• Doa Syekh Yusuf Alqardhawi



    Di antara do’a yang dimunajatkan oleh Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Muslimin Dunia :

    اللهم إني أسألك رحمة من عندك، تهدي بها قلبي، وتجمع بها أمري، وتلم بها شعثي، وترد بها غائبي، وترفع بها شاهدي، وتزكي بها عملي، وتلهمني بها رشدي، وترد بها ألفتي، وتعصمني بها من كل سوء


    “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, rahmat dari sisi-Mu. Dengan rahmat-Mu Engkau menerangi hatiku. Dengan rahmat-Mu Engkau mengumpulkan dan memudahkan urusanku. Dengan rahmat-Mu Engkau balikkan sesuatu yang tiada dariku. Dengan rahmat-Mu Engkau Angkat kesaksianku. Dengan rahmat-Mu Engkau sucikan amalku. Dengan rahmat-Mu Engkau ilhamkan kedewasaanku. Dengan rahmat-Mu Engkau kembalikan sesuatu yang hilang dariku. Dengan rahmat-Mu Engkau jaga aku dari segala keburukan.”


    اللهم أعطني إيمانا ويقينا ليس بعده كفر، ورحمة أنال بها شرف كرامتك في الدنيا والآخرة، اللهم إني أسألك الفوز في القضاء، ونزل الشهداء، وعيش السعداء، والنصر على الأعداء


    “Ya Allah, karuniakan kepadaku keimanan dan keyakinan yang tidak ada kekufuran lagi setelahnya. Ya Allah karuniakan kepadaku rahmat, yang dengannya aku memperoleh kemulyaan-Mu, di dunia dan di akhirat. Ya Allah, ku mohon kepada-Mu keberhasilan dan keberuntungan dalam takdir. Predikat orang-orang syahid. Kehidupan yang bahagia. Dan pertolongan dalam menghadapi musuh.”


    اللهم إني أُنْزِل بك حاجتي، وإن قصر رأيي، وضعف عملي، وافتقرت إلى رحمتك، فأسألك يا قاضي الأمور، ويا شافي الصدور، كما تجير بين البحور: أن تجيرني من عذاب السعير، ومن دعوة الثبور، ومن فتنة القبور، اللهم وما قصر عنه رأيي، ولم تبلغه مسألتي، ولم تبلغه نيتي من خير وعدته أحدا من خلقك، أو خير أنت معطيه أحدا من عبادك، فإني أرغب إليك فيه، وأسألُكَهُ برحمتك يا رب العالمين


    “Ya Allah, ku sampaikan kepada-Mu segala hajatku. Pendeknya pikiranku. Lemahnya amalku. Aku sangat membutuhkan rahmat-Mu. Karena itu, Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Mengabulkan segala urusan. Wahai Dzat yang Melapangkan dada. Sebagaimana Engkau mudah mengalirkan (air) di antara lautan. Maka ku mohon agar Engkau menghindarkanku dari siksa menyala-nyala. Menghindarkanku dari do’a yang sia-sia. Dan dari fitnah kubur. Ya Allah, sungguh, sangat pendek pikiranku tentang itu. Urusanku tidak sampai menjangkaunya. Dan niatku tidak sampai melampauinya, dari kebaikan yang telah Engkau janjikan kepada seseorang dari makhluk-Mu. Atau kebaikan yang Engkau berikan kepada seseorang dari hamba-hamba-Mu. Dan karena itu aku rindu kepada-Mu akan itu. Aku memohon kepada-Mu bisa mendapatkannya dengan rahmat-Mu, Ya Rabbal ‘Alamin.”


    اللهم يا ذا الحبل الشديد، والأمر الرشيد، أسألك الأمن يوم الوعيد، والجنة يوم الخلود، مع المقربين الشهود، الركع السجود، الموفين بالعهود، إنك رحيم ودود، وإنك تفعل ما تريد


    “Ya Allah, Dzat Yang mempunyai tali yang kuat dan urusan yang baik. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu rasa aman di hari persaksian. Syurga di hari kekekalan. Bersama orang-orang dekat lagi syuhada’. Bersama orang-orang yang rukuk lagi sujud. Bersama dengan orang-orang yang memenuhi janji-janjinya. Ya Allah, Sungguh Engkau Maha Cinta dan Kasih-Sayang. Dan Engkau bekerja sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki sendiri.”

    اللهم اجعلنا هادين مهتدين، غير ضالين ولا مضلين،سِلما لأوليائك، وحربا لأعدائك، نحب بحبك من أحبك، ونعادي بعداوتك من خالفك. اللهم هذا الدعاء وعليك الإجابة، اللهم هذا الجهد وعليك التكلان


    “Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang menjadi sebab orang lain mendapat petunjuk, dan kami sendiri bagian dari orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Bukan orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Damai terhadap penolong-penolong-Mu. Perang terhadap musuh-musuh-Mu. Kami cinta dengan cinta-Mu kepada orang yang mencintai-Mu. Kami menentang dengan permusuhan-Mu terhadap orang yang melawan-Mu. Ya Allah, inilah do’a, telah kami panjatkan, karena itu sewajarnya Engkau mengabulkan. Ya Allah, kesungguhan telah kami buktikan, oleh karena itu Engkau pasti melepangkan.”


    اللهم إني عبدك ابن عبدك ابن أمتك، ناصيتي بيدك، ماضٍ فيّ حكمك عدل فيّ قضاؤك، أسألك بكل اسم هو لك، سميت به نفسك، أو أنزلته في كتابك، أو علمته أحدا من خلقك، أو استأثرت به في علم الغيب عندك: أن تجعل القرآن ربيع قلبي، ونور صدري، وجلاء حزني، وذهاب همي.


    “Ya Allah, aku hamba-Mu, putra dari hamba-Mu, putra dari budak-Mu. Ubun-ubunku berada dalam genggaman-Mu. Hukum-Mu berlaku bagiku. Adil putusan-Mu padaku. Aku memohon kepada-Mu dengan menyebut segala nama-Mu. Nama Yang Engkau sendiri menamai-Mu. Atau nama yang telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu. Atau nama yang telah Engkau ajarkan kepada salah satu makhluk-Mu. Atau nama yang hanya Engkau yang tahu karena Engkau rahasiakan dalam sisi-Mu. Agar Engkau, Ya Allah, menjadikan Al Qur’an sebagai pelita hatiku. Sebagai cahaya bagi dadaku. Sebagai penawar kegelisahanku. Sebagai penghalau kegundahanku.”


    اللهم ارحمني بترك المعاصي أبدا ما أبقيتني، وارحمني أن أتكلف ما لا يعنيني، وارزقني حسن النظر فيما يرضيك عني، اللهم بديع السموات والأرض، ذا الجلال والإكرام، والعزة التي لا ترام، أسألك يا الله، يا رحمن، بجلالك ونور وجهك: أن تلزم قلبي حفظ كتابك كما علمتني، وارزقني أن أتلوه على النحو الذي يرضيك عني


    “Ya Allah, sayangi aku untuk meninggalkan maksiat dan dosa, selamanya, selama Engkau menghidupkanku. Ya Allah, sayangi aku, agar Engkau tidak membebani aku di luar kemampuanku. Ya Allah, karuniakan kepadaku penglihatan yang indah terhadap sesuatu yang Engkau ridhai dariku. Ya Allah, Pencipta langit dan bumi. Dzat Yang Maha Tinggi lagi Terhormat. Mulya yang tiada duanya. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Kasih. Aku memohon kepada-Mu dengan kemuliaan Engkau dan cahaya Wajah-Mu, agar Engkau meneguhkan hatiku dalam menjaga kitab-Mu, sebagaimana Engkau mengajarkan itu kepada kami. Karuniakan kepadaku kekuatan untuk selalu membacanya sesuai yang Engkau ridhai.”

