Ka'bah


    Mekkah atau Makkah Al Mukarromah, bahasa Arab: ( مكة المكرمة) atau juga dikenal dengan nama Makkah adalah kota utama di Arab Saudi yang merupakan kota tujuan utama kaum Muslimin dalam menunaikan ibadah haji. Di sana terdapat bangunan utama Ka'bah yang merupakan patokan arah kiblat untuk sholat kaum muslimin di seluruh dunia serta prosesi Ibadah haji. Keutamaan kota Mekkah selain tempat lahirnya Nabi Muhammad SAW juga terdapat Masjidil Haram dengan Ka'bah di dalamnya di mana sabda Nabi: "Shalat di masjidil Haram memiliki pahala 100000 x".


    Kota Mekkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan kota Madinah, kurang lebih 200 km sebelah timur laut kota Jeddah tepatnya pada koordinat 21°25′24″LU, 39°49′24″BT . Kotanya merupakan lembah sempit yang dikelilingi gunung gunung dengan bangunan Ka'bah sebagai pusatnya. Dengan demikian, pada masa dahulu kota ini rawan banjir bila di musim hujan sebelum akhirnya pemerintah Arab Saudi memperbaiki kota ini dan merenovasi kota ini. Seperti pada umumnya kota kota di wilayah Arab Saudi, kota ini beriklim gurun.


    Kota Mekkah dikenal sebagai kota dagang, pada masa lalu dikenal dengan jalur perdagangan antara Yaman-Mekkah-Madinah-Damsyiq (Damaskus) dengan penghasilan sekali pemberangkatan kafilah mencapai 600.000 pound. Selain dikenal kota dagang, ekonomi juga bertumpu dengan pertanian dan peternakan serta pelayanan jasa untuk jemaah haji diantaranya usaha perhotelan dan penginapan. Di samping sebagai pusat agama Islam kota Mekah juga sebagai pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam.


    Perkembangan kota Mekkah tidak terlepas dari keberadaan Nabi Ismail dan Hajar sebagai penduduk pertama kota ini yang ditempatkan oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah. Pada perkembangannya muncul orang orang Jurhum yang akhirnya tinggal di sana. Pada masa berikutnya kota ini dipimpin oleh Quraisy yang merupakan kabilah atau suku yang utama di Jazirah Arab karena memiliki hak pemeliharaan terhadap Ka'bah. Suku ini terkenal dalam bidang perdagangan bahkan pada pasa itu aktivitas dagang mereka dikenal hingga Damaskus, Palestina dan Afrika.


    Tokoh sebagai kepala kabilah Quraisy adalah Qussai yang dilanjutkan oleh Abdul Muthalib. Nabi Muhammad adalah keturunan langsung dari Nabi Ismail serta Qussai. Pada tahun 571 M, Nabi Muhammad lahir di kota ini dan tumbuh dewasa. Pertama kali menerima wahyu dari Allah saat kaumnya masih berada dalam kegelapan pemikiran (Jahilliyah) sehingga berpindah ke Madinah. Setelah Madinah berkembang, akhirnya nabi Muhammad kembali ke Mekkah dalam misi membebaskan kota mekkah tanpa pertumpahan darah.


    Pada masa selanjutnya Mekkah berada di bawah administrasi khalifah yang berpusat di Madinah, serta para raja yang saat itu berkuasa di Damaskus (Dinasti Ummayyah), Baghadad (Dinasti Abbasiyah) dan Turki (Usmaniyah) yang ketika itu di bawah Syarif Hussein. Kemudian disatukan di bawah pemerintahan Arab Saudi oleh Abdul Aziz ibnu Saud sampai sekarang yang merupakan pelayan kedua kota suci.



    Sejarah Arah Kiblat


    Pada mulanya, kiblat mengarah ke Yerusalem. Menurut Ibnu Katsir,[1] Rasulullah SAW dan para sahabat shalat dengan menghadap Baitul Maqdis. Namun, Rasulullah lebih suka shalat menghadap kiblatnya Nabi Ibrahim, yaitu Ka'bah. Oleh karena itu beliau sering shalat di antara dua sudut Ka'bah sehingga Ka'bah berada di antara diri beliau dan Baitul Maqdis. Dengan demikian beliau shalat sekaligus menghadap Ka'bah dan Baitul Maqdis.


    Setelah hijrah ke Madinah, hal tersebut tidak mungkin lagi. Beliau shalat dengan menghadap Baitul Maqdis. Beliau sering menengadahkan kepalanya ke langit menanti wahyu turun agar Ka'bah dijadikan kiblat shalat. Allah pun mengabulkan keinginan beliau dengan menurunkan ayat 144 dari Surat al-Baqarah:


    "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan"


    (Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah).

