• ISRA' & MI'RAJ


    CERMIN KEHIDUPAN UMAT MANUSIA


    Anas Mas'udi El Malawi

    Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya (Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 17: 1)

    Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (QS. 53: 3-10)

    Iman dan Taqwa merupakan kunci kebahagiaan di dunia dan aherat bagi umat manusia. Dengan iman dan taqwa manusia dapat menemukan ketenangan jiwa dan kebahagiaan yang sebenarnya di dunia dan aherat. Dengan iman dan taqwa manusia akan mendapatkan cinta dari sesamanya dan juga dari Tuhannya, bahkan binatang-binatang pun akan segan dan tidak berani mencelakainya karena Allah senantiasa bersama orang-orang yg bertaqwa

    وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (البقرة:194) .

    Oleh karena taqwa merupakan derajat atau maqam yg istimwa, baik di antara sesama manusia maupun di sisi Allah, tidak semua orang mampu mncapai derajat tersebut dengan mudah. Di sana banyak tantangan, rintangan, hambatan dan cobaan yang sengaja discenariokan oleh Allah untuk mengetahui mana di antara hambaNya yg paling bertaqwa dan baik amalnya.

    الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً

    Namun, Allah tidak membiarkan hambaNya lepas bebas begitu saja tanpa petunjuk bagaimana seseorang dapat mencapai derajat taqwa tadi. Di sana Allah menggambarkan beberapa cara dan petunjuk dalam riwayat hidup para utusan dan kekasihnya. Sebagaimana difirmankan dalam QS. Al Ahzab; 21

    لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا

    Antaranya tercover dalam kisah perjalanan hidup Rasul saw.

    Perjalanan Kisah Isra' & Mikraj

    Lima belas abad yg silam, tepatnya pada bulan Rajab, bulan yg penuh dengan berkah dan kemuliaan, baginda Rasul saw mendapat panggilan untuk menghadap langsung kepada Allah, Tuhan semesta alam guna menerima amanat dan hadiah yg paling berharga bagi umatnya, yg tercover dalam peristiwa Isra' & Mi'raj.

    Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang sangat menyedihkan. Seolah tiada celah harapan masa depan bagi risalah yg diemban. Selang beberapa masa sebelum peristiwa Isra' & Mi'raj, isteri tercintanya Khadijah RA dan pamannya, Abu Thalib yang menjadi dinding perjuangannya meninggal dunia. Sementara tekanan fisik maupun psikologis kafir Quraisy terhadap perjuangan beliau semakin berat. Waktu itu seolah beliau kehilangan pegangan, kehilangan arah.

    Dalam situasi seperti itu, rahmat Allah yg meliputi segalanya, mengalahkan dan menundukkan segala sesuatunya, mendatangi beliau. Suatu malam Allah mengutus malaikat Jibril dan Mikail mendatangi baginda Rasul SAW guna menghiburnya dari duka nestapa yg baru saja menimpa dirinya dan menunjukkan tanda kebesaran Allah di alam raya ini. Hingga dengan demikian baginda Rasul SAW semakin yakin dan mantap dalam mengemban amanat risalah ilahiyah.

    Pada malam itu beliau sedang berada di rumah saudari sepupunya, Hindun puteri Abu Thalib yang mendapat nama panggilan Umm Hani'. Baru saja beliau terselip dalam tidur, tiba-tiba atap rumahnya terbuka. Bersamaan dg itu turun dari langit dua sosok tubuh seperti manusia menghampiri beliau. Beliau pun terbangun. Namun beliau ahirnya mengerti kalau tamu tak diundang itu adalah malaikat utusan Allah swt. Beliau kemudian diajak keluar rumah pergi menuju sumur zam-zam. Di sana beliau dibaringkan oleh malaikat tadi dan dadanya dibedah. Kemudian hatinya dibersihkan dg air zam-zam dan diisikan ke dalamnya iman dan hikmah. Setelah selesai dioperasi beliau disuruh wudhu dg air zam-zam. Kemudian disampaikan kabar bahwa beliau dipanggil Allah untuk menghadap langsung.

    Sejenis seekor hewan yg disebut "Buraq" yg didatangkan bersama kedua malaikat tadi pun merunduk siap mengantarkan Rasul SAW memenuhi panggilan Allah. Namun sebelum bertemu Allah, baginda Rasul diperlihatkan ayat-ayat kebesaran ciptaanNya dan beberapa keadaan umatnya.

    Berangkatlah baginda Rasul dg Buraq disertai kedua malaikat (isra') dari Masjidil Haram (Mekah) menuju Masjidil Aqsha (Palestina). Dalam pejalanan beliau sempat singgah di bukit Sina'I (Tur Saina'), tempat Nabi Musa AS menerima wahyu. Lantas beliau shalat dua rakaat di tempat itu. Pun beliau sempat singgah dan shalat di Bait al Lahm (Betlehem), tempat kelahiran Nabi Isa AS. Setelah sampai di Masjidil Aqsha, beliau disambut para Anbiya' dan Rasul pendahulunya. Kemudian beliau diminta untuk menjadi imam mereka dalam shalat.

    Setelah itu beliau melanjutkan perjalanannya menuju Sidratul Muntaha (mikraj). Namun sebelum meneruskan perjalanan, malaikat Jibril menyodorkan dua minuman kepada beliau, susu dan khamr. Tanpa ragu beliau langsung mengabil air susu dan meminumnya. Setelah diminum, malaikat Jibril berkata, "Tepat sekali pilihan kamu. Itu adalah gambaran fitrah (kesucian) umatmu". Andai Rasul mengambil khamr waktu itu, niscaya umatnya akan berpaling dari ajaran-ajaran yg dibawanya. Setelah itu, mereka baru melanjutkan perjalanannya menuju langit ke arah Sidratul Muntaha (mikraj).

    Dalam perjalanan itu ada suara lelaki yg memanggil beliau dari arah kanan dan kiri. Namun, sama sekali beliau tidak merespon panggilan tersebut. Setelah itu datang pula panggilan suara perempuan dari arah depan. Beliau pun tidak memperdulikannya. Hingga ahirnya sampai di pintu langit. Di mana panggilan tersebut kemudian dipahami bahwa panggilan yg datang dari arah kanan dan kirinya merupakan gambaran umat Yahudi dan Nasrani yg senantiasa mengganggu aktivitas umat Islam. Yg juga berarti umat Islam harus waspada terhadap mereka dan kalau tidak dalam keadaan terpaksa, tidak perlu bekerja sama dengan mereka.

    Begitu sampai di langit, Rasul bertemu Nabi Adam AS di langit pertama. Di langit kedua bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf. Di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris. Di langit kelima bertemu dengan Nabi Daud. Di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim AS.

    Kemudian sampailah baginda Rasul SAW di Sidratul Muntaha. Di sana beliau bertemu langsung dengan Allah SWT, yg kemudian mendapat amanat berupa shalat lima puluh kali sehari semalam. Namun, dalam perjalanan pulang, beliau diminta oleh Nabi Musa AS untuk mohon keringan pada Allah dg alasan umat Muhammad SAW tidak akan mampu mengerjakan shalat 50 kali sehari semalam tiap harinya. Beliau pun mengikuti nasehat Nabi Musa tadi. Dan ahirnya shalat 50 kali itu diringankan oleh Allah hingga menjadi lima kali sehari semalam setelah berulang-ulang mohon kerinngaan.

    Namun, walaupun hanya lima kali, nilainya sama seperti 50 kali ibadah-ibadah umat terdahulu. Bagi umat Nabi Muhammad SAW, Allah memberikan keistmewaan tersendiri. Setiap amal kebaikan yg dikerjakan, pahalanya akan dilipat-gandakan sepuluh kali lipat. "Barang siapa bermaksud berbuat baik, tapi tidak terlaksana, dicatat baginya satu amal kebaikan. Namun jika niat baik tadi dikerjakan, dicatat baginya sepuluh kali amal kebajikan. Dan barang siapa yang bermaksud jahat, tapi tidak terlaksana, tidak akan dicatat baginya amal kejahatan tadi. Namun jika niat jahat tadi dikerjakan, dicatat baginya satu amal kejahatan".

    Pelajaran dalam Kisah Isra' & Mikraj

    Perjalanan Nabi Muhammad saw. dari Makkah ke Bayt Al-Maqdis, kemudian naik ke Sidrat Al-Muntaha, bahkan melampauinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu yg sangat singkat, merupakan tantangan terbesar sesudah Al-Quran disodorkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Peristiwa ini membuktikan bahwa sifat ilmu dan qudrat Allah meliputi dan menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang terbatas dan tak terbatas, tanpa batas waktu atau ruang.

    Kaum empirisis dan rasionalis, yang melepaskan diri dari bimbingan wahyu, dapat saja menggugat: Bagaimana mungkin kecepatan, yang bahkan melebihi kecepatan cahaya, kecepatan yang merupakan batas kecepatan tertinggi dalam continuum empat dimensi ini, dapat terjadi? Bagaimana mungkin lingkungan material yang dilalui oleh Nabi Muhammad SAW tidak mengakibatkan gesekan-gesekan panas yang merusak tubuh beliau sendiri? Bagaimana mungkin beliau dapat melepaskan diri dari daya tarik bumi? Ini tidak mungkin terjadi, karena ia tidak sesuai dengan hukum-hukum alam, tidak dapat dijangkau oleh panca indera, bahkan tidak dapat dibuktikan oleh patokan-patokan logika. Demikian kira-kira kilah mereka yang menolak peristiwa ini.

    Pendekatan yang paling tepat bagi kita –kaum muslimin- untuk memahami masalah ini adalah pendekatan iman. Inilah yang ditempuh oleh Abu Bakar AlShiddiq, seperti tergambar dalam ucapannya: "Apabila Muhammad yang memberitakannya, pasti benarlah adanya".

    Imam Al-Suyuthi berpendapat bahwa pengantar satu uraian dalam Al-Quran adalah uraian yang terdapat dalam surat sebelumnya Sedangkan inti uraian satu surat dipahami dari nama surat tersebut, seperti dikatakan oleh Al-Biqai'i. Dengan demikian, maka pengantar uraian peristiwa Isra' adalah surat yang dinamai Tuhan dengan sebutan Al-Nahl, yang berarti lebah.