    اللهم بديع السموات والأرض، ذا الجلال والإكرام ، والعزة التي لا ترام، أسألك يا الله يا رحمن، بجلالك، ونور وجهك: أن تنور بكتابك بصري، وأن تطلق به لساني، وأن تفرج به عن قلبي، وأن تشرح به صدري، وأن تغسل به بدني، فإنه لا يعينني على الحق غيرك، ولا يؤتينيه إلا أنت، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم”


    “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi. Dzat Yang Maha Tinggi lagi Mulya.Yang memiliki Kehormatan tiada tanding. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Kasih. Aku memohon kepada-Mu dengan kemulyaan-Mu dan cahaya Wajah-Mu, agar Engkau menerangi penglihatanku dengan Kitab-Mu. Agar Engkau melancarkan lisanku dengan kitab-Mu. Agar Engkau lapangkan hatiku dengan Kitab-Mu. Agar Engkau luaskan dadaku dengan Kitab-Mu. Agar Engkau bersihkan badanku dengan Kitab-Mu. Karena tidak ada yang bisa menolongku dalam menjalankan kebaikan selain-Mu. Tiada yang bisa mendatangkan kebaikan kepadaku selain Engkau. Dan tidak ada daya dan upaya kecuali datang dari Engkau, Ya Allah, Dzat yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (ut)

    more
  • Meraih Piala Ramadhan


    Apa yang dirasakan oleh juara Euro 2008, Tim Spanyol, ketika ia dipastikan menjadi juara dalam event besar itu? Tentu luapan kegembiraan dan suka cita menyatu dalam diri mereka. Tidak hanya pemain, pelatih, dan tim saja, bahkan semua warga negara Spanyol menyatu dalam kegembiraan itu. Dunia memujinya, publik menyanjungnya. Spanyol jadi buah bibir.

    Keberhasilan itu hasil jerih perjuangan panjang dan melelahkan. Penantian selama empat puluh tiga tahun untuk merebut kembali predikat sang juara. Penuh kesungguhan dan kedisiplinan.

    Bagaimana jika piala itu datangnya dari Tuhannya manusia?. Bagaimana jika predikat juara itu disematkan oleh Pemilik alam raya ini?. Bagaimana jika yang menyanjung itu adalah Penentu kehidupan semua makhluk?.

    Secara fitriyah dan imaniyah, pasti orang akan berebut piala dan predikat juara dari Tuhannya. Tentu jauh lebih mulia, istimewa dibandingkan dengan sanjungan manusia.

    Ya, itulah peraih sukses Ramadhan. Orang yang mampu melewati event besar ini sampai finish dengan kesungguhan. Ia meraih predikat taqwa, sebagai identitas tertinggi manusia. Ia meraih piala Ar Royyan, surga spesial bagi shaaimin dan shaaimat.

    “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).

    “Sesungguhnya didalam surga ada pintu bernama Royyan, tidak ada yang memasukinya kecuali mereka yang shaum Ramadhan.” (Muttafaq alaih)

    Bahkan tidak hanya itu, orang yang sukses Ramadhan, mengisinya dengan kesungguhan, akan meraih berbagai keistimewaan dan kemuliaan.

    Karena Ramadhan menjanjikan: Kelipatan pahala, pengkabulan do’a, pemudahan amal shaleh, penghapusan dosa, surga dibuka lebar-lebar, neraka ditutup rapat-rapat, setan-setan dibelenggu. Dan di dalamnya ada malam lailatul qadar, malam lebih baik dari seribu bulan. Kebaikan senilai usia rata-rata manusia, bagi yang meraihnya. Subhanallah!

    Nabi saw. bersabda: “Bila Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup, sementara setan-setan diikat.” (HR. Bukhari-Muslim).

    “Setiap amal anak Adam -selama Ramadhan- dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa, Allah swt. berfirman: Puasa itu untuk-Ku, dan Aku langsung yang akan memberikan pahala untuknya.” (HR. Muslim).

    “Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan kesadaran iman dan penuh harapan ridha Allah, akan diampuni semua dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari-Muslim).

    “Orang yang berpuasa doanya tidak ditolak, terutama menjelang berbuka.” (HR. Ibn Majah, sanad hadits ini sahih).

    Yang lebih penting untuk diperhatikan di sini adalah, persiapan dan pengkondisian sebelum Ramadhan datang.

    Seperti Tim Spanyol, yang harus berjibaku sepanjang waktu mempersiapkan diri menghadapi musim pertandingan.

    Begitu juga dengan persiapan Ramadhan. Apa yang perlu dipersiapkan?

    Persiapan fikriyah atau pemahaman tentang Ramadhan. Persiapan ruhiyah atau ibadah ritual. Persiapan maddiyah atau fisik dan material.

    Bulan Sya’ban telah menjelang. Bulan di mana Rasulullah saw. meningkatkan aktivitas ibadah. Bahkan diriwayatkan beliau hampir-hampir shaum sunnah sebulan penuh.

    Imam al-Nasa’i dan Abu Dawud meriwayatkan, disahihkan oleh Ibnu Huzaimah. Usamah berkata pada Nabi saw.

    Wahai Rasulullah, saya tidak melihat Engkau melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Engkau lakukan dalam bulan Sya’ban.’ Rasul menjawab: ‘Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang. Di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa.”

    Dari Aisyah r.a. beliau berkata: “Rasulullah s.a.w. berpuasa hingga kita mengatakan tidak pernah tidak puasa, dan beliau berbuka (tidak puasa) hingga kita mengatakan tidak puasa, tapi aku tidak pernah melihat beliau menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau memperbanyak puasa selain bulan Ramadhan kecuali pada bulan Sya’ban.” Imam Bukhari.

    Subhanallah, kondisi ruhiyah, fikriyah dan maddiyah sudah dipersiapkan sebulan, bahkan dua bulan sebelum Ramadhan menjelang. Sehingga ketika Ramadhan datang, kita sudah terbiasa, terkondisikan dengan kesungguhan dan ketaatan. Dan karena itu kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan Ramadhan akan dapat diraih. Keluar Ramadhan meraih predikat muttaqin dan piala Jannatur Rayyan, insya Allah. Allahu a’lam

    more
  • Ramadhan Salafuna & Ramadhan Kita




    Betapa besar perbedaan antara shaumnya –puasanya- kita dengan shaumnya salafus shalih -generasi awal Islam-.

    Generasi awal Islam berlomba meraih nilainya, berkutat dalam naungannya dan mengerahkan segenap kekuatan fisik dan kekuatan jiwa untuk mengisinya.

    Siang hari mereka adalah kesungguhan, produktifitas dan profesional.

    Malam hari mereka adalah malam-malam meraih bekalan ruhani, tahajjud dan tilawatul Qur’an.

    Sebulan penuh mereka belajar, beribadah dan berbuat baik.

    Lisan mereka shaum, jauh dari berkata yang tidak ada manfaatnya, apalagi kata-kata kasar, jorok dan dusta.

    Telinga mereka shaum, tidak mendengarkan pernyataan sesat, negatif dan sia-sia.

    Mata mereka shaum, tidak melihat yang diharamkan dan perbuatan tidak senonoh.

    Hati mereka shaum, tidak terbersit untuk melakukan kesalahan atau dosa.

    Dan tangan mereka, tidak digunakan untuk mengambil yang tidak halal dan tidak menyakiti.

    Berbeda dengan muslim sekarang ini.

    Di antara mereka ada yang menjadikan Ramadhan sebagai musim ta’at kepada Allah swt. dan melipatgandakan kebaikan.

    Mereka shaum siang harinya dengan sebaik-baiknya. Mereka qiyam Ramadhan –shalat tarawih dan tahajjud- dengan sebaik-baiknya.

    Mereka bersyukur kepada Allah swt. atas nikmat yang diberikan, dan mereka tidak lupa saudara-saudara mereka yang lemah dan tidak beruntung.

    Mereka berusaha meneladani Nabi, sebagai orang yang paling dermawan dan paling banyak berbuat baik dalam bulan Ramadhan, laksana angin yang tertiup.

    Kelompok lain adalah, kelompok yang tidak pernah tahu dan sadar akan kebaikan Ramadhan. Mereka tidak merasakan manfaat dari bulan Ramadhan. Mereka tidak peduli dengan shiam dan qiyam. Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.

    Padahal Allah swt. menghidangkan Ramadhan bagi qalbu dan ruh –hati dan jiwa- sekaligus. Sedangkan mereka malah menjadikan Ramadhan untuk memperturutkan syahwat perut dan mata (tidur) semata.