    Juga diceritakan dalam suatu hadits riwayat Imam Bukhari, dari al-Bara bin Azib, bahwasanya : Nabi SAW pertama tiba di Madinah beliau turun di rumah kakek-kakek atau paman-paman dari Anshar. Dan bahwasanya beliau shalat menghadap Baitul Maqdis enam belas atau tujuh belas bulan. Dan beliau senang kiblatnya dijadikan menghadap Baitullah. Dan shalat pertama beliau dengan menghadap Baitullah adalah shalat Ashar dimana orang-orang turut shalat (bermakmum) bersama beliau. Seusai shalat, seorang lelaki yang ikut shalat bersama beliau pergi kemudian melewati orang-orang di suatu masjid sedang ruku. Lantas dia berkata: "Aku bersaksi kepada Allah, sungguh aku telah shalat bersama Rasulullah SAW dengan menghadap Makkah." Merekapun dalam keadaan demikian (ruku) merubah kiblat menghadap Baitullah. Dan orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab senang beliau shalat menghadap Baitul Maqdis. Setelah beliau memalingkan wajahnya ke Baitullah, mereka mengingkari hal itu. Sesungguhnya sementara orang meninggal dan terbunuh sebelum berpindahnya kiblat, sehingga kami tidak tahu apa yang akan kami katakan tentang mereka. Kemudian Allah yang Maha Tinggi menurunkan ayat "dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu" (al-Baqarah, 2:143).


    Hal itu terjadi pada tahun 624. Dengan turunnya ayat tersebut, kiblat diganti menjadi mengarah ke Ka'bah di Mekkah. Selain arah shalat, kiblat juga merupakan arah kepala hewan yang disembelih, juga arah kepala jenazah yang ada dalam kubur.



    Rahasia Ka'bah


    Baitullah Ka'bah adalah pusat segala wujud semesta dan manusia sebagai wujud-wujud yang lain berasal dari Allah SWT dan tak ada orientasi kecuali Allah SWT. Para tamu Allah dengan semangat cinta yang luar biasa di sekitar Baitullah telah mejadi ibarat laron-laron (kalkatu) yang mengelilingi lilin. Dan dengan gelora jiwa yang tak dapat dilukiskan mereka menyampaikan munajatnya kepada Allah SWT.


    Ka'bah, dari tempat yang tertinggi di Masjidil Haram bisa diketahui rahasia diamnya. Di sini, bukanlah tempat atau bangunan yang menjadi tempat mencurahkan cinta. Lautan manusia ini bukanlah karena tradisi atau kebiasaan memutari fokus tauhid melainkan karena dorongan logika akal dan kehendak untuk bertawaf kepada Tuhan Sang Pencipta alam. Seorang pelaksana ibadah haji harus tahu untuk apa mereka mengelilingi Ka'bah. Dengan kehendaknya, ia harus berdiri di atas kaki sendiri agar ia berada dalam orientasi tauhid.


    Dewasa ini dimana berbagai negara berusaha membangun istana-istana dan bangunan-bangunan termegah serta dengan kekerasan dan penipuan berusaha memperoleh popularitas dan untuk masalah terkecil pun mereka menggelar konferensi dan seminar, akan tetapi mereka sama sekali tidak melontarkan sedikitpun kata-kata untuk mengungkapkan kesan-kesan ibadah besar haji yang mengandung nuansa pengabdian, politik dan sosial umat Islam ini. Sebab mereka tahu betul betapa dalamnya pengaruh ibadah ini dalam menentukan garis nasib manusia.


    Rahasia Ka'bah tidak bisa dilukiskan dengan lidah melainkan dengan hati. Pada saat dimana lautan manusia, baik yang berkulit hitam maupun putih dan memiliki aneka ragam bahasa mendirikan solat di depan Baitullah dan engkau pun dapat menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, engkau hanya bisa khusu' dan merendah diri di depan Sang Pemilik rumah ini, kemudian engaku ambil cahaya yang tertinggi dan bertasbihlah.


    Keagungan dan kemuliaan Ka'bah ada pada keagungan dan kebesaran Sang Pencipta dan yang mengatur segala wujud semesta, sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Quranul Karim di bagian terakhir surah Al-Hasyr yang artinya:


    "Dialah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, Yang membentuk rupa, Yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."