    Mengapa lebah? Karena makhluk ini memiliki banyak keajaiban. Keajaibannya itu bukan hanya terlihat pada jenisnya, yang jantan dan betina, tetapi juga jenis yang bukan jantan dan bukan betina. Keajaibannya juga tidak hanya terlihat pada sarang-sarangnya yang tersusun dalam bentuk lubang-lubang yang sama bersegi enam dan diselubungi oleh selaput yang sangat halus menghalangi udara atau bakteri menyusup ke dalamnya, juga tidak hanya terletak pada khasiat madu yang dihasilkannya, yang menjadi makanan dan obat bagi sekian banyak penyakit.

    Lebah dipilih Tuhan untuk menggambarkan keajaiban ciptaan-Nya agar menjadi pengantar keajaiban perbuatan-Nya dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj. Lebah juga dipilih sebagai pengantar bagi bagian yang menjelaskan manusia seutuhnya. Karena manusia seutuhnya, manusia mukmin, menurut Rasul SAW adalah "bagaikan lebah, tidak makan kecuali yang baik dan indah, seperti kembang yang semerbak; dan tidak menghasilkan sesuatu kecuali yang baik dan berguna, seperti madu yang dihasilkan lebah itu".

    Dari sisi lain, dalam kumpulan ayat-ayat yang mengantarkan uraian Al-Quran tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj ini, berulang kali ditegaskan tentang keterbatasan pengetahuan manusia serta sikap yang harus diambilnya menyangkut keterbatasan tersebut. Simaklah ayat-ayat berikut: و يخلق ما لا تعلمون "Dia (Allah) menciptakan apa-apa (makhluk) yang kamu tidak mengetahuinya" (QS. Al Nahl: 8), إن الله يعلم و أنتم لا تعلمون "Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al Nahl: 74); dan و ما أوتيتم من العلم إلاّ قليلا "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit" (QS. Aly Isra': 85); dan banyak lagi lainnya.

    Itulah sebabnya, ditegaskan oleh Allah dengan firman-Nya (QS. Al Isra': 36):

    و لا تقْفُ ما ليس لك به علم إن السمع و الأبصار و الفؤاد كل أولئك كان عنه مسؤولا

    "Dan janganlah kamu mengambil satu sikap (baik berupa ucapan maupun tindakan) yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang hal tersebut; karena sesungguhnya pendengaran, mata, dan hati, kesemuanya itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban".

    Dari penjelasan kisah tersebut di atas, banyak pelajaran yg dapat kita ambil. Sekiranya waktu singkat khutbah Jum'at ini tidaklah cukup untuk menguraikan semuanya. Namun, dapat ambil beberapa hal yg terpenting darinya. Antara lain:

    1. konteks situasi terjadinya Isra' & Mi'raj pada kondisi rasul SAW yg sedang susah dan hampa. Berarti kesusahan dan kesedihan hanya bisa dihilangkan dengan mendekatkan diri pada Allah SWT. Bukan malah menenggak anggur merah.
    2. purifikasi / penyucian hati. Sekiranya jika hamba ingin benar-benar merasakan kehadiran Allah, kususnya dalam shalat, hendaknya ia membersihkan hatinya dari jenis penywakit hati dan menyuecikannya dg memperbanyak istighfar dan dzikir.
    3. rasul memiih susu dan menolak khamr, berarti setiap hamba yang berkehendak membersihkan dan menyucikan hatinya, ia harus menjaga dirinya dari menkonsumsi barang-barang haram dan hanya mengkonsumsi yg halal.
    4. perjalanan horisontal dan vertikal dalam Isra' & Mi'raj, berarti adanya amal duniawi untuk kepentigan ukhrawi. Artinya amal ibadah bukan terbatas hanya shalat, zakat, puasa dan haji saja. Namun di sana banyak amal-amal lain yg bisa dikategorikan ibadah kalau amal itu diniatkan karena Allah.
    5. rasul SWT sebagai imam para rasul terdahulu dalam shalat, berarti adanya pernyataan bahwa Nabi Muhammad SAW imam / pemimpin semua umat dari umat Ada AS sampai umat ahir zaman.
    6. kembalinya rasul SAW ke bumi lagi, berarti seorang pemimpin tidak boleh hanya bersenang-senang menikmati hasil yg diperlehnya. Namun ia harus benar-benar mengingat rakyat yg dipimpinnya dan memperjuangkan serta melindungi hak-hak mereka hingga merasa tenang, aman dan tentram.
    7. perintah shalat wajib lima waktu yg diterima langsung oleh Rasul SAW dari Allah SWT secara langsung, berarti shalat tersebut mempunyai banyak keistimewaan, kemulian dan rahasia yg mungkin belum terungkap sampai detik ini, yg tercover dalam beberapa pertanyaan. Kenapa perintah shalat diterima secara langsung? Kenapa harus di langit? Kenapa diperjalanannya singgah di tempat-tempat bersejarah nan suci, seperti bukit Sina'i dan Betlehem? Kenapa dengan kendaraan binatang? Padahal Malaikat Jibril dg kemampuannya sangat mungkin mampu mengantarkan beliau bertemu Allah tanpa kendaraan dll.

    Demikian penjelasan singkat tentang peristiwa Isra' & Mi'raj. Pristiwa yg mampu menggambarkan perjalanan hidup manusia di dunia dengan singkat dan mampu memberikan tuntunan yg benar bagi mereka yg mau mempelajarinya. Dan yg terpeting dari peristiwa tersebut adalah datangnya perintah shalat lima waktu yg merupakan tiang agama kita yg harus kita tegakka dan kerjakan di manapun dan kapanpun berada.

    Refrensi

    Al Qur'an Digital. Versi 2.0.

    Syarh Shahih Muslim. Al Imam al Hafidh al Thabari.

    Artikel "Makna Isra' & Mikraj". Prof. Dr. Quraisy Syihab.

    Artikel "Dari Pembatalan Piagam Madinah Sampai kepada Isra' Muhammad SAW". M. Husain Haikal.

    Artikel "Isra' & Mikraj". Syamsi Ali.

    Artikel "Isra' & Mikraj: Mukjizat, Salah Tafsir dan Makna Pentingnya". T. Djamaluddin.

    more
  • Merayakan Maulid Nabi SAW (2)


    18/03/2008


    Jika sebagian umat Islam ada yang berpendapat bahwa merayakan Maulid Nabi SAW adalah bid’ah yang sesat karena alasan tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah saw sebagaimana dikatakan oleh beliau:


    إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. رواه أبو داود والترمذي

    Hindarilah amalan yang tidak ku contohkan (bid`ah), karena setiap bid`ah menyesatkan. (HR Abu Daud dan Tarmizi)


    Maka selain dalil dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi tersebut, juga secara semantik (lafzhi) kata ‘kullu’ dalam hadits tersebut tidak menunjukkan makna keseluruhan bid’ah (kulliyah) tetapi ‘kullu’ di sini bermakna sebagian dari keseluruhan bid’ah (kulli) saja. Jadi, tidak seluruh bid’ah adalah sesat karena ada juga bid’ah hasanah, sebagaimana komentar Imam Syafi’i:


    المُحْدَثَاتُ ضَرْباَنِ مَاأُحْدِثَ يُخَالِفُ كِتاَباً أَوْسُنَّةً أَوْأَثَرًا أَوْإِجْمَاعًا فَهَذِهِ بِدْعَةُ الضَّلاَلِ وَمَاأُحْدِثَ مِنَ الخَيْرِ لاَيُخَالِفُ شَيْئاً مِنْ ذَالِكَ فَهِيَ مُحْدَثَةٌ غَيْرَ مَذْمُوْمَةٍ

    Sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) ada dua macam: Sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW, prilakuk sahabat, atau kesepakatan ulama maka termasuk bid’ah yang sesat; adapun sesuatu yang diada-adakan adalah sesuatu yang baik dan tidak menyalahi ketentuan (al Qur’an, Hadits, prilaku sahabat atau Ijma’) maka sesuatu itu tidak tercela (baik). (Fathul Bari, juz XVII: 10)


    Juga realitas di dunia Islam dapat menjadi pertimbangan untuk jawaban kepada mereka yang melarang maulid Nabi SAW. Ternyata fenomena tradisi maulid Nabi SAW itu tidak hanya ada di Indonesia, tapi merata di hampir semua belahan dunia Islam. Kalangan awam diantara mereka barangkali tidak tahu asal-usul kegiatan ini. Tetapi mereka yang sedikit mengerti hukum agama berargumen bahwa perkara ini tidak termasuk bid`ah yang sesat karena tidak terkait dengan ibadah mahdhah atau ritual peribadatan dalam syariat.

    Buktinya, bentuk isi acaranya bisa bervariasi tanpa ada aturan yang baku. Semangatnya justru pada momentum untuk menyatukan semangat dan gairah ke-islaman. Mereka yang melarang peringatan maulid Nabi SAW sulit membedakan antara ibadah dengan syi’ar Islam. Ibadah adalah sesuatu yang baku (given/tauqifi) yang datang dari Allah SWT, tetapi syi’ar adalah sesuatu yang ijtihadi, kreasi umat Islam dan situasional serta mubah.


    Perlu dipahami, sesuatu yang mubah tidak semuanya dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Imam as-Suyuthi mengatakan dalam menananggapi hukum perayaan maulid Nabi SAW:


    وَالجَوَابُ عِنْدِيْ أَنَّ أَصْلَ عَمَلِ المَوْلِدِ الَّذِيْ هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَأَةُ مَاتَيَسَّّرَ مِنَ القُرْآنِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَأِ أَمْرِالنَّبِيّ صَلَّّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّّمَ مَاوَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الاَياَتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَهُ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَالِكَ مِنَ البِدَعِ الحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيْ صََلََّى اللهُُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِالفَرَحِ وَالِاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ


    Menurut saya asal perayaan maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian dihidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu tergolong bid’ah hasanah(sesuatu yang baik). Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhamad saw yang mulia. (Al- Hawi Lil-Fatawa, juz I, h. 251-252)


    Pendapat Ibnu Hajar al-Haithami: “Bid’ah yang baik itu sunnah dilakukan, begitu juga memperingati hari maulid Rasulullah SAW.”