    Allah swt. menjadikan Ramadhan sebagai upaya menyemai sikap kasih sayang dan kesabaran. Justeru mereka menjadikannya sebagai ajang amarah dan mengumpat.

    Allah swt. menjadikan Ramadhan sebagai wahana meraih sakinah –ketentraman- dan keteduhan. Mereka malah menjadikannya sebagai bulan pertengkaran dan perselisihan.

    Allah swt. menjadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan diri, namun mereka hanya merubah jadwal makan belaka.

    Allah swt. menghadirkan Ramadhan untuk menggugah si kaya agar peduli dengan yang tak berpunya. Namun mereka menjadikannya sebagai ajang memperbanyak makanan dan minuman dengan aneka ragamnya.

    Semoga umat muslim melaksanakan shaum Ramadhan adalah dalam rangka meraih janji Allah swt. taqwallah, bertaqwa kepada Allah swt. sebagaimana yang diperintahkan Al Qur’an, dengan demikian mereka akan keluar dari Ramadhan menjadi orang-orang yang suci (fithri) dan dosanya terhapuskan, biidznillah. Allahu a’lam

    more
  • Memahami Anjuran Shalat Taraweh



    Rasulullah saw menganjurkan kepada kita untuk menghidupkan malam Ramadhan dengan memperbanyak sholat. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Nabi saw. Sangat mengajurkan qiyam ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Kemudian Nabi saw. Bersabda, “Siapa yang mendirikan shalat di malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (muttafaq alaih)

    Dan fakta sejarah memberi bukti, sejak zaman Rasulullah saw. hingga kini, umat Islam secara turun temurun mengamalkan anjuran Rasulullah ini. Alhamdulillah. Tapi sayang, dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan di beberapa hal yang kadang mengganggu ikatan ukhuwah di kalangan umat. Seharusnya itu tak boleh terjadi jika umat tahu sejarah disyariatkannya shalat tarawih.

    Pada awalnya shalat tarawih dilaksanakan Nabi saw. dengan sebagian sahabat secara berjamaah di Masjid Nabawi. Namun setelah berjalan tiga malam, Nabi membiarkan para sahabat melakukan tarawih secara sendiri-sendiri. Hingga dikemudian hari, ketika menjadi Khalifah, Umar bin Khattab menyaksikan adanya fenomena shalat tarawih terpencar-pencar di dalam Masjid Nabawi. Terbersit di benak Umar untuk menyatukannya.Umar memerintahkan Ubay bin Kaab untuk memimpin para sahabat melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah. ‘Aisyah menceritakan kisah ini seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Untuk selengkapnya silahkan lihat Al-Lu’lu War Marjan: 436. berdasarkan riwayat itulah kemudian para ulama sepakat menetapkan bahwa shalat tarawih secara berjamaah adalah sunnah.

    Bahkan, para wanita pun dibolehkan ikut berjamaah di masjid, padahal biasanya mereka dianjurkan untuk melaksanakan shalat wajib di rumah masing-masing. Tentu saja ada syarat: harus memperhatikan etika ketika di luar rumah. Yang pasti, jika tidak ke masjid ia tidak berkesempatan atau tidak melaksanakan shalat tarawih berjamaah, maka kepergiannya ke masjid tentu akan memperoleh kebaikan yang banyak.




    Jumlah Rakaat


    Berapa rakaat shalat tarawih para sahabat yang diimami oleh Ubay bin Kaab? Hadits tentang kisah itu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tidak menjelaskan hal ini. Begitu juga hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah. Hanya menyebut Rasulullah saw. shalat tarawih berjamaah bersama para sahabat selama tiga malam. Berapa rakaatnya, tidak dijelaskan. Hanya ditegaskan bahwa tidak ada perbedaan jumlah rakaat shalat malam yang dilakukan Rasulullah di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Jadi, hadits ini konteksnya lebih kepada shalat malam secara umum. Maka tak heran jika para ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil untuk shalat malam secara umum. Misalnya, Iman Bukhari memasukkan hadits ini ke dalam Bab Shalat Tahajjud. Iman Malik di Bab Shalat Witir Nabi saw. (Lihat Fathul Bari 4/250 dan Muwattha’ 141).

    Inilah yang kemudian memunculkan perbedaan jumlah rakaat. Ada yang menyebut 11, 13, 21, 23, 36, bahkan 39. Ada yang berpegang pada hadits ‘Aisyah dalam Fathul Bari, “Nabi tidak pernah melakuka shalat malam lebih dari 11 rakaat baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan.”

    Sebagian berpegang pada riwayat bahwa Umar bin Khattab –seperti yang tertera di Muwattha’ Imam Malik—menyuruh Ubay bin Kaab dan Tamim Ad-Dari untuk melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat dengan rakaat-rakaat yang panjang. Namun dalam riwayat Yazid bin Ar-Rumman dikabarkan jumlah rakaat shalat tarawih yang dilaksanakan di zaman Umar adalah 23 rakaat.

    Dalam kitab Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, Imam At-Tirmidzi menyatakan bahwa Umar, Ali, dan sahabat lainnya melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat selain witir. Pendapat ini didukung Imam At-Tsauri, Imam Ibnu Mubarak, dan Imam Asy-Syafi’i.

    Di Fathul Bari ditulis bahwa di masa Umar bin Abdul Aziz, kaum muslimin shalat tarawih hingga 36 rakaat ditambah witir 3 rakaat. Imam Malik berkata bahwa hal itu telah lama dilaksanakan.

    Masih di Fathul Bari, Imam Syafi’i dalam riwayat Az-Za’farani mengatakan bahwa ia sempat menyaksikan umat Islam melaksanakan shalat tarawih di Madinah dengan 39 rakaat dan di Makkah 33 rakaat. Menurut Imam Syafi’i, jumlah rakaat shalat tarawih memang memiliki kelonggaran.

    Dari keterangan di atas, jelas akar persoalan shalat tarawih bukan pada jumlah rakaat. Tapi, pada kualitas rakaat yang akan dikerjakan. Ibnu Hajar berkata, “Perbedaan yang terjadi dalam jumlah rakaat tarawih mucul dikarenakan panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Jika dalam mendirikannya dengan rakaat-rakaat yang panjang, maka berakibat pada sedikitnya jumlah rakaat; dan demikian sebaliknya.”

    Imam Syafi’i berkata, “Jika shalatnya panjang dan jumlah rakaatnya sedikit itu baik menurutku. Dan jika shalatnya pendek, jumlah rakaatnya banyak itu juga baik menurutku, sekalipun aku lebih senang pada yang pertama.” Selanjutnya beliau mengatakan bahwa orang yang menjalankan tarawih 8 rakaat dengan 3 witir dia telah mencontoh Rasulullah, sedangkan yang menjalankan tarawih 23 rakaat mereka telah mencontoh Umar, generasi sahabat dan tabi’in. Bahkan, menurut Imam Malik, hal itu telah berjala lebih dari ratusan tahun.

    Menurut Imam Ahmad, tidak ada pembatasan yang signifikan dalam jumlah rakaat tarawih, melainkan tergantung panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Imam Az-Zarqani mengkutip pendapat Ibnu Hibban bahwa tarawih pada mulanya 11 rakaat dengan rakaat yang sangat panjang, kemudian bergeser menjadi 20 rakaat tanpa witir setelah melihat adanya fenomena keberatan umat dalam melaksanakannya. Bahkan kemudian dengan alasan yang sama bergeser menjadi 36 rakaat tanpa witir (lihat Hasyiyah Fiqh Sunnah: 1/195)

    Jadi, tidak ada alasan sebenarnya bagi kita untuk memperselisihkan jumlah rakaat. Semua sudah selesai sejak zaman sahabat. Apalagi perpecahan adalah tercela dan persatuan umat wajib dibina. Isu besar dalam pelaksanaan shalat tarawih adalah kualitas shalatnya. Apakah benar-benar kita bisa memanfaatkan shalat tarawih menjadi media yang menghubungkan kita dengan Allah hingga ke derajat ihsan?


    Cara Melaksanakan Tarawih

    Hadits Bukhari yang diriwayatkan Aisyah menjelaskan cara Rasulullah saw. melaksanakan shalat malam adalah dengan tiga salam. Jadi, dimulai dengan 4 rakaat yang sangat panjang lalu ditambah 4 rakaat yang panjang lagi kemudian disusul 3 rakaat sebagai witir (penutup).