    Berkumpulnya manusia mengelilingi Ka'bah menunjukkan bahwa selain Allah dilarang mengelilinginya. Tawaf memutari Ka'bah yang menunjukkan cinta kepada Yang Hak, mengajarkan kepada kita untuk membersihkan hati kita dari selain-Nya, dan tidak takut kepada apapun selain-Nya. Sa'i antara Safa dan Marwa mengajarkan agar kita berusaha menuju ke arah kekasih yang kita cintai, yaitu Allah SWT, dengan ketulusan dan kebersihan hati. Karena dengan menuju dan memperoleh kedekatan kepada-Nya, maka segala macam persoalan duniawi akan hilang sirna. Segala keraguan dan kebimbangan pun akan musnah. Demikian pula segala bentuk ketergantungan kepada hal-hal yang bersifat materi.



    Penutup


    Dari penjelasan tersebut di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Ka'bah merupakan Kiblat Umat Sejagat. Terbukti bahwa dari awal terbangunnya, ka'bah dijadikan pusat peribadatan oleh makhluq sebelum manusia, yakni malaikat dan jin. Pada masa nabi Adam dijadikan tepat pemersatu anak turunnya dan pengajaran risalahnya. Pada masa nabi Ibrahim, barulah dijadikan sebagai kiblat peribadatan umat Manusia. Hingga sampai pada masa nabi Muhammad saw dan sampai sekarang ka'bah masih tetap dan terus sampai hari terahir kehidupan dunia, dijadikan kiblat umat sejagat.


    Adapun mereka yg tidak mengkui Ka'bah sebagai kiblatnya itu semata-mata karena hawa nafsunya. Pada mulanya umat manusia adalah satu. Umat Islam dan semua sektenya, Yahudi dan semua alirannya, Nasrani dan semua pecahannya, Kristiani dan semua sektenya, Hindu dan semua kastanya, Budha dan semua alirannya, Sintho, Syikh, dan semua agama yg ada dipermukaan bumi pertiwi adalah satu.


    Namun karena banyak yg menyimpang dari ajaran para Pembawa risalah Ilahi, umat menjadi terpecah dan bahkan saling bermusuhan. Padahal semua nabi dan Rasul pun ajarannya satu dan sama, yakni agama Tauhid. Agama yg menyatakan Tuhan itu satu. Pencipta alam semesta dan Pemiliknya adalah satu dan tiada sekutu bagi-Nya. Allah berfirman:


    "Manusia adalah umat yg satu. Kemudian Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan dan Allah menurunkan kitab bersama mereka dengan benar untuk memberi keputusan di antar mereka tentang perkara yg mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu selain orang yg telah didatangkan kitab pada mereka, yakni setelah datang pada mereka keterangan-keterangan yg nyata karena dengki antara mereka sendiri. Lantas Allah memberi petunjuk orang-orang yg beriman atas kebenaran perkara yg mereka selisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk jalan yg lurus pada orang-orang yg dikehendaki-Nya" (QS. 2: 212).



    Adapun hukum masuk ke dalam bangunan ka'bah adalah boleh. Sebab Rasul saw pernah melakukan hal tersebut, bahkan diriwayatkan beliau sempat shalat di dalamnya. Dalam sebuah hadis yg diriwayatkan oleh Ibn Umar bahwa:


    " Sesungguhnya Rasul saw pernah masuk ka'bah barsama Bilal, Usamah dan Utsman Ibn Thalhah. Ibn Umar berkata: Kemudian aku bertanya pada Bilal "Apa yg telah dilakukan Rasul saw di dalam ka'bah?" Bilal menjawab: Ada satu tiang di samping kirinya dan satu tiang lagi di samping kanannya dan tiga tiang lainnya berada di belakangnya, kemudian beliau shalat. Ibn Umar berkata: Di dalam Ka'bah saat itu ada enam tiang" (HR. Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Malik, Imam Syafi\i dan Imam Abu Dawud).


    Demikian yg bisa penulis uraikan. Dengan segala kekurangan yg ada penulis berharap tulisan sederhana ini dapat memantapkan para pembaca akan keimanannya dan mampu memotivasi orang yg belum pernah berkunjung ke Mekah untuk melihat langsung keajaiban Ka'bah dan sudah berkemampuan untuk segera mencobanya jika ada kesempatan. Jika banyak kekurangan dalam tulisan ini harap dimaklumi karena boleh dikatakan ini sebagai sarana latihan menulis bagi penulis. Ahirnya penulis ucapkan Hadaanallahu wa Iyyakum Daaiman Ila Sabilil Haq.



    Refrensi

    1. Al Quran al Karim (Terjemah).

    2. Al Munjid fi al Lughah al Arabiyyah al Mu'ashirah (kamus Arab-Arab).

    3. Al Bujairami Ali al Khathib. Ibn Umar al Bujairami.

    4. Al Irtibath al Zamani wa al Aqoidy Bain al Anbiya' wa al Rusu. Dr. HM. Washfi. Dar bn Hazm.

    5. Al Umm. Imam Syafi'i.

    6. www.ensiklopedia.com

    more