    Pendapat Abu Shamah (guru Imam Nawawi): ”Termasuk hal baru yang baik dilakukan pada zaman ini adalah apa yang dilakukan tiap tahun bertepatan pada hari kelahiran Rasulullah saw. dengan memberikan sedekah dan kebaikan, menunjukkan rasa gembira dan bahagia, sesungguhnya itu semua berikut menyantuni fakir miskin adalah tanda kecintaan kepada Rasulullah SAW dan penghormatan kepada beliau, begitu juga merupakan bentuk syukur kepada Allah atas diutusnya Rasulullah SAW kepada seluruh alam semesta”.


    Untuk menjaga agar perayaan maulid Nabi SAW tidak melenceng dari aturan agama yang benar, sebaiknya perlu diikuti etika-etika berikut:


    1. Mengisi dengan bacaan-bacaan shalawat kepada Rasulullah SAW.

    2. Berdzikir dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.

    3. Membaca sejarah Rasulullah SAW dan menceritakan kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan beliau.

    4. Memberi sedekah kepada yang membutuhkan atau fakir miskin.

    5. Meningkatkan silaturrahim.

    6. Menunjukkan rasa gembira dan bahagia dengan merasakan senantiasa kehadiran Rasulullah SAW di tengah-tengah kita.

    7. Mengadakan pengajian atau majlis ta’lim yang berisi anjuran untuk kebaikan dan mensuritauladani Rasulullah SAW.


    HM Cholil Nafis MA
    Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il (LBM) PBNU


    Komentar:



    Gus Nur menulis:

    Ada pengalaman unik yang kadang menggugah saya untuk merenung tentang setiap perayaan Maulidan di kampung saya.

    Ketika di awal acara Maulidan, seperti biasa diadakan pembacaan ayat suci al Qur'an, pada waktu itu hadlirin hanya disibukkan oleh pembagian konsumsi dan sibuk mengatur tempat duduk hingga malah sebagian hadlirin tidak menyimak pembacaan kalam Allah tersebut.

    Sebaliknya, ketika dibacakan sholawatan dan pembacaan syair Barzanji, hadlirin mengikuti dengan bukan main khusu'-nya, malah ada sebagian yang menangis karena syahdunya dan merdunya pembacaan syair-syair ini.

    Tentu saja ini menjadi kenyataan yang menyedihkan, dan ketika saya ingatkan kepada panitia agar diatur acaranya supaya hadlirin bisa lebih menghargai kalam Allah, malah dijawab dengan hal-hal yang negatif.

    Semoga pengalaman seperti itu hanya terjadi di kampung saya saja.

    Terima kepada NU online untuk tidak "mencekal" komentar saya lagi.

    Ahmad Seadie menulis:

    Saya setuju dengan tulisan di atas. Saya yakin, semakin dibidahkan peringatan maulid akan semakin semarak dilaksanakan oleh umat Islam. Sebab, tidak ada sisi negatif dari acara tersebut. Bahkan, amat banyak sisi positifnya. Mengenai tuduhan "menghambur-hamburkan uang", biarkan saja, toch kita tidak minta sama mereka.

    musa menulis:

    memang hal demikian tidak perlu diperdebatkan, tapi perlu semua orang tahu, itupun kalau mau

    Fanani menulis:

    Sebenarnya, kalau ada teman yang berpendapat bahwa acara maulidan, tahlilan, yasinan dsb itu menyusahkan orang kecil karena mereka harus mengeluarkan uang, warga nahdliyyin harus bisa menjelaskan dan merespon hal tersebut sebaik mungkin. Karena jika tidak, pandangan tersebut akan semakin lama berkembang dan seiring dengan kehidupan yang materialis, pendapat tersebut memang benar secara logika. Jadi pendapat saya, uang yang dikeluarkan untuk shalawatan dsb memang diniatkan untuk shadaqoh bukan dibuang-buang. Apalagi kalo acara itu membawa manfaat bagi banyak orang, kan jadi amal jariyah. Manfaatnya wuihhhhhhhhhhhhh......ga ketulungan banyaknya. Maha Suci Allah Yang Maha Kaya....

    heprin menulis:

    Memang kalau kita mau jujur, Banyak kejadian dimana pada saat pembacaan Al-Quran banyak orang sibuk dan tidak memperhatikannya. itu sering kali terjadi baik acara Isro' Mi'roj, Maulid bahkan pernikahan. jadi tolong pada gus nur untuk tidak mendramatisir fokus pada acara maulid aja. hal ini terjadi karena kurangnya pengertian dari masyarakat Islam Indonesia khususnya saya pribadi bahwa mendengarkan orang yang membaca Al-qur'an dengan khusyu' itu mendapat pahala. semoga dengan forum ini saya dan semuanya bisa dan harus bisa bila pada suatu acara ada pembacaan Al-Qur'an kita mendengarkan dengan khusyu' amin

    muhammad menulis:

    saya hanya ingin mengomentari perihal hadits "kullu bid'atin dholalah". Yang pak kiyai sebut sebagai makna sebagian bid'ah saja. Tentu hal ini benar manakala bid'ah dilihat dari sisi bahasa (etimologi). Karena bid'ah dari sisi bahasa pun ada yang jelek. Seperti menciptakan alat bantu sex, misalkan.

    sama halnya dengan kata "haidh" seandainya dikatakan "setiap haidh itu kotor" maka ini masih menimbulkan pertanyaan, apakah ini makna secara bahasa atau syariat. Kalau dilihat secara bahasa maka tentu setiap haidh tidak kotor. Karena "haidh" makna bahasanya adalah "mengalir". Apakah setiap yang mengalir itu kotor, tidak bukan?

    Akan tetapi dilihat dari syariat maka haidh itu pasti kotor, karena maknanya adalah darah kotor dari wanita. Nashnya sangat jelas di dalam al-qur'an.

    Sekarang kembali ke bid'ah. Hadits "setiap bid'ah itu sesat" adalah ucapan Rasulullah saw berkaitan dengan syariat, buka bahasa. Jadi kata "kullu" dalam hadits tsb sangat kuat bermakna umum tanpa takhsis.

    hamid menulis:

    Buat : Mr Nur maaf buka gus nur

    Tak ada yang mencekal komentar kamu,tapi tolong kalau bicara dengan hati,walaupun cuma didunia maya,tapi Alloh maha tahu apa yang ada dalam hatimu,coba berkomentar yang lebih arif,lebih bijak dan berikan solusinya,lihatlah orang-orang Nu secara keseluruhan bukan yang kamu lihat (maaf) orang-orang Nu yang masih awam,kalau sudah benci sama Nu apapun yang dilakukan orang Nu dimatamu kelihatanya salah,tidak melihat dirimu sendiri yang pasti banyak kekurangan,tidak apa-apa kamu benci Nu,bahkan sepertinya kamu tahu hati orang-orang Nu,sampai sebegitu memperhatikan tingkah laku waktu orang orang Nu mendengarkan bacaan Al Qur'an dan barjanji,kamu tahu orang Nu lebih khusu mendengarkan
    barjanji daripada Qur'an,nur..nur...
    bercerminlah,kamu sudah banyak berburuk sangka pada orang-orang Nu,

    BUSONO menulis:

    Hanya renungan buat yg ngaku gus Nur..
    Saya py guru seorang yg sgt alim dan tawaddu, pernah sy ty pd beliau ttg cara ibadah tetangga yg mnrt saya agak tepat..beliau hy menjawab kita tdk tahu ibadah siapa yg di terima oleh Allah sibukkanlah dirimu sendiri mengoreksi diri sendiri. dia mencontohkan org dulu cara ibadahnya biasa2 aja tp do'anya makbul.beda org skrg pinter2 tp hy teory saja. Beliau menambahkan hari2 saya di liputi rasa takut kepada Allah saya tdk berani menggurui org lain.
    saya malu tak terhingga mendengar jawaban itu. andai semua org pintar sprt beliau...tak bakalan ada perdebatan..yg tak penting.
    Wassala

    Jimmy menulis:

    Yang saya tau pembagian konsumsi itu setelah selesai Do'a bukan pada saat membaca kitab suci. kelihatan kalau kamu mencari-cari kelemahan dan kekurangan acara orang NU.
    semakin lama kok kelihatan Nur itu orang yang nggak ngerti silaturahim/perkumpulan kok tambah O'on..Dungu... n Geblek....sih kamu Nur...
    kamu kan sering upload situs ini......mestinya tambah pinter la..kok...
    kurang gizi kamu ya...

    ibnu menulis:

    Kita org islam mesti hati2 dlm bicara, komentar. ttp usahakan dg damai (salam). Untuk acara maulid Nabi, lihat asal-usulnya, tujuannya apa? baca sejarahnya, bukan cuman dalil2nya. kita, dg maulid Nabi spt diingatkan ghirah (semangat) berjuang kita yg saat ini sudah kritis. lihat kita kalah oleh org non islam, ekonomi, militer, teknologi, dll. Nah saatnya kita bangkit, spt yg dicontohkan oleh Shalahudin Al Ayubi dlm menyemangati pasukannya, hingga menang dlm perang melawan kaum kafir. ingat itu !!! terutama yg byk bicara dalil2, cuman blm ngerti betul artinya. lha wong ayat Qur'an ada asbabun Nuzul, hadits ada asbabul wurudnya......

    imam menulis:

    Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah keharibaan baginda Rasulullah, Muhammad SAW, atas para keluarganya, para sahabatnya, pengikutnya hingga hari akhir nanti.
    “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” QS Al-Ahzab:56
    Rasulullah SAW “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
    Saudaraku semoga kita menghadiri majlis peringatan maulid karena cinta kepada Allah SWT&Rasulullah SAW. Meneladani akhlak Rasul yg mulia minimal bagi keluarga & lingkungan.
    Hari ini saya menghadiri peringatan maulid Nabi dan berbeda dari apa yg diceritakan Sdr Nur. Namun jika benar yg disampaikan Sdr Nur marilah kita dan saya ajak sdr Nur meluruskan saudara kita yg mungkin belum mengerti itu
    Mari jaga ukhuwah krn tidak ada yg senang melihat muslimin bertengkar selain syaitan yg terkutuk. Jaga situs mulia ini dg bahasa sikap santun, akhlak yg mulia

    muhammad menulis:

    Buat al akh Busono,
    benar apa yang antum sebutkan tentang pentingnya sifat tawadhu' dalam ilmu, dan agar lebih memperhatikan amalan yang telah kita perbuat.

    Ada pula hal yang tidak boleh kita luput darinya yaitu saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran (Al Ashr). Bahkan Imam Syafi'i sampai mengatakan bahwa surat Al Ashr ini cukup sebagai hujjah bagi mahluk (manusia), sekiranya Allah tidak menurunkan surat lainnya.