    Boleh juga dilakukan dengan dua rakaat dua rakaat dan ditutup satu rakaat. Ini berdasarkan cerita Ibnu Umar bahwa ada sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. tentang cara Rasulullah saw. mendirikan shalat malam. Rasulullah saw. menjawab, “Shalat malam didirikan dua rakaat dua rakaat, jika ia khawatir akan tibanya waktu subuh maka hendaknya menutup dengan satu rakaat (muttafaq alaih, lihat Al-Lu’lu War Marjan: 432). Rasulullah saw. sendiri juga melakukan cara ini (lihat Syarh Shahih Muslim 6/46-47 dan Muwattha’: 143-144).

    Dari data-data di atas, Ibnu Hajar menyimpulkan bahwa Rasulullah saw. kadang melakukan witir dengan satu rakaat dan kadang tiga rakaat.

    Jadi, sangat tidak pantas jika perbedaan jumlah rakaat shalat tarawih menjadi isu yang pemecah persatuan umat. []



    Dari tetangga sebelah (www.dakwatuna.com)

    more
  • MARHABAN YA RAMADHAN

    By : Anas Mas’udi El Malawy

    “Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah agama Islam”

    (QS. Aly Imran:19)

    “Wahai orang-orang yang beriman … diwajibkan atas kamu berpuasa (Ramadhan), sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. 2: 183)

    “Allahumma baarik lanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighnaa Ramadhaan”

    “Saat datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka dikunci dan syetan-syetan dibelenggu” (HR. Imam Muslim)


    Islam berdiri di atas lima pondasi pokok yang saling terkait satu dengan lainnya dan kelima pondasi tersebut merupakan paku bumi atau ckaar alamnya. Jika salah satunya ditinggalkan, maka posisi Islam orang yg melakukan hal tersebut menjadi lemah. Lima pondasi tersebut dalam pelaksanaannya dijalankan dengan berurutan dan harus dilasanakan secara keseluruhan bagi yang bisa menjalankannya.

    Pondasi-pondasi tersebut sangat sesuai dengan etika atau norma dalam berinteraksi, baik dengan sesama, lingkungan maupun dengan Sang Pencipta. Lima pondasi tersebut adalah dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji yang kita kenal dengan “Rukun Islam”. Rasul SAW pernah bersabda : “Islam didirikan di atas lima perkara, yaitu Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusan Allah (dua kalimat syahadat), mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Ka'bah”. ( HR.Bukhari Muslim )

    Dari lima pondasi tadi yang paling esensi dan urgen, yang paling pertama dan yang paling utama adalah Dua Kalimat syahadat. Sebab semua amal perbuatan baik apapun yang dilakukan orang yang belum bersyahadat (kafir/non muslim) tidak bisa diterima. Sedangkan orang yang lahir dalam keadaan muslim cukup baginya syahadat orang tuanya, yakni tidak harus mengucapkannya lagi kelak di waktu ia sampai pada usia akil baligh. Pondasi yang pertama ini merupakan hubungan kusus antara Sang Khaliq dengan makhluqNya.

    Shalat adalah pondasi kedua yang merupakan tiangnya Islam. Barang siapa yang meninggalakan shalat berarti ia sama halnya merobohkan agama dan barang siapa menegakkan shalat berarti ia sama halnya menegakkan agama. Oleh karenanya shalat diwajibkan bagi setiap hamba yang sudah akil baligh tanpa terkecuali di manapun ia berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga tetap shalat menjadi kewajibannya. Dari satu sisi shalat merupakan sarana kusus bagi hamba untuk bermunajat pada Sang Penciptanya dan saat itulah saat yang paling dekat bagi seorang hamba kepada Tuhannya. Oleh karenanya sangat dianjurkan baginya untuk memohon petunjuk dan dan pertolongan kepada Sang Penciptanya saat ia melakukan shalat atau setelahnya. Dari sisi lain shalat memberi fungsi social jika dikerjakan dengan berjamaah. Di mana hal itu dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama.

    Berikutnya adalah zakat yang merupakan penyempurna amal ibadah puasa. Adapun urutannya yang dahulu dari pada puasa dalam hadis Nabi sAW itu menunjukkan bahwa zakat sangatlah penting dalam Islam untuk menunjang kemajuan pemeluknya karena itu bisa mengurangi jumlah kemiskinan yang ada. Dari sisi lain juga bisa dipahami bahwa hal tersebut menunjukkan akan perhatian Islam yg sangat besar terhadap masalah zakat karena di sana banyak dari umat Islam yang enggan untuk mengeluarkan zakat. Di mana mereka yang enggan mengeluarkan zakat tersebut cenderung bepikir matrealistis yang menganggap harta kekayaan yang dimiliki adalah jerih payahnya sendiri dan orang lain tidak berhak untuk memilikinya. Pola pikir seperti inilah yang menyebabkan kemunduran umat Islam.

    Jika puasa dapat membersihkan jiwa seorang hamba dari berbagai kotoran dan penyakitnya, maka zakat berfungsi untuk membersihkan harta bendanya dari barang-barang syubhat (yg tidak jelas halal dan haramnya). Jika seorang hamba telah dibersihkan jiwa dan hartanya, maka saat itulah ia berhak untuk berhari raya. Sehingga hari raya tersebut diberi nama “Iedul Fitri” yang artinya (dalam bahasa Arab) “hari raya kesucian”; yakni suatu hari di mana seorang hamba dapat kembali pada lembaran aslinya yang masih putih bersih laksana bayi yang baru lahir tanpa dosa dan noda.

    Adapun pondasi yang keempat adalah puasa yang merupakan salah satu perintah Allah sebagai upaya bagi seorang hamba untuk mengenali dirinya dan sebagai salah satu bentuk ujian bagi keimanannya. Dari satu sisi puasa dapat mengantarkan seseorang untuk menjadi seorang penderma jika ia mau berpikir tentang kelaparan yang dirasakan saat berpuasa di siang hari. Dari sisi lain puasa dapat meningkatan keimanan seorang hamba jika ia selalu ingat bahwa puasa adalah kewajiban dari Tuhannya. Pun dapat menurunkan keimanannya jika ia lalai akan datangnya kewajiban puasa tadi dari Sang Penciptanya.

    Dan pondasi yang terahir adalah haji yang merupakan salah satu sarana seorang hamba untuk interospeksi diri atas segala hal yang terlah dilakukan. Di mana saat menjalankan ibadah haji ia harus berkorban mengeluarkan banyak harta untuk bisa sampai ke tanah suci “Mekah”. Setelah sampai di sana semua symbol kemewahan harta dunia harus ia tanggalkan. Semua hamba saat itu dalam keadaan dan posisi yang sama di hadapan Ka’bah, baitullah. Hanya taqwa yang dapat membedakan perasaan haru dan senangnya saat berada di hadapan rumah suci tadi (ka’bah). Di sana ia dapat mengenang sejarah para panji-panji Islam yang dengan pengorbanannya Islam bisa jaya dan tersebar luas seantero dunia.

    Dalam waktu yang tidak lama lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh hikmah, barokah dan ampunan. Setiap amal kebaikan di dalamnya akan dimpahkan pahalanya dan setiap amal kejahatan akan dinanti taubatnya.

    Pada hari itu pintu-pintu surga dibuka oleh Allah, pintu-pintu neraka dikunci rapat dan syetan-syetam dibelenggu. Namun, apa arti semua itu? Kalau memang syetan-syetan dibelenggu pada bulan Ramadhan, tapi kenapa masih banyak kemaksiatan yang menusuk mata syariat pada hari-hari tersebut?

    Dalam konteks ini, hadis tersebut tidak bisa dipahami secara tektual saja. Namun juga dilihat dari perluasan pemahamannya. Allah swt tidak mungkin berbuat sesuatu tanpa ada manfaat atau hikmahnya.

    Hadis tersebut bisa dipahami juga bahwa dengan adanya pintu surga dibuka itu menunjukkan pintu-pintu kebaikan terbuka lebar dan pintu-pintu neraka yang ditutup itu berarti jalan menuju kemungkaran semakin sempit dan terhimpit. Sebagaimana dalam hadis Rasul saw “Sesungguhnya jujur itu mengantarkan pada kebaikan. Kebaikan mengantarkan pada hidayah. Hidah menyampaikan (pelakunya) ke dalam surga, dan dusta itu mengantarkan ada kejahatan. Kejahatan mengantarkan pada kesesatan, dan kesesatan menyampaikan (pelakunya) ke nerka”.

    Sebagai Muslim setidaknya merasa malu di hadapan teman sesamanya jika tidak berpuasa di bulan Ramadhan tadi. Jika puasa, nafsu menjadi lemah semangatnya dalam menggoda dan mengelabuhi jiwa untuk berbuat jahat. Walaupun, tidak harus berbuat hal yang mendatangkan kebaikan, minimal ia bisa mengurangi kemaksiatan yang kadang cenderung dilakukannya di luar bulan puasa. Dengan demikian, jika ia mersa terbiasa tanpa ada rasa terbebani dengan puasa tadi, lambat-laun ia yang dulunya terbiasa dengan perbuatan maksiat dengan sendirinya akan berubah menjadi baik.

    Adapun syetan-syetan yg dibelenggu itu bukan berarti kejahatan, kemaksiatan dan kemungkaran tidak ada pada bulan puasa. Kenapa? Karena manusia mempunyai hawa nafsu. Syetan adalah musuh manusia dari luar dirinya. Sedang hawa nafsu adalah musuh dalam selimut. Jadi, wajar saja jika dalam bulan Ramadhan masih banyaak ditemukan kejahatan, kemaksiatan dan kemungkaran di depan mata kita. Namun, minimal perbuatan-perbuatan maksiat dan mungkar tadi dapat terkendali oleh jiwa yg sedang berpuasa.

    Untuk itu, kita memerlukan konsep bagaimana dapat menjalani ibadah puasa Ramadhan ini dengan hasil yang maksimal. Untuk mengendalikan hawa nafsu adalah puasa. Namun, kadang puasa pun tidak mampu mengendalikannya. Karena nafsu berjalan dalam jiwa manusia itu seperti mengalirnya darah dalam tubuh. Sedangkan puasa hanya mampu memperlambat kendalinya saja.

    Hawa nafsu merupakan sarana kejahatan bagi syetan dalam jiwa manusia untuk menjerumuskannya ke jalan sesat. Jika jiwa seseorang sering mengonsumsi barang-barang haram, hawa nafsunya akan semakin subur. Karena makanan haram merupakan vitamin dan stamina bagi hawa nafsu. Jadi, sekalipun puasa tiap hari, kalau suka mengonsumsi barang haram, wajar kalau nafsunya sulit dikendalikan.

    Di sana ada beberapa tips untuk bisa mencapai keindahan Ramadhan dengan maksimal. Antaranya:

    - memperbanyal shalat-shalat sunnah. Perbanyak Shalat karena dalam bulan suci Ramadhan setiap amal kebaikan akan dilipat gandakan sebanyak-banyaknya.
    Shalat di bulan Ramadhan mempunyai nilai istemewa melebihi shalat-shalat di luar Ramdhan.

    - meningkatkan kualitas puasa. Imam Ghazali dalam Ihya’-nya membagi kualitas puasa menjadi 3; Pertama,.puasa awam, yakni menahan makan, minum, syahwat kepada lawan jenis di siang hari. Kedua, puasa khawash, yaitu puasa anggota badan dari yang haram, menahan mata, dari yang haram, menahan tangan dari yang haram, menahan tangan dari yang tidak hak, menahan langkah kaki dari jalan menuju yang haram, manahan telinga dari mendengarkan yang haram termasuk ghibah. Dan ketiga adalah puasa khawashul khawash, yaitu mengikat hati dengan kecintaan pada Allah SWT, tidak memperhitungkan selain Allah, membenci prilaku maksiat kepada-Nya.

    - tidak menyia-nyiakan waktu malam dengan begadang tanpa guan. Namun mengerjakan Qiyamul Lail. Qiyamul lail adalah madrasah yang agung dari madrasah pembinaan diri. Tidak ada yang mampu melakukannya kecuali orang-orang yang ikhlas.

    - membasahi lidah dengan dzikrullah. Dzikrullah adalah indikator hidupnya hati. Dzikrullah adalah peristirahatan bagi jiwa. Seorang Tabi'in mengatakan, "Sesungguhnya di dunia ini ada surga. Orang yang belum memasuki surga dunia, tidak masuk ke dalam surga akhirat. Surga dunia itu adalah dzikrullah.".

    - memperbanyak mengeluarkan shadaqah dan infaq, karena Allah pemilik
    Arsy akan membalsnya dengan sebaik-baik balasan.. Sebagaimana firman Allah: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,pinjaman yang baik (Menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan". (QS.Albaqarah:245).

    - memperbanyak baca Al Qur'an. Membaca Al Qur'an adalah ibadah paling utama di bulan Ramadhan. “Iqra’uu Alqur’an fainnahuu ya’tii yaumal qiyaamati syafii’an liashhabihi”.

    - memperbanyak taubat. Artinya, penyesalan atas perilaku kemaksiatan dan menjauh dari mengulangi dosa serta tekad untuk tidak mengulangi dosa. Semua kita memerlukan taubat setiap hari dari banyaknya dosa-dosa yang kita lakukan. Dalam Haditsnya Rasul SAW juga mengatakan, "Barangsiapa yang mendekatkan diri kepadaKu satu jengkal, aku akan mendekatinya satu hasta, dan barang siapa yang mendekatiKu satu hasta, Aku akan mendekatinya satu depa. Dan barangsiapa yang mendekatiKu dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari."(HR Muslim).

    - melakukan i'tikaf di dalam Masjid bagi orang yang tidak punya kepentingan lain, seperti bekerja, membantu orang tua dll. I'tikaf adalah sunnah yang selalu dilakukan Rasulallah SAW pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Bahkan pada tahun terakhir ketika beliau wafat, Rasulallah melakukan i'tikaf selama 20 hari. I'tikaf adalah tinggal di masjid untuk beribadah, meninggalkan urusan dunia dan kesibukannya. Seorang yang i'tikaf tidak keluar dari masjid kecuali karena darurat.

    - ridhalah dan ikhlas atas segala Ketetapan-Nya. Orang yang yang paling gembira di dunia adalah orang yang paling ridha dengan ketetapan Allah SWT. Sebab, dengan nerimo ing pandum, manusia tidak akan pernah dihinggapi rasa sedirh, susah, merana dll. Keridhaan adalah tingkatan paling tinggi dari sifat sabar.

    - berapang dada dan mudah memaafkan orang lain. Termasuk indikator paling jelas dari sikap lapang dada dan mudah memaafkan adalah kemampuan menahan marah, terutama saat kita mampu melampiaskan kemarahan itu. Sikap menahan marah merupakan sikap Nabi saw.

    - menjalin hubungan baik dengan siapapun. Seperti wasiat Rasul saw, …dan pergaulilah orang lain dengan pekerti yang baik”.

    - Berupaya membahagiakan kedua orang tua. Kita sangat memerlukan orang yang mau belajar kembali bagaimana caranya berbakti kepada orang tua. Bagaimana caranya menyalami dan mencium tangan mereka? Bagaimana caranya membantu mereka? kita telah banyak menyia-nyiakan hak kedua orangtua. Dalam hadits riwayat muslim,Rasulallah saw bersabda, "Rugi dan bangkrutlah orang bertemu dengan kedua-orangtuanya saat mereka sudah tua –salah satu atau keduanya- tapi keadaan itu tidak bisa menyebabkannya masuk Surga". (HR Muslim).

    - Berupaya meraih Lailatul Qadar dengan qiyamul lail. Malam yang paling mulia dalam satu tahun. Tidak ada keutamaan yang
    menyerupainya, ibadah pada malam itu lebih baik dari (ibadah) 1000 bulan. Kapankah malam Lailatul qadar? sejumlah hadits menyebutkan malam tersebut jatuh pada salah satu malam sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, terutama malam-malam ganjil. Rasulallah saw bersabda: "Barangsiapa yang bangun di waktu malam lailatul qadar
    dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu."(HR Bukhari).