    Syarat diterimanya amal itu ada dua, pertama ikhlas karena Allah semata dan muttaba'ah yakni mengikuti contoh Rasulullah saw. Dan kita menasihatinya tidak dgn membedah hati seseorang, karena ini perkara dia dengan Allah, akan tetapi cukup menilai dzahir amalan seorang tsb. Sebagaimana kaidah fiqh berbunyi: Kita menyimpulkan hukum berdasarkan apa yang dzahir (kelihatan) sedangkan apa yang di balik itu menjadi urusan Allah.

    Jadi kita wajib mengingatkan jika saudara kita yang melakukan suatu amalan yang hanya didasarkan pada perasaan dan orang banyak saja.

    Hasan menulis:

    Buat Mas Nur dan MUhammad,
    Dari pada saya ikut pendapat kalian, saya jauh lebih yakin ikut pendapat pendapat Imam Assuyuti seperti diatas. Ngapain saya mesti ikut orang yang ilmunya masih "cetek"

    al fajri menulis:
    Komentar yang disampaikan saudara mohammad terhadap yang disampaikan mas Busono tidak nyambung alias LETOY. Wong yang disampaikan itu mengenai sifat Tawaddu kok dikomentari syarat diterimanya amal. Sungguh sanggahan yang (skali lagi) gak nyambung.

    hadi menulis:

    buat akh muhammad, benar kita sesama muslim emang harus selalu saling mengingatkan dlm kebajukan...tapi tentu kita sbg manusia, bisa merasakan apakah saudara kita itu niatnya menasehati dlm kebaikan atau hanya sekedar mencari-cari kesalahan orang lain, nah tentu yg ini yg patut disesalkan...klo hanya mencari-cari kekurangan orang lain, maka dia itu gak akan pernah melihat kebaikan yg dilakukan orang lain tsb...coz sikap sperti itu emang didasari rasa benci dari awal...hal itu tampak sekali dlm komentar Agus Nur di banyak tulisan situs ini..bisa anda cek....

    klo emang seperti saudara Agus Nur itu niatnya menasehati, tentu dalam kasus H. Mahrus dia seharusnya tdk sok membela2 Mahrus dgn mencari2 sebuah alasan pembelaan...klo dia emang konsisten dg pengertian "BID`AH"nya yg ditujukan ke amalan nahdliyin tentu cara dakwah H. Mahrus yg spti itu jg bid`ah coz gk ada teladan nabi, sahabat, atau ulama salaf ttg cara dakwah spt itu.....ee akh Agus Nur malah sok membela gt....astagfirullah.

    Sutar menulis:

    Saya pernah baca dari buku takziyatun Nafs,bahwa salah satu jalan pintu masuk setan ke dalam hati adalah "Fanatik berlebihan terhadap alirannya,merasa alirannya paling benar sendiri dan menyalahkan aliran orang lain".Jadi bagi yang merasa benar sendiri hati-hatilah karena jangan-jangan hati anda telah dimasuki setan.Perbanyaklah Istighfar,jangan menyalahkan aliran orang lain,berdiskusi boleh saja,tapi kalau sudah menyalahkan ,Waspadalah......

    rangga menulis:

    model mr nur &muhammad weleh2 namanya sih cahaya dan terpuji tapi akhlaknya masyaa ALlaaaaaaaaaaah kelakuannya kayak rombongan kalam wadi cs itu lo barisan sakit hati orang Hindu&budha jaman wali9 kerjaannya mencaci wali9

    rangga menulis:

    buat mas nur&muhammad weleh2 namanya kern cing cahaya 7terpuji kelakuannya kayak rombongan kalam wadi itu tu yg di dharmo gandul benci sama wali 9 jangan2............ generasi penerus paling nggk sama kepentingannya memusuhi wali 9

    Abu_rey menulis:

    Ana punya metode sederhana utk menilai SYAR'I untuk beberapa amalan ibadah.
    Lupakan sementara, apa itu Muhammadyah, lupakan NU, Salafy,HTI,dll.
    Kita sepakat jika amalan tsb di benar-kan oleh semua ( MUH, NU, Salafy,dll),maka LAKUKAN. Sebaliknya jika amalan tsb khilaf atau di anggap khilaf oleh semua, maka TINGGAL-kan.

    1. Bacaan sholawat
    "Allâhumma shalli 'alâ Muhammad wa 'alâ 'âli Muhammad, kamâ shallaita 'alâ Ibrâhîm wa 'alâ 'âli Ibrâhîm, Innaka hamîdun majîd. Allâhumma bârik 'alâ Muhammad wa 'alâ âli Muhammad kamâ bârakta 'alâ Ibrâhîm wa 'alâ âli Ibrâhîm. Innaka hamîdun majîd".

    Saya yakin semua sepakat dg itu, maka jika ada sholawat model lain yg bacaan jauh dr itu tinggal-kan.

    2. Doa utk orang meninggal
    Sepakat NU,MUH,Salafy,dll doa setelah sholat akan sampai.
    Jadi tinggal-kan Model tahlilan yg msh di perselisihkan.

    Mohon maaf, jika ada yg tdk berkenan.

    HAMID menulis:

    Buat Rekan rekan semua

    Jangan terpancing dengan apa yang dikatakan oleh si Abu,jangan menyibukan diri kita dengan mencari cari kelemahan orang lain,ingat Alloh maha tahu dan maha melihat,ikhlas dalam segala urusan ibadah lebih penting,banyak istighfar,banyak bertobat lebih baik,dari pada kita terpancing emosi dengan orang-orang yang benar-benar benci apa yang dilakukan oleh kita,sudah sangat keterlaluan,mereka sudah tidak pernah menganggap siapa itu para wali dan para ulama,buat apa dikomentari,berikan doa pada mereka semoga mereka benar-benar menjadi seorang ahli ibadah,menjadi orang ikhlas dalam setiap langkah hidupnya,tidak berprasangka sebelum tahu yang sebenarnya,semoga.. aminn.

    Regol menulis:

    Saudara2ku

    Saya Ingin bertanya, sekaligus juga kepada penulis, Alhamdulillah keterangan2nya sangat banyak tapi mengapa kalo amalan Maulid ini sangat baik para shahabat Rasul terutama yang empat tidak pernah melaksanakannya...?

    Rasul mengatakan kalo kita melakukan perbuatan yang biasa dilakukan oleh suatu kaum maka kita dapat digolongkan dengan kaum tsb.
    nah... Maulid itu kan ulang tahun... sama dong dengan NATAL....
    kalo saudara2 berkenan menjawab .. tolong jangan dengan emosi...
    Jazakallah..

    muhammad menulis:

    @mas Hasan

    Sudahkah antum baca bagian pertama artikel ini bahwa di masa Rasulullah saw, sahabat, tabiin maulid tidak pernah ada. Bahkan di era Imam Madzhab empat pun tak satupun mereka melakukannya. Mengapa antum tidak mengikuti Imamnya Imam As-Suyuti itu sendiri yaitu Imam Syafii? Tidak akan pernah beres urusan agama ini kalau selalu mendahulukan pendapat manusia.

    Kita tidak boleh mendahulukan pendapat siapapun daripada perkataan Allah dan Rasul-Nya.

    Perhatikan perkataan Ibnu Abbas:

    "Hampir-hampir batu-batu berjatuhan dari langit menimpa kalian, aku katakan bersabda Rasulullah, kalian katakan berkata Abu Bakar dan Umar"

    Rasulullah bersabda untuk menjauhkan kita dari perkara-perkara baru dalam agama, tapi antum katakan lebih baik mengikuti Imam As-Suyuti.

    KANG MUS menulis:

    ubtuk abu ray..naldoo. itu tandanya sampeyan cuman mau baca sholawat kalao pas sholat doang. wong males kok ajak ajak. la wong kl nyanjung istri saja kata kata yang indah di keluarkan, masak nyanjung junjungan kita kok gak boleh, ono ono wae kang ronaldo iki

    Abu_rey menulis:

    Fitnah besar jika orang yg berManhaj Salaf selalu mengolok-2 wali 9. Memang ada beberapa hal yg tdk sesuai. Wali 9 (Semoga Allah merahmati beliau-2) memang berjasa utk dakwah Islam Indonesia dg Ijin ALLOH tentunya.

    Benar, Tidak boleh Seseorang merasa benar sendiri.
    Bahwa kebenaran dari ALLAH Subhanahu wa Ta'ala yang berupa risalah tidak diberikan kepada semua makhlukNYA,
    dan tidak juga kepada setiap manusia tetapi ALLAH Subhanahu wa Ta'ala menunjuk beberapa utusan
    dan utusan yang diutus oleh ALLAH Subhanahu wa Ta'ala kepada kita adalah Rosulullah Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasallam.
    dan hanya perkataan dan perilaku beliaulah yang harus kita jadikan sebagai rujukan dalam mengukur sesuatu itu benar atau salah.

    Bagi rekan-2 yg ingin belajar agama dg Manhaj salaf, bisa seach alamat taklim ke google.co.id sesuai alamat daerahnya.

    Contoh : Alamat kajian salaf Jakarta

    Siapa tahu, yg anda tdk suka ternyata kebenaran

    Abu Ahmad menulis:

    Ya Allah, ampunilah Abu_rey, mas nur, dan teman-teman sepahamnya....

    @Hamid
    Aamiinn..

    al fajri menulis:

    Buat rekan2 semua..
    Tolong waspadai setiap komentar dari orang2 yang (sekali lagi) hanya sekedar berbeda. Kemudian ujung2nya, iklan mengenai ajarannya seperti mr. abu di atas. Semoga NU semakin besar di tengah serbuan ajaran wahabi seperti orang2 macam mr. abu dan konco2nya. Allahumma amien.