    Demikian sekilas tentang keutamaan bulan suci Ramadhan dan tips untuk meraih keutamaan tersebut yang dapat penulis uraikan. Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita. Maka, jangan sampai disia-siakan. Hingga kelak kita akan merugi di kemudian hari.

    SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA DI BULAN SUCI RAMADHAN. SEMOGA AMAL IBADAH KITA DITERIMA OLEH-NYA, AMIIIN

    more


  • Di hadapan Tukul, secantik atau setampan apapun selebritis kita, pasti mati kutu dengan kata itu. Tukul yang sebenarnya lebih ndeso punya alasan hingga berani berkata seperti itu. “Meskipun anjing menggonggong, timpuk saja!” katanya.

    Melihat polah Tukul, tentu saja, sontak penonton tertawa. Tukul adalah obat dari beragam terpaan bencana. Kedatangan Tukul di layar kaca tepat waktu. Ia datang di saat negeri ini butuh senyum dan hiburan.

    Tingkah Tukul yang belagu, lugu, dan sok tahu kadang bikin geli atau bahkan tawa. Pun tatkala ia mengironikan dirinya sendiri. Tukul seolah mengajak para penggemarnya menertawakan dirinya sendiri. Bisa jadi kita lebih ndeso dan katro dibanding Tukul. Hanya saja kita gengsi dan malu mengakui.Maret lalu, kurang lebih sudah sepuluh bulan Empat Mata digelar.

    Bulan Maret kebetulan dalam catatan republik ada peristiwa besar terjadi. Tepat 11 Maret 1965 silam, Pak Harto menerima Surat Perintah Sebelas Maret. Surat sakti yang menjadi modal baginya untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia.

    Surat perintah itu, sebagaimana publik ketahui, sampai detik ini belum diketahui keberadaannya. Sebuah surat penting yang luput dari kejelian dan ketelitian pendokumentasian dan pengarsiapan negara. Lantas kita pun bertanya, sebegitu parahkah pengarsipan di negeri ini? Mungkin Supersemar disimpan jin dari negeri antah berantah? Banyolan apa lagi ini.Yang pasti surat itu tak mungkin disimpan Thukul. Sebab ketika surat perintah itu ditandatangani di Bogor, Tukul baru berusia 2,5 tahun. Mungkinkah anak sekecil itu menyimpan surat sakti? Bisa jadi mungkin. Tapi kemungkinannya 0,09%. Jikapun dia membawa surat itu, tentu, nasib tak menjadikannya sebagai pelawak. Mungkin jadi Jendral, direktur BUMN, atau pejabat.Tak pernah tercantum dalam sumber manapun ada keterkaitan antara Tukul dan Pak Harto.

    Satu-satunya keterkaitan Pak Harto dan Tukul adalah sama-sama dari ndeso. Meski keduanya berasal dari desa tetap saja ada perbedaan. Pak Harto dalam buku Anak Desa, Biografi Presiden Soeharto karangan O.G. Roeder (1976) terang-terangan menyebut dirinya anak desa. Tapi Tukul beda, ia belagu menyebut dirinya ndeso saat laptop-nya dimatikan.

    Kesamaan sekaligus perbedaan kedua, kedua-duanya pernah tinggal di Semarang. Pak Harto jadi Panglima Divisi Diponegoro. Sementara Tukul, lahir di Semarang dan pernah jadi Juara Lawak tingkat Jawa Tengah. Perbedaan mencolok lain, Pak Harto tak pernah jadi juara lawak, pun Tukul bukan tentara bermuka seram.

    Penggemar Tukul tak bisa bayangkan andai wajah idolanya itu bermuka garang. Sebab senyum, yang membuat Tukul lekat di hati penggemar fanatiknya. Senyum Tukul yang memberi kesan seolah dia tak punya utang dan dosa.

    Senyumnya yang menawan membuat penonton tergoda. Kalau penonton ribut, Tukul akan bilang, “silent please...” Anehnya penonton pun diam. Jika ada yang berani menyelutuk, sontak Tukul berkata, “Sobek...sobek...mulutmu!”.Tak ada yang marah dengan perkataanya. Sebab penonton tahu Tukul cuma bercanda. Ia tak sungguh-sungguh menyobek mulut dari orang yang usul usil. Tapi ia sungguh-sungguh ketika bilang, “silent please.... Itu pun dengan gaya bercanda bukan pakai bedil dan mata melotot.

    Tapi Tukul juga punya kekuatan untuk mengendalikan keadaaan di studio Empat Mata. Jika suasana sudah melenceng, diskusi melantur, banyak celutukan tak “jelas” Tukul akan segera berkata, “kembali ke lap top...”

    Di layar kaca tampak sebagian besar pemirsa di studio ikut-ikutan menunjuk lap top. Beberapa yang lain diam. Sebagiannya lagi cuma tersenyum. Lap top tampaknya menjadi penopang utama kekuasaan Tukul. Lap top adalah istrinya. Matinya lap top menjadikan Tukul pincang dalam membawakan dagelan ala Empat Mata. Ia bahkan tak berdaya jika lap topnya mati atau dimatikan. Saat lap top nya mati, ia kehilangan visi. Bicara ngelantur. Ia pun tampak sedih.Sebab lap top yang mengusulkan kepada Tukul untuk menjalankan “negara” Empat Mata. Kertas yang seperti pengganti lap top, terkadang tak bisa diandalkan. Tidak semua pertanyaan ada di situ. Dari mana ia dapatkan jawaban sementara isterinya mati?Apalagi bersamaan dengan itu, pendukung acara ikut-ikutan meledek. Pemirsa di studio meledek. Semua meledek. Tinggalah Tukul sendiri bersama kertas pembantu yang tak bisa diandalkan. Ia pun akhirnya merengek. Bermuka kecut. Tak bisa lagi tersenyum, dan tampak serius. Itulah ujian terberat yang dihadapi Tukul.

    Kembali ke Pak Harto. Setelah lengser keprabon Mei 1998 silam, Pak Harto sakit-sakitan. Beberapa kali penyakitnya kambuh. Tiap kali dimintai keterangan pengadilan, ia dalam keadaan sakit. Sebagaimana diketahui, orang sakit seperti Pak Harto, kasihan untuk ditanya-tanya terus. Memangnya talk show?Kalau pengadilan seperti talk shaw sudah beres negeri ini. Tiap orang bebas bercerita. Tanpa takut dipenjara. Apalagi pembawa acaranya Tukul Arwana, pasti penuh canda. Apalagi pilihan bintang tamunya tepat. Benar-benar orang yang terlibat dan tahu. Pasti paradigmanya jelas.“Sok tahu..... ,“ kata Tukul.

    Tapi siapa yang diundang dan diwawancarai jika talk show mengambil tema Supersemar? Bukankah keempat jendral pembawa surat itu sudah meninggal. Tak mungkin agaknya surat itu jatuh di perjalanan Bogor-Jakarta. Sebab foto Supersemar masih ada di buku 30 tahun Indonesia Merdeka. Hanya saja di situ tertulis kota Jakarta, bukan Bogor.Saya bayangkan, seadainya Pak Harto sehat, diundang Empat Mata membahas Supersemar. Apa jadinya jika dua orang dari desa bertemu. Seperti apakah tingkah Tukul? Mungkinkah dia yang justru mati kutu seperti para selebritis yang sering diledeknya? Masihkah Tukul berani bilang , “ooo...ndeso! katro!...puas!?...puas!?...puas!? (baca dengan gaya Tukul).

    more

  • Ibn Khladun adalah perkecualian dari dunia pemikiran Arab. Di saat dunia pemikiran Arab mengalami kemandegan, Ibn Khaldun justru muncul dengan pemikirannya yang cemerlang. Ibn Khaldun yang bernama lengkap Abu Zaid Abd-Ar-Rahman Ibn Khaldun (1332-1406), seorang sejarawan besar Islam pada abad pertengahan. Khaldun lahir pada 27 Mei 1332 di Tunis (sekarang Tunisia).

    Keluarga Ibn Khaldun berasal dari Hadramaut dan masih memiliki keturunan dengan Wail Bin Hajar, salah seorang sahabat Nabi SAW.Khaldun yang terlahir dari keluarga Arab-Spanyol sejak kecil sudah dekat dengan kehidupan intelektual dan politik.

    Ayahnya, Muhammad Bin Muhammad seorang mantan perwira militer yang gemar mempelajari ilmu hukum, teologi, dan sastra. Bahkan di usia 17, Khaldun telah menguasai ilmu Islam klasik termasuk ulum, aqliyah (ilmu kefilsafatan, tasawuf, dan metafisika). Tunisia ketika itu merupakan pusat para ulama dan sastrawan yang memungkinkan Ibn Khaldun muda banyak belajar dari mereka.

    Selain menggemari dunia pengetahuan, Ibn Khaldun juga terlibat dalam dunia politik. Ia pernah menjabat Shabib al’Allamah (penyimpan tanda tangan) pada pemerintahan Abu Muhammad ibn Tafrakin di Tunis.

    Ketika ia menduduki jabatan tersebut usianya baru menginjak 20 tahun. Situasi politik yang tidak menentu membuat Ibn Khaldun berpindah-pindah pekerjaan. Situasi politik tersebut juga mempengaruhi karir hidupnya. Ketika ia menjabat sebagai sekretaris Kesultanan di Fez maroko, ia menerima tudingan Abu Inan sebagai komplotan politik yang hendak menyerang Sultan. Khaldun akhirnya masuk penjara selama 21 bulan gara-gara tudingan tersebut.

    Ibn Khaldun pernah diadili di tempat yang sekarang disebut Tunisia, Algeria, Maroko, dan di Granada, Spanyol dan telah dua kali dipenjara. Pada 1375 dia diasingkan di dekat Frenda, Algeria, empat tahun untuk menyelesaikan karya monumentalnya, al-Mukaddimah.

    Isi pengantarnya Kitab al-Ibar (Sejarah Universal). Pada 1382, di kota suci Mekkah, dia ditawari oleh Sultan kairo untuk menjadi rektor di universitas Islam terkemuka, Universitas Al Azhar, dia juga ditunjuk sebagai hakim (qadi) Syekh Maliki Islam.
    Pada 1400 dia menemani pengganti sultan ke Damaskus dalam ekspedisi menahan serangan invasi Turki, Tamerlane (Timur Lenk). Ibn Khaldun menghabiskan beberapa minggu sebagai tamu agung Tamerlene sebelum kembali ke Cairo, di sana ia meninggal pada 17 Maret 1406.Kitab al-Ibar adalah sebuah panduan berharga bagi sejarah Muslim Afrika Utara.

    Namun demikian, keenam jilid lain pamornya kalah dengan Muqaddimah. Di dalamnya, Ibn Khaldun menggarisbawahi sejarah dan ilmu sosial bahwa ada kesinambungan antara abad kuno dan pertengahan dan sangat mencerminkan sosiologi modern. Masyarakat, ia percaya, disatukan oleh kekuatan kesatuan sosial yang dapat ditingkatkan oleh kesatuan beragama.

    Perubahan sosial dan dinamika masyarakat mengikuti hukum empiris ditemukan dan merefeleksikan aktivitas dan iklim ekonomi yang sejalan dengan realitas.Sejarawan Arab yang hidup pada abad 14 ini telah memulai penulisan yang berkenaan dengan antopologi. Khaldun melakukan studi penting tentang faktor sosiologi, psikologi, dan faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap pembangunan, perkembangan, dan jatuhnya peradaban.

    Baik Khaldun maupun Herodotus menghasilkan keilmunamn yang obyektif, analitik, penggambaran etnografi keragaman kebudayaan di dunia Mediteranian, tetapi mereka juga terkadang menggunakan informasi dari sumber kedua.Selama abad pertengahan (abad 5- 15) ahli injil mendominasi pemikiran Eropa.

    Para pemikir Eropa masih berkutat pada pencarian hakikat manusia, yakni sekitar pertanyaan asal manusia dan perkembangan kultural. Mereka menjawab pertanyaan ini dengan jawaban masalah kepercayaan religius dan mengajukan ide bahwa keberadaan manusia dan semua perbedaan manusia adalah ciptaan Tuhan.

    Jawaban tersebut sangat teologis meskipun sudah ada keterbukaan berpikkir dibandingkan dengan masa gelap Eropa. Sebagaimana diketahui pemikiran teologi Gereja mendominasi Eropa abad gelap.Sisi lain yang mempengaruhi pemikiran Eropa adalah buah eksplorasi mereka ke dunia Timur.

    Mulai akhi abad 14, penjelajah Eropa mencari kekayaan di tanah baru yang memberikan gambaran gambling tentang kebudayaan eksotis yang mereka temui pada perjalanan mereka di Asia, Afrika, dan tanah yang kita sebut sebagai Amerika.

    Tetapi penjelajah-penjelajah ini tidak memahami bahasa-bahasa di mana mereka datang dan mereka membuat penelitian singkat dan sistematis.Pada abad 14 Ibn Khaldun menulis sejarah universal yang mengungkapkan secara luar biasa luas mengenai kemampuan pembelajaran dan kemampuan yang tidak biasa dari Ibn Khaldun yang menyusun teori umum untuk perhitungan perkembangan politik dan social sosial selama berabad-abad.

    Dia adalah seorang sejarawan muslim satu-satunya yang menyarankan alasan sosial dan ekonomi bagi perubahan sejarah, meskipun dibaca dan dikopi pekerjaannya, tetap tak mengahasilkan pengaruh yang efektif hingga mendorong pemikiran Barat yang baru diperkenalkan pada abad 19.

    Hampir semua kerangka konsep pemikiran Ibnu Khaldun tertuang dalam al-muqadddimah. Al-muqaddimah merupakan pengantar dalam karya monumentalnya al-Ibar wa Diwan al-Mubtada al-Khabar fi Ayyami al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-barbar wa Man ‘Asarahum min Dzawi as-Sultan al-Akbar (“Kitab Contoh-contoh Rekaman tentang Asal-usul dan Peristiwa Hari-hari Arab, Persi, Berber, dan Orang-orang yang Sezaman dengan Mereka yang Memiliki Kekuasaan Besar”) atau biasa orang menyebut, al-Ibar.

    Di al-muqaddimah tersebut, Khaldun menerangkan bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat manusia atau perdaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi, perihal watak manusia, seperti keliaran, keramahtamahan, solidaritas golongan, tentang revolusi, dan pemberontakan-pemberontakan suatu kelompok kepada kepada kelompok lain yang berakibat pada munculnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara dengan tingkat yang bermacam-macam, tentang pelbagai kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun kegiatan mereka dalam ilmu pengetahuan dan industri, serta segala perubahan yang terjadi di masyarakat.

    Hal ini sejalan dengan pengertian Sejarah Universal (atau dunia) yang menginginkan pemahaman atas keseluruhan pengalaman kehidupan masa lampau manusia secara total untuk melihatnya pesan-pesan perbedaan pada pesan yang berguna bagi masa depan.

    Dua masalah yang mendominasi penulisan sejarah universal, pertama ketersediaan kuantitas bahan dan keberagaman bahasa di mana di dalamnya tertulis mengimplikasikan bahwa sejarah universal mengambil bentuk kerja kolektif atau menjadi sejarah tangan kedua. Kedua, prinsip dari seleksi yang dihubungkan dengan pemilihan studi untuk membentuk taksonomi sejarah yang sesuai.

    Unit-unit tersebut secara geografis (misal benua), periode, tahap perkembangan atau struktur, peristiwa penting, saling berhubungan (misalnya komunikasi, perjuangan bagi kekuatan dunia, atau perkembangan sistem ekonomi dunia), peradaban atau kebudayaan, kekaisaran dan negara bangsa, atau komunitas terpilih.

    Sejarah universal telah ditulis terutama oleh sejarawan Barat atau sejarawan dari Asia Barat termasuk Ibnu Khaldun.Khaldun bahkan memerinci bahwa ekonomi, alam, dan agama merupakan faktor yang memengaruhi perkembangan sejarah.