    Kang Bejo menulis:

    Dalam syair Barzanji ada teori filsafat kejadian alam versi sufi, dikenal dengan Teori Haqiqat Muhammadiyah. Teori ini sangat menarik untuk direnungkan secara mendalam karena inilah konsep sufi tentang proses kejadian alam yang mirip dengan teori Big Beng saintis Barat.
    Bahwa asal mula kejadian ini adalah dari Nur Muhammadi (cahaya yang terpuji), memancar dari pusatnya yang maha gaib kemudian menjilma menjadi planet-planet dan segala yang hidup maupun yang mati, seperti air, udara, api, tanah, dll. Segala sesuatu selain Allah adalah berasal dari cahaya itu.
    Konsep ini penting untuk dipahami, bukan untuk dihayati dan sekedar dilagukan saja, karena penulis Barzanji sebenarnya mengirim pesan agar ummat Muhammad menjadi ummat yang gemar berfikir dan merenung secara mendalam tentang segala hal dalam rangka mengagungkan Tuhan.
    Jadi Barzanji sebaiknya bukan hanya dibacara pada bulan Maulid saja, tetapi mesti direnungkan setiap saat

    Ghanib_64 menulis:

    Yang jelas selama bulan maulid ini yg pake gelar habib yg sibuk ngitungin duit yg akan mengalir ke koceknya. wakakak.

    aries menulis:
    ass....wr.wb

    Setuju kang Fajri.....saatnya merapatkan barisan.....untuk saudaraku yang sepemahaman...ana kenalkan blog yang menyorot sejarah2 hitam(lembar hitam kaum wahabi) untuk memperkaya wawasan hingga tidak mudah di bodohi oleh kelompok yang mengaku paling salaf...
    bisa search ke google.com
    ex : Salafy indonesia(kelompok salafy yang ada selain tdk sesuai dg kelompok mayoritas muslim indonesia....)klik yang nii...yakin deh kita akan dapat banyak info tentang siapa sebenarnya kelompok mereka
    selamat berkunjung.....

    BRAVOO NU

    Wassalam

    Taufik menulis:

    Sebaiknya anda melihat islam secara menyeluruh/global. Islam rahmatan lil alamin. Kalau yang masalah khilafiyah harus kita tinggalkan, maka umat islam tidak akan beribadah sama sekali. hampir semua ibadah umat islam di dunia ini tidak ada yang sama. Biarlah umat islam beribadah sesuai mazhabnya masing-masing. Kita saling menghormati. Kedepankan ukhuwah islamiyah. Ibadah haji adalah salah satu cara kita belajar menghormati ibadah orang lain. Bagi yang ingin belajar menghormati dan tidak menyalahkan ibadah orang lain, maka BERHAJILAH.

    imamuddin menulis:

    Sdrku seiman dan seislam...Rasanya tidak akan pernah terselesaikan permasalah maulid ini..sdh banyak para ulama besar memperselisihnya ... mari kita melek diri atas kualitas umat islam .. keterbelakang,kebodohan dan ketidakberdayaan memimpin dunia..ini sebenarnya pr kita bersama.. mari kita berlapang dada dlm masalah yg diperselisihkan jangan memojokkan dan mencela... ambil contoh hubungan antara guru dan murid yaitu imam syafei ra dan imam ahmad ra...meskipun dlm beberapa hal mereka berbeda spt qunut subuh ..toh mereka tetap harmonis ... tidak mencela satu sama lain..itulah akhlak mulia..jangan sampai alih alih menghidupkan sunnah justru meruntuhkan sunnah yang lain..

    imamuddin menulis:

    Sdrku seiman dan seislam...Rasanya tidak akan pernah terselesaikan permasalah maulid ini..sdh banyak para ulama besar memperselisihnya ... mari kita melek diri atas kualitas umat islam .. keterbelakang,kebodohan dan ketidakberdayaan memimpin dunia..ini sebenarnya pr kita bersama.. mari kita berlapang dada dlm masalah yg diperselisihkan jangan memojokkan dan mencela... ambil contoh hubungan antara guru dan murid yaitu imam syafei ra dan imam ahmad ra...meskipun dlm beberapa hal mereka berbeda spt qunut subuh ..toh mereka tetap harmonis ... tidak mencela satu sama lain..itulah akhlak mulia..jangan sampai alih alih menghidupkan sunnah justru meruntuhkan sunnah yang lain..

    saiful menulis:

    Terimakasih buat Gus Nur yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri acara Maulidan hingga beliau sibuk memperhatikan perilaku jamaah lain dan mengabaikan lantunan ayat2 suci al Quran atau pun al Hadist..
    Terima kasih infonya buat kang rey bahwa ternyata orang2 muhammadiah maupun yg mengaku salafy juga mengakui kalo doa orang2 yg masih hidup akan sampai kpd ahli kubur. hal ini semakin meyakinkan saya kalo doa yg dibacakan waktu tahlilan juga akan sampai kepada ahli kubur..

    Ariyo menulis:

    Kita tahu semua berniat baik jangan saling menghujat niat baik yang berbeda sebaiknya diakiri dengbn belajar bersama coba kunjungi www.mta-online.com wlaupun mta byk yg memusuhi tetapi semoga bermanfaat untuk kemajuan bersama tapi ingat jangan terlalu fanatik

    kadex menulis:

    Assallaamu 'alaikum Wr. Wb.

    Memang dalam setiap komentar Gus Nur / Mr. Nur HARUS andil....harus itu.....

    Coba kalo nggak ada Dia....dengan adanya dia wah serukan....pikir dong....

    Subhanallah....semoga membawa manfaat dan menambah iman, ilmu dan wawasan kita Amiiin......

    Wassalaamu 'alaikum wr. wb.

    aa Im menulis:

    orang bijak berkata:
    semakin pintar seseorang maka ia akan semakin dewasa, semakin menghargai akan perbedaan.
    kalo semuanya mau sama... ya harus kelaut, coz disana pasti gk ada aliran2 gt... jadi kita pemenang deh

    Ghanib_64 menulis:

    Kalo kata ‘kullu’ dalam hadits tersebut tidak menunjukkan makna keseluruhan bid’ah (kulliyah) tetapi ‘kullu’ di sini bermakna sebagian dari keseluruhan bid’ah (kulli) saja. Jadi, kullu dalam dalam kalimat setiap orang yang berdosa tempatnya dineraka berarti tidak setiap dosa tempatnya di neraka begitu yach kira-kira.

    nitto menulis:

    Saudaraku semua, hati-hati dan waspada ya
    ternyata situs yg mulia ini selalu dikunjungi orang -orang yang anti terhadap kita. Mereka selalu mencari-cari hal yang ujung-ujungnya akan menjelekkan membid'ahkan dst. Tenang aja ga usah dipedulikan.Pokoknya jalan terus.Dari dulu mereka begitu terus . panas penuh curiga dst. Mereka gusar karena paham dan alirannya ga banyak pengikutnya.

    ibnu thohir albantani menulis:

    punten sedikit menanggapi,

    kenapa mslh2 spt ini selalu diforsir,
    alangkah baikny jika kita fokus pd kondisi umat,
    umat islam indonesia sangat membutuhkan pembinaan untuk bangkit,
    bukan dicekoki masalah2 yg menimbulkan perpecahan..

    bukankah islam adalah rahmat..

    mohon maaf sebelumnya jika ada kata-kata yg kurang berkenan..

    Gus Rul menulis:

    NU - Muhammadiyah Sama-sama Ahlu sunnah Wal jamaah, NU pasti Muhammadiyah Tapi Muhammadiyah belum tentu NU. Muhammadiyah dibubarkan, NU, Syi'ah, Ba Alawiyin, Thoriqoh berkembang, Sunnah dijalankan, amalan yang kontroversi hukumnya apakah khurofat, tahayul,bid'ah, bahkan syirik hukumnya, bisa dilakukan dengan klasifikasi bid'ah hasanah. Pondok pesantren rame, Fakultas Kedokteran dll, sepi. NU dibubarkan, Muhammadiyah berkembang, sunnah dijalankan, amalan kontroversi/subhat akan ditarjih sesuai hadis yang kuat/shahih dll, ditinggalkan bila diklasifikasikan Khurofat, tahayul, bid'ah bahkan syirik. Sekolah Muhammadiyah dan Fakultas/tehnologi dll rame. NU Muhammadiyah bersatu dari Tindakan kriminalitas umat/penindasan Penjajah/Kristenisasi, berkembangnya agam lain, Inilah titik nadhir bila NU-Muhammadiyah dibubarkan, sangat berbahaya.

    addin salim menulis:

    Semoga Allah Swt. mengampuni... Wahai saudaraku... ssesungguhnya peringatan Maulid tidak pernah diadakan oleh para sahabat setelah Rasulullah wafat... Sampai akhirnya acara maulid diadakan pertama kali oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi untuk menggugah perasaan dan meningkatkan semangat jihad kaum muslimin untuk menghadapi tentara kafir salibis laknatullah dalam rangka memrebut dan mempertahankan tanah suci Yerusalem ( Palestina ). Setelah berhasil menyatukan kembali kekuatan dan persatuan kaum muslimin maka beliau (Shalahuddin) tidak pernah lagi mengadakan maulid nabi. Namun yang sangat disayangkan acara maulid yang diadakan selama bertahun-tahun oleh saudara kita yang lain hanya bersifat seremonial belaka. Dan harus diingat bahwa Rasulullah tidak pernah menganjurkan diadakannya maulid setelah Beliau wafat...
    Wallahu`alam bi showab

    faisol menulis:

    saudaraku GHANIB_64 yg sangat kritis,

    sampean DENGAN KONSISTEN mengartikan dan menafsirkan "kullu" = "setiap"...

    dalam memahami sesuatu, kita harus tahu banyak hal tentang sesuatu itu... baru bisa diambil kesimpulannya, tidak bisa disamaratakan (GEBYAH UYAH)...

    coba sampean artikan dan tafsirkan ayat ini : "wa ja'alnaa minal maa-i kulla syay-in chayyi" (QS al-Anbiyaa' [21:30])

    apakah menurut sampean tafsirannya adalah "SETIAP sesuatu yang hidup diciptakan dari air"?

    BAGAIMANA DENGAN MALAIKAT & JIN...? mohon pencerahannya...

    semoga Allah senantiasa menyatukan & melembutkan hati semu umat Islam, amin...

    ackie menulis:

    tuh liat ghanib lagi memperlihatkan "kepintarannya" ia berpendapat bahwa semua kata KULLU sama maknanya...makanya NIB belajar nahwu, balaghah dlllll

    Saepul menulis:

    Maha suci Allah yang telah memberikan jalan sehingga saya bisa menemukan NU online, sebagai sarana alternatif dalam mencari ilmu ditengan samudra maha kaya keilmuan Islam dan ditengah banyaknya penyimpangan dan pemangkasan ilmu-ilmu islam,
    Mari kita bersama -sama melakukan Compaign ditempat kita masing-masing agar rekan-rekan kita yang lain dapat membaca dan meng"klik" NU online, demi Syiar islam ,dari pada menghabiskan waktu melihat situs-situs tak bersenonoh .wassalam

    Rido menulis:

    maulid nabi jelas bedo karo natal, sing ngrayake yo ora tiru2 dek'e, riwayate wis ditulis konco sampeyan to.., kabeh iki podo mas, kowe ra nganggo kami nganggo. lan podo tiru2 para alim to,,, sampeyan moco kitab kami yo moco, bedane sithik mbek okeh,
    gurune mbatesi mbek ora mbatesi(inklusif)

    more
  • Merayakan Maulid Nabi SAW (1)


    11/03/2008


    Memang Rasulullah SAW tidak pernah melakukan seremoni peringatan hari lahirnya. Kita belum pernah menjumpai suatu hadits/nash yang menerangkan bahwa pada setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal (sebagian ahli sejarah mengatakan 9 Rabiul Awwal), Rasulullah SAW mengadakan upacara peringatan hari kelahirannya. Bahkan ketika beliau sudah wafat, kita belum pernah mendapati para shahabat r.a. melakukannya. Tidak juga para tabi`in dan tabi`it tabi`in.

    Menurut Imam As-Suyuthi, tercatat sebagai raja pertama yang memperingati hari kelahiran Rasulullah saw ini dengan perayaan yang meriah luar biasa adalah Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (l. 549 H. - w.630 H.). Tidak kurang dari 300.000 dinar beliau keluarkan dengan ikhlas untuk bersedekah pada hari peringatan maulid ini. Intinya menghimpun semangat juang dengan membacakan syi’ir dan karya sastra yang menceritakan kisah kelahiran Rasulullah SAW.

    Di antara karya yang paling terkenal adalah karya Syeikh Al-Barzanji yang menampilkan riwayat kelahiran Nabi SAW dalam bentuk natsar (prosa) dan nazham (puisi). Saking populernya, sehingga karya seni Barzanji ini hingga hari ini masih sering kita dengar dibacakan dalam seremoni peringatan maulid Nabi SAW.

    Maka sejak itu ada tradisi memperingati hari kelahiran Nabi SAW di banyak negeri Islam. Inti acaranya sebenarnya lebih kepada pembacaan sajak dan syi`ir peristiwa kelahiran Rasulullah SAW untuk menghidupkan semangat juang dan persatuan umat Islam dalam menghadapi gempuran musuh. Lalu bentuk acaranya semakin berkembang dan bervariasi.

    Di Indonesia, terutama di pesantren, para kyai dulunya hanya membacakan syi’ir dan sajak-sajak itu, tanpa diisi dengan ceramah. Namun kemudian ada muncul ide untuk memanfaatkan momentum tradisi maulid Nabi SAW yang sudah melekat di masyarakat ini sebagai media dakwah dan pengajaran Islam. Akhirnya ceramah maulid menjadi salah satu inti acara yang harus ada, demikian juga atraksi murid pesantren. Bahkan sebagian organisasi Islam telah mencoba memanfaatkan momentum itu tidak sebatas seremoni dan haflah belaka, tetapi juga untuk melakukan amal-amal kebajikan seperti bakti sosial, santunan kepada fakir miskin, pameran produk Islam, pentas seni dan kegiatan lain yang lebih menyentuh persoalan masyarakat.

    Kembali kepada hukum merayakan maulid Nabi SAW, apakah termasuk bid`ah atau bukan?

    Memang secara umum para ulama salaf menganggap perbuatan ini termasuk bid`ah. Karena tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah saw dan tidak pernah dicontohkan oleh para shahabat seperti perayaan tetapi termasuk bid’ah hasanah (sesuatu yang baik), Seperti Rasulullah SAW merayakan kelahiran dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap hari kelahirannya, yaitu setia hari Senin Nabi SAW berpuasa untuk mensyukuri kelahiran dan awal penerimaan wahyunya.

    عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ” : فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ . رواه مسلم


    Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (H.R. Muslim)

    Kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Allah SWT berfirman:

    قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ


    Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’ ” (QS.Yunus:58).

    Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Hadits itu menerangkan bahwa pada setiap hari senin, Abu Lahab diringankan siksanya di Neraka dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa saat Rasulullah saw lahir, dia sangat gembira menyambut kelahirannya sampai-sampai dia merasa perlu membebaskan (memerdekakan) budaknya yang bernama Tsuwaibatuh Al-Aslamiyah.

    Jika Abu Lahab yang non-muslim dan Al-Qur’an jelas mencelanya, diringankan siksanya lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW, maka bagaimana dengan orang yang beragama Islam yang gembira dengan kelahiran Rasulullah SAW?


    HM Cholil Nafis MA


    Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il (LBM) PBNU


    Komentar:


    al fajri menulis:

    Peringatan Maulid Nabi sudah menjadi tradisi ummat Islam di Indonesia (hampir seluruh Ormas Islam Indonesia mengakuinya). Jika masih ada yang menganggap sebagai bid'ah dholalah, mungkin hanya segelintir umat Islam saja terutama yang masih dangkal pemahamannya. Dalam peringatan Maulid ini biasanya dibarengi dengan Pengajian Akbar dan pembacaan shalawat. Lalu jika dianggap perbuatan bid'ah dimana letaknya ya...


    aza menulis:

    MAulid Nabi Muhammad SAAW bisa dikategorikan sebagus-bagus Syiar Islam,
    " Maulid adalah termasyuk min Syaa-irillah" seperti halnya tahlil, asyuro dll."


    Abu Ahmad menulis:

    Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini yang lebih mementingkan ulang tahun anak kami, istri kami, hari pernikahan kami, daripada merayakan maulid nabi.


    mudhofar menulis:

    semoga dengan maulid nabi, Sholat jama'ah rajin, tilawah qura'an tiap hari, tahujjud(qiyamul lail) jalan, dzikir juga jalan, ngaji semakin rajin...... maksiat berhenti. amin


    sifhani menulis:

    terimakasih buat abu_ray atas komentarnya. semakin anda berkomentar semakin tumbuh kencintaan saya pada nabi juga maulidnya.

    buat bak murni saya gak percaya kalo ada yang rayaiin maulid di kampung apalagi kampungnya mbak.. sampe habis 20 juta lebih. yah paling banter konsumsinya tiap dusnya telor ayam sebelah....maaf yach


    hamid menulis:

    Buat : Budi

    Sebegitu bencinya kamu sama tahlil dan yasiin,sebegitu bencinya tentu kamu sama yang namanya NU,hingga kau katakan orang Nu berbid'ah ria,ya Alloh berilah ketulusan hati dalam menjalankan mencari ridhoMu ya Alloh,semoga hati kita diberi nurani yang benar tulus dalam hidup beragama,bukan terus menyalahkan orang ,kenapa ada emosi kenapa ada benci,itukah yang disebut sebagai muslim,mari bersujud pada Alloh,pasahrahkan diri dengan tulus dan ikhlas biar kita tidak ada kesombongan, Alloh maha tahu,sudahkah kamu tanggung jawab dengan apa yang kamu bilang diakhirat nanti,semoga kamu sadar ucapan,kata kata semua datangnya dari Alloh,dan ada pertangung jawabanya diakhirat,saya catet ini sampai kapanpun dalam hati saya,berbid'ah ria kata yang keluar dari mulut bernama budi yang akan dipertanggungjawabkan diakhirat,semoga kamu mengerti maksud dari tulisan saya,bicara pun masih penuh emosi ,menyalahkan orang lain,bila muslim sejati tentu ada aturan dalam berucap....


    kang mus menulis:

    buat mas budi, kelihatanya sampeyan bangga dengan org yang anda ikuti,nanti kalo di ladenin takut ....kayak ali macrus dan hamidi, bok ya jangan sombong, kata imam ghazali, orang tidak tau tapi dirinya tau kalo dirinya tidak tau itu lebih baik dari pada orang tidak tau tapi dia tidak tau kalo dirinya tidak tau.sampai anda berkalang tanah anda tidak akan bisa menghapus Maulid dari kalender orang islam di dunia.


    al fajri menulis:

    untuk budi...
    Semoga engkau segera menyadari dan bertobat atas segala pendapatmu di atas. Saya yakin dan seyakin2nya jika anda ini salah satu orang yang selama ini selalu menjelek2an NU. Dan saya yakin juga, sampe kiamat pun dikau sulit untuk diajak diskusi masalah ini. Hati anda telah tertutup dengan pemahaman dan doktrinasi yang sudah mendarah daging.


    KUTU_KUNCEN menulis:

    assalamu'alaikum..
    Semoga Allah meluaskan ilmu kepada kalian yang belum memahami arti maulid nabi Muhammad SAW.

    Di Jakarta kami biasa mengadakan maulid setiap hari baik dalam peringatan dengan skala besar ataupun kecil, sungguh semua ini adalah "WUJUD" kecintaan kami kepada nabiullah SAW. (sebagaimana kami mewujudkan kecintaan kami kepada Allah melalui Shalat).

    Allhamdulillah dana sebesar 20 juta itu digunakan dijalan allah. Namun coba kita bandingkan berapa milyar uang yang digunakan untuk kemaksiatan di tempat-tempat hiburan malam yang tersebar di Jakarta. Sungguh seharusnya kita semua malu kepada Allah.

    Nabi Muhammad-lah yang mengenalkan kita akan kelembutan dan kebesaran ALLAH SWT. Sungguh indah ajaran yang beliau sampaikan, namun dengan apa kita membayar semua itu.
    Pengetahuan yang kalian dapat dari guru-guru yang mengajar dari SD, SMP, SMU sampai perguruan tinggi kalian bayar dengan biaya yang besar. Apakah guru-guru kalian lebih mulia dari nabi Muhammad SAW.


    husni menulis:

    buat mas budi....ingat diatas langit masih ada langit, jangan takabur, manusia diberikan ilmu oleh Allah hanya sedikit, kesombongan hanyalah pakaiannya Allah, perbedaan pendapat itu hal biasa, klo memang anda tidak sependapat tentang yang namanya yassinan,tahlilan dan sebagainya, yaa monggo,klo kita lihat kebelakang bagaimana perbedaan pendapat antara imam syafi'i dan maliki.walupun berbeda pendapat mereka tidak saling tuding dan merasa dirinya paling benar, bahkan mereka sangat saliang menghargai perbedaan itu.jangan sombong ya mas!......


    hadi menulis:

    di antara banyak orang justru berhura-hura di hari libur ini, ternyata justru sangat banyak sekali umat muslim di seluruh penjuru Indonesia ini yg merayakan maulid nabi, mengenang jasa-jasa kanjeng nabi....subhanallah....
    mengapa orang2 yg sok membid`ahkan maulid gak menasehati orang2 yg justru di hari maulid ini pada berhura-hura?????????


    maulid semakin hari justru semakin semarak di seluruh penjuru tanah air....subhanallah....
    ya Nabi junjungan kami, berilah kami syafaatmu di yaumil qiyamah kelak....amiiiin


    imamuddin menulis:

    Kalau metodologinya masih doktrin ansich(saja) dan tidak komprehensif..sulit rasanya untuk dapat menerima perbedaan pendapat dan mereka selalu tebang pilih dlm memutuskan masalah... kalau mau jujur bacalah komentar para ulama besar seperti ibnu hajar tentang sunnah (baik) merayakan maulid nabi demikian juga ibnu taimiyah dedengkot ulama salaf pun menganggap sunnah merayakan maulid (majmu fatawa)...dan perlu diketahui bahwa sunnah itu tidak harus selalu yang dikerjakan nabi.. yaitu diamnya nabi (taqrir) thd perbuatan para shahabat spt membaca surat al ikhlas setiap rakaat sholat wjb...nabi tidak pernah itu bid'ah ..dan membenarkannya... jadi tidak selalu yang inovasi itu dihukumi bid'ah... contoh lain.. hukum tajwid spt izhar,ikhfa' yg dibuat oleh ulama qiraat itupun tidak pernah nabi lakukan dengan istilah tersebut..apa itu bid'ah dan masuk neraka? marilah kita perluas wawasan kita jangan hanya satu guru saja... sebab tidak ada jaminan kalo guru kita itu pasti masuk surga....


    taufiq menulis:

    peringatan maulid adalah cermin untuk kita semua sebagai salah satu sarana bentuk perbaikan diri kita..toh itu baik dan bermanfaat dan tidak menimbulkan kedzoliman ummat


    rizal menulis:

    sseorg dtanya mngapa dia hrs brdizkir dg biji2 tasbih, pdhl Baginda Saw tdk mlakukn hal tsb. Singkat saja jawab orang yg ditanya, "Aku tdk akan meninggalkan sesuatu yg telah membantuku untuk mengingat Allah."


    Gusmat menulis:

    Aku heran kenapa orang orang seperti Gusnur,Abuy,Paknethole dll lebih percaya pada buku yg di tulis orang orang bule ketimbang Dawuhnya para Ulama. Memang sih mungkin ada oknum oknum yg di sebut sebut sebagai kiyahi kemudian jalannya "kurang lurus" tapi kan nggak semuanya begitu.Masih banyak Para Ulama yg Sholeh,Zuhud dan berbudi luhur.

    more
  • Mengucapkan “Sayyidina”

    15/07/2008


    Kata-kata “sayyidina” atau ”tuan” atau “yang mulia” seringkali digunakan oleh kaum muslimin, baik ketika shalat maupun di luar shalat. Hal itu termasuk amalan yang sangat utama, karena merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Syeikh Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri menyatakan:

    الأوْلَى ذِكْرُالسَّيِّادَةِ لِأنَّ اْلأَفْضَلَ سُلُوْكُ اْلأَدَ بِ

    “Yang lebih utama adalah mengucapkan sayyidina (sebelum nama Nabi SAW), karena hal yang lebih utama bersopan santun (kepada Beliau).” (Hasyisyah al-Bajuri, juz I, hal 156).

    Pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi SAW:

    عن أبي هريرةقا ل , قا ل ر سو ل الله صلي الله عليه وسلم أنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَأوَّلُ مَنْ يُنْسَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأوَّلُ شَافعٍ وأول مُشَافِعٍ


    Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Saya adalah sayyid (penghulu) anak adam pada hari kiamat. Orang pertama yang bangkit dari kubur, orang yang pertama memberikan syafaa’at dan orang yang pertama kali diberi hak untuk membrikan syafa’at.” (Shahih Muslim, 4223).

    Hadits ini menyatakan bahwa nabi SAW menjadi sayyid di akhirat. Namun bukan berarti Nabi Muhammad SAW menjadi sayyid hanya pada hari kiamat saja. Bahkan beliau SAW menjadi sayyid manusia didunia dan akhirat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani:

    “Kata sayyidina ini tidak hanya tertentu untuk Nabi Muhammad SAW di hari kiamat saja, sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang dari beberapa riwayat hadits 'saya adalah sayyidnya anak cucu adam di hari kiamat.' Tapi Nabi SAW menjadi sayyid keturunan ‘Adam di dunia dan akhirat”. (dalam kitabnya Manhaj as-Salafi fi Fahmin Nushush bainan Nazhariyyah wat Tathbiq, 169)

    Ini sebagai indikasi bahwa Nabi SAW membolehkan memanggil beliau dengan sayyidina. Karena memang kenyataannya begitu. Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan kita umat manusia yang harus kita hormati sepanjang masa.

    Lalu bagaimana dengan “hadits” yang menjelaskan larangan mengucapkan sayyidina di dalam shalat?

    لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ

    “Janganlah kalian mengucapakan sayyidina kepadaku di dalam shalat”

    Ungkapan ini memang diklaim oleh sebagian golongan sebagai hadits Nabi SAW. Sehingga mereka mengatakan bahwa menambah kata sayyidina di depan nama Nabi Muhammad SAW adalah bid’ah dhalalah, bid’ah yang tidak baik.

    Akan tetapi ungkapan ini masih diragukan kebenarannya. Sebab secara gramatika bahasa Arab, susunan kata-katanya ada yang tidak singkron. Dalam bahasa Arab tidak dikatakan سَادَ- يَسِيْدُ , akan tetapi سَادَ -يَسُوْدُ , Sehingga tidak bisa dikatakan لَاتُسَيِّدُوْنِي

    Oleh karena itu, jika ungkapan itu disebut hadits, maka tergolong hadits maudhu’. Yakni hadits palsu, bukan sabda Nabi, karena tidak mungkin Nabi SAW keliru dalam menyusun kata-kata Arab. Konsekuensinya, hadits itu tidak bisa dijadikan dalil untuk melarang mengucapkan sayyidina dalam shalat?

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca sayyidina ketika membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW boleh-boleh saja, bahkan dianjurkan. Demikian pula ketika membaca tasyahud di dalam shalat.


    KH Muhyiddin Abdusshomad
    Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Ketua PCNU Jember

    more
  • Sang Primadona
    A. Mustofa Bisri
    Apa yang harus aku lakukan? Berilah aku saran! Aku benar-benar pusing. Apabila masalahku ini berlarut-larut dan aku tidak segera menemukan pemecahannya, aku khawatir akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan kegiatanku dalam masyarakat. Lebih-lebih terhadap dua permataku yang manis-manis: Gita dan Ragil. Tapi agar jelas, biarlah aku ceritakan lebih dahulu dari awal.Aku lahir dan tumbuh dalam keluarga yang -katakanlah-- kecukupan.
    Aku dianugerahi Tuhan wajah yang cukup cantik dan perawakan yang menawan. Sejak kecil aku sudah menjadi "primadona" keluarga. Kedua orang tuaku pun, meski tidak memanjakanku, sangat menyayangiku.
    Di sekolah, mulai SD sampai dengan SMA, aku pun --alhamdulillah-juga disayangi guru-guru dan kawan-kawanku. Apalagi aku sering mewakili sekolah dalam perlombaan-perlombaan dan tidak jarang aku menjadi juara.
    Ketika di SD aku pernah menjadi juara I lomba menari. Waktu SMP aku mendapat piala dalam lomba menyanyi. Bahkan ketika SMA aku pernah menjuarai lomba baca puisi tingkat provinsi.Tapi sungguh, aku tidak pernah bermimpi akhirnya aku menjadi artis di ibu kota seperti sekarang ini.
    Cita-citaku dari kecil aku ingin menjadi pengacara yang di setiap persidangan menjadi bintang, seperti sering aku lihat dalam film. Ini gara-gara ketika aku baru beberapa semester kuliah, aku memenangkan lomba foto model. Lalu ditawari main sinetron dan akhirnya keasyikan main film. Kuliahku pun tidak berlanjut.
    Seperti umumnya artis-artis popular di negeri ini, aku pun kemudian menjadi incaran perusahaan-perusahaan untuk pembuatan iklan; diminta menjadi presenter dalam acara-acara seremonial; menjadi host di tv-tv; malah tidak jarang diundang untuk presentasi dalam seminar-seminar bersama tokoh-tokoh cendekiawan. Yang terakhir ini, boleh jadi aku hanya dijadikan alat menarik peminat. Tapi apa rugiku? Asal aku diberi honor standar, aku tak peduli.
    Soal kuliahku yang tidak berlanjut, aku menghibur diriku dengan mengatakan kepada diriku, "Ah, belajar kan tidak harus di bangku kuliah. Lagi pula orang kuliah ujung-ujungnya kan untuk mencari materi. Aku tidak menjadi pengacara dan bintang pengadilan, tak mengapa; bukankah kini aku sudah menjadi superbintang. Materi cukup."Memang sebagai perempuan yang belum bersuami, aku cukup bangga dengan kehidupanku yang boleh dikata serba kecukupan. Aku sudah mampu membeli rumah sendiri yang cukup indah di kawasan elite. Ke mana-mana ada mobil yang siap mengantarku.
    Pendek kata aku bangga bisa menjadi perempuan yang mandiri. Tidak lagi bergantung kepada orang tua. Bahkan kini sedikit-banyak aku bisa membantu kehidupan ekonomi mereka di kampung. Sementara banyak kawan-kawanku yang sudah lulus kuliah, masih lontang-lantung mencari pekerjaan.
    Kadang-kadang untuk sekadar menyenangkan orang tua, aku mengundang mereka dari kampung. Ibuku yang biasanya nyinyir mengomentari apa saja yang kulakukan dan menasehatiku ini-itu, kini tampak seperti sudah menganggapku benar-benar orang dewasa. Entah kenyataannya demikian atau hanya karena segan kepada anaknya yang kini sudah benar-benar hidup mandiri. Yang masih selalu ibu ingatkan, baik secara langsung atau melalui surat, ialah soal ibadah."Nduk, ibadah itu penting. Bagaimana pun sibukmu, salat jangan kamu abaikan!""Sempatkan membaca Quran yang pernah kau pelajari ketika di kampung dulu, agar tidak hilang.""Bila kamu mempunyai rezeki lebih, jangan lupa bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim."Ya, kalimat-kalimat semacam itulah yang masih sering beliau wiridkan. Mula-mula memang aku perhatikan; bahkan aku berusaha melaksanakan nasihat-nasihat itu, tapi dengan semakin meningkatnya volume kegiatanku, lama-lama aku justru risi dan menganggapnya angin lalu saja.Sebagai artis tenar, tentu saja banyak orang yang mengidolakanku.
    Tapi ada seorang yang mengagumiku justru sebelum aku menjadi setenar sekarang ini. Tidak. Ia tidak sekadar mengidolakanku. Dia menyintaiku habis-habisan. Ini ia tunjukkan tidak hanya dengan hampir selalu hadir dalam even-even di mana aku tampil; ia juga setia menungguiku shoting film dan mengantarku pulang. Tidak itu saja.
    Hampir setiap hari, bila berjauhan, dia selalu telepon atau mengirim SMS yang seringkali hanya untuk menyatakan kangen.Di antara mereka yang mengagumiku, lelaki yang satu ini memang memiliki kelebihan. Dia seorang pengusaha yang sukses. Masih muda, tampan, sopan, dan penuh perhatian.
    Pendek kata, akhirnya aku takluk di hadapan kegigihannya dan kesabarannya. Aku berhasil dipersuntingnya. Tidak perlu aku ceritakan betapa meriah pesta perkawinan kami ketika itu. Pers memberitakannya setiap hari hampir dua minggu penuh. Tentu saja yang paling bahagia adalah kedua orang tuaku yang memang sejak lama menghendaki aku segera mengakhiri masa lajangku yang menurut mereka mengkhawatirkan.
    Begitulah, di awal-awal perkawinan, semua berjalan baik-baik saja. Setelah berbulan madu yang singkat, aku kembali menekuni kegiatanku seperti biasa. Suamiku pun tidak keberatan. Sampai akhirnya terjadi sesuatu yang benar-benar mengubah jalan hidupku.Beberapa bulan setelah Ragil, anak keduaku, lahir, perusahaan suamiku bangkrut gara-gara krisis moneter. Kami, terutama suamiku, tidak siap menghadapi situasi yang memang tidak terduga ini.
    Dia begitu terpukul dan seperti kehilangan keseimbangan. Perangainya berubah sama sekali. Dia jadi pendiam dan gampang tersinggung. Bicaranya juga tidak seperti dulu, kini terasa sangat sinis dan kasar. Dia yang dulu jarang keluar malam, hampir setiap malam keluar dan baru pulang setelah dini hari.
    Entah apa saja yang dikerjakannya di luar sana. Beberapa kali kutanya dia selalu marah-marah, aku pun tak pernah lagi bertanya.Untung, meskipun agak surut, aku masih terus mendapatkan kontrak pekerjaan. Sehingga, dengan sedikit menghemat, kebutuhan hidup sehari-hari tidak terlalu terganggu. Yang terganggu justru keharmonisan hubungan keluarga akibat perubahan perilaku suami. Sepertinya apa saja bisa menjadi masalah. Sepertinya apa saja yang aku lakukan, salah di mata suamiku. Sebaliknya menurutku justru dialah yang tak pernah melakukan hal-hal yang benar.
    Pertengkaran hampir terjadi setiap hari. Mula-mula, aku mengalah. Aku tidak ingin anak-anak menyaksikan orang tua mereka bertengkar. Tapi lama-kelamaan aku tidak tahan. Dan anak-anak pun akhirnya sering mendengar teriakan-teriakan kasar dari mulut-mulut kedua orang tua mereka; sesuatu yang selama ini kami anggap tabu di rumah. Masya Allah. Aku tak bisa menahan tangisku setiap terbayang tatapan tak mengerti dari kedua anakku ketika menonton pertengkaran kedua orang tua mereka.
    Sebenarnya sudah sering beberapa kawan sesama artis mengajakku mengikuti kegiatan yang mereka sebut sebagai pengajian atau siraman rohani. Mereka melaksanakan kegiatan itu secara rutin dan bertempat di rumah mereka secara bergilir. Tapi aku baru mulai tertarik bergabung dalam kegiatan ini setelah kemelut melanda rumah tanggaku. Apakah ini sekadar pelarian ataukah --mudah-mudahan-- memang merupakan hidayah Allah. Yang jelas aku merasa mendapatkan semacam kedamaian saat berada di tengah-tengah majelis pengajian. Ada sesuatu yang menyentuh kalbuku yang terdalam, baik ketika sang ustadz berbicara tentang kefanaan hidup di dunia ini dan kehidupan yang kekal kelak di akhirat, tentang kematian dan amal sebagai bekal, maupun ketika mengajak jamaah berdzikir.
    Setelah itu, aku jadi sering merenung. Memikirkan tentang diriku sendiri dan kehidupanku. Aku tidak lagi melayani ajakan bertengkar suami. Atau tepatnya aku tidak mempunyai waktu untuk itu. Aku menjadi semakin rajin mengikuti pengajian; bukan hanya yang diselenggarakan kawan-kawan artis, tapi juga pengajian-pengajian lain termasuk yang diadakan di RT-ku. Tidak itu saja, aku juga getol membaca buku-buku keagamaan.
    Waktuku pun tersita oleh kegiatan-kegiatan di luar rumah. Selain pekerjaanku sebagai artis, aku menikmati kegiatan-kegiatan pengajian. Apalagi setelah salah seorang ustadz mempercayaiku untuk menjadi "asisten"-nya. Bila dia berhalangan, aku dimintanya untuk mengisi pengajian. Inilah yang memicu semangatku untuk lebih getol membaca buku-buku keagamaan. O ya, aku belum menceritakan bahwa aku yang selama ini selalu mengikuti mode dan umumnya yang mengarah kepada penonjolan daya tarik tubuhku, sudah aku hentikan sejak kepulanganku dari umrah bersama kawan-kawan.
    Sejak itu aku senantiasa memakai busana muslimah yang menutup aurat. Malah jilbabku kemudian menjadi tren yang diikuti oleh kalangan muslimat.Ringkas cerita; dari sekadar sebagai artis, aku berkembang dan meningkat menjadi "tokoh masyarakat" yang diperhitungkan. Karena banyaknya ibu-ibu yang sering menanyakan kepadaku mengenai berbagai masalah keluarga, aku dan kawan-kawan pun mendirikan semacam biro konsultasi yang kami namakan "Biro Konsultasi Keluarga Sakinah Primadona". Aku pun harus memenuhi undangan-undangan --bukan sekadar menjadi "penarik minat" seperti dulu-- sebagai nara sumber dalam diskusi-diskusi tentang masalah-masalah keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan bahkan politik. Belum lagi banyaknya undangan dari panitia yang sengaja menyelenggarakan forum sekadar untuk memintaku berbicara tentang bagaimana perjalanan hidupku hingga dari artis bisa menjadi seperti sekarang ini.
    Dengan statusku yang seperti itu dengan volume kegiatan kemasyarakatan yang sedemikian tinggi, kondisi kehidupan rumah tanggaku sendiri seperti yang sudah aku ceritakan, tentu semakin terabaikan. Aku sudah semakin jarang di rumah. Kalau pun di rumah, perhatianku semakin minim terhadap anak-anak; apalagi terhadap suami yang semakin menyebalkan saja kelakuannya. Dan terus terang, gara-gara suami, sebenarnyalah aku tidak kerasan lagi berada di rumahku sendiri.Lalu terjadi sesuatu yang membuatku terpukul.
    Suatu hari, tanpa sengaja, aku menemukan sesuatu yang mencurigakan. Di kamar suamiku, aku menemukan lintingan rokok ganja. Semula aku diam saja, tapi hari-hari berikutnya kutemukan lagi dan lagi. Akhirnya aku pun menanyakan hal itu kepadanya. Mula-mula dia seperti kaget, tapi kemudian mengakuinya dan berjanji akan menghentikannya.Namun beberapa lama kemudian aku terkejut setengah mati.
    Ketika aku baru naik mobil akan pergi untuk suatu urusan, sopirku memperlihatkan bungkusan dan berkata: "Ini milik siapa, Bu?""Apa itu?" tanyaku tak mengerti."Ini barang berbahaya, Bu," sahutnya khawatir, "Ini ganja. Bisa gawat bila ketahuan!""Masya Allah!" Aku mengelus dadaku. Sampai sopir kami tahu ada barang semacam ini. Ini sudah keterlaluan.
    Setelah aku musnahkan barang itu, aku segera menemui suamiku dan berbicara sambil menangis. Lagi-lagi dia mengaku dan berjanji kapok, tak akan lagi menyentuh barang haram itu. Tapi seperti sudah aku duga, setelah itu aku masih selalu menemukan barang itu di kamarnya. Aku sempat berpikir, jangan-jangan kelakuannya yang kasar itu akibat kecanduannya mengonsumsi barang berbahaya itu. Lebih jauh aku mengkhawatirkan pengaruhnya terhadap anak-anak.
    Terus terang aku sudah tidak tahan lagi. Memang terpikir keras olehku untuk meminta cerai saja, demi kemaslahatanku dan terutama kemaslahatan anak-anakku. Namun seiring maraknya tren kawin-cerai di kalangan artis, banyak pihak terutama fans-fansku yang menyatakan kagum dan memuji-muji keharmonisan kehidupan rumah tanggaku.
    Bagaimana mereka ini bila tiba-tiba mendengar --dan pasti akan mendengar-- idolanya yang konsultan keluarga sakinah ini bercerai? Yang lebih penting lagi adalah akibatnya pada masa depan anak-anakku. Aku sudah sering mendengar tentang nasib buruk yang menimpa anak-anak orang tua yang bercerai. Aku bingung.Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mengorbankan rumah tanggaku demi kegiatan kemasyarakatanku, ataukah sebaiknya aku menghentikan kegiatan kemasyarakatan demi keutuhan rumah tanggaku? Atau bagaimana? Berilah aku saran! Aku benar-benar pusing!***

    more