    Meski punya pengaruh, faktor ekonomi, alam dan agama bagi Khaldun bukan satu-satunya faktor yang menentukan gerak sejarah. Ia mengatakan bahwa:"Keadaan alam, bangsa-bangsa, adat istiadat, dan agama tidak selalu berada dalam alur yang sama. Semua berbeda sesuai dengan perbedaan hari, masa, dan perlahian dari suatu keadaan ke keadaan lain.

    Perbedaan itu berlaku pada individu-individu, waktu, dan kota seperti halnya berlaku pada seluruh kota, masa dan negara.Salah satu sumber kesalahan dalam penulisan sejarah adalah pengabaian terhadap perubahan yang terjadi pada zaman dan manusia sesuai dengan berjalannya masa dan perubahan waktu.

    Perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam bentuk yang tidak kentara, lama baru dapat dirasakan, sehingga sukar dilihat dan diketahui beberapa orang saja."Pendek kata, bagi Khaldun, ekonomi, alam, dan agama merupakan kesatuan yang memengaruhi gerak sejarah.Teori siklus gerak sejarah sebagaimana yang dia pikirkan didasarkan pada adanya kesamaan sebagian masyarakat satu dengan masyarakat yang lain.

    Teori ini sebenarnya merupakan tafsir atas pemikiran Khladun, Khladun sendiri sebenarnya tidak menyampaikannya secara eksplisit. Satu hal yang disampaikan Khaldun secara eksplisit adalah pemikirannya tentang sejarah kritis.

    Menurut Khaldun:"Apabila demikian halnya, maka aturan untuk membedakan kebenaran dari kebatilan yang terdapat dalam informasi sejarah adalah diasarkan kemungkiknan atau ketidakmungkinan...Apabila kita telah melakukan hal demikian, makia kita telah memiliki aturan yang dapat dipergunakan untuk membedakan anatara kebenaran dan kebatilan dan kejujuran dari kebohongan dalam informasi sejarah dengan cara yang logis...selanjutnya apabila kita mendengar tentang suatu peristiwa sejarah yang terjadi dalam peradaban, maka kita harus mengetahui apa yang patut diterima akal dan apa yang merupakan kepalsuan.

    Hal ini merupakan ukuran yang tepat bagi kita, yang dapat dipergunakan oleh para sejarawan untuk menemukan jalan kejujuran dan kebenaran dalam menukilkan peristiwa sejarah."Pemikiran Khaldun tentang sejarah kritis ini merupakan satu pemikiran yang melandasi pemikiran modern orang Eropa tentang sejarah pada periode selanjutnya. Bagaimanapun Jean Bodin (1530-1596), Jean Mabilon (1632-1707), Betrhold Georg Niebur (1776-1831), hingga Leopald van Ranke (1795-1886), membaca atau tidak al-Muqadimmah, pemikirannya sejalan dengan Ibnu Khladun.

    Dari sini kita bisa tahu bahwa Ibnu Khaldun adalah perkecualian. Ia bukan saja pemikir yang selalu berpikir tentang hal-hal yang abstrak melainkan pemikirannya berasal dari tanah tempat di mana dia berpijak.

    Memahami pemikiran Ibnu Khaldun sama halnya memahami pemikiran seorang Islam yang berani mengkritik bangsanya. Terutama sekali pemikiran seorang yang sangat rasionalis namun tidak kehilangan rasa dan keimannya pada Allah SWT.Sumber:Ahmad Syafii Maarif. (1996)Ibn Khaldun Dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur. Jakarta: Gema Insani Press.Biyanto. (2004). Teori Siklus Peradaban Perspektif Ibnu Khaldun, Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat.Toto Suharto. (2003) Epistemologi Sejarah Kritis Ibnu Khaldun, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

    more
  • Derajat Sabar



    Sabar, adalah kata yang sangat ringan untuk didengar, mudah untuk diucap dan gampang untuk ditulis, hanya S, a, b, a, r, oke, sudah sering menjadi kenyataan bagi kita, kalau yang kecil-kecil itu sulit untuk menghasilkan sesuatu yang besar, ataupun menampung bobot yang besar juga ,contoh:

    lebah itu kecil, hanya akan menghasilkan sak crit(jawa) madu, begitu juga dengan cangkir, cangkir itu kecil (kalau yang besar itu namanya baskom), tidak akan bisa menampung satu ember air, ya kan ?

    kemudian apakah sabar juga akan seperti itu? apakah sabar juga akan mengambil bagian dari hukum kebiasaan kalau yang ringan, kecil, dan gampang tidak akan menghasilkan sesuatu yang berat, besar dan dahsyat? o' o, ternyata satu gram emas bisa berubah jadi puluhan kilo gram beras! Dan ternyata memory card yang super kecil juga dapat menampung berjuta-juta data! Lalu bagaimana dengan ini? masih relevan kah kalau semua yang kecil akan selalu berjodoh dengan yang tidak besar?

    itulah gambaran sabar, mudah, ringan, dan gampang adalah merek yang selalu melekat pada kata tsb. tapi dibalik labelnya itu ternyata sabar memiliki derajat yang sangat tinggi dibandingkan semua hal, dan hebatnya lagi akan menempatkan pemiliknya kepada derajat yang paling tinggi.

    Tidak percaya? mari kita nalar bersama-sama. kita akan memulai dari:

    1. API, api merupakah sesuatu yang sangat hebat, api bisa membakar sebuah rumah, bahkan hotel sekalipun, api bisa menjadi kebutuhan untuk memasak, api bisa dibuat penerang dikala gelap gulita, apakah hal ini sudah cukup untuk mengantarkannya kepada derajat tertinggi? sampai manakah derajat api?

    surve membuktikan; ternyata api hanya bisa menduduki klasemen terendah dalam hal ini,
    bukti: tidak akan terjadi kebakaran hutan kalau hutan tersebut sedang dilanda tsunami, tul gak? Hehehe. so, air lah yang mengeksekusi api untuk menduduki klasemen terbawah
    .
    2. AIR, air lebih hebat daripada api, air bisa memadamkan kobaran api, disamping itu air juga sangat penting untuk kehidupan mahluk dimuka bumi ini, selain untuk minum, mandi dan bersuci, air juga memiliki peran vokal bagi pemilik kolam renang untuk mengembangkan bisnisnya, hehehe dan masih banyak lagi, lalu apakah dengan ini semua, air bisa menduduki kursi derajat tertinggi? sampai manakah derajat air?
    surve membuktikan: mungkin tsunami tidak akan sampai menggenangi kota aceh kalau pada saat itu gunung merapi, merbabu, sindoro, dan gunung himalaya diambil tanahnya untuk mbatur kawasan srambi mekah tsb,

    becek tak ada ojek? jangan kawatir, starter mobil colt T, ambil tanah dikawasan ngaliyan semarang , bru'ke(jawa) di tempat yang becek tak ojek itu, ilang deh beceknya. so, tanah lah yang mengakibatkan air tidak berada diposisi puncak.

    3. TANAH, ternyata tanah lebih hebat daripada air, tanah bisa menahan keganasan air, dan juga bisa menhilangkan beceknya jalan karena air, selain itu tanah juga punya peran penting bagi kehidupan manusia, selain sebagai lahan untuk bercocok tanam, tanah juga bisa dibuat kreativitas, muncul disana ada batu bata, genteng, cowek, gentong dll, yang mana semuanya terbuat dari tanah, lagi-lagi apakah ini sudah cukup bagi tanah untuk meraih pole position? Masih adakah yang lebih hebat dari tanah?

    surve membuktikan: Manusia lah yang bisa berulah, sekali lagi ma nu sia, tidak akan terlihat wujudnya lagi bila manusia sudah berpolah, genteng, gentong, dan cowek adalah buktinya, berawal dari tanah yang lembek dibuatlah sebuah barang perabot yang tidak terlihat lagi wujud tanahnya. so, tanah masih bias dikalahkan oleh? menungso. ya gak? Hehehe oke, lanjut..

    4. MANUSIA, tidak lain dan tidak bukan adalah kita semua, kita punya akal, kita bisa melakukan apa yang kita inginkan, kita bisa berpolah kesana-kemari, dan kita yang selalu mendeklarasikan sebagai sebaik2nya ciptaan, apakah dengan ini kita sudah menduduki singgasana tertinggi? bagaimana nasib derajat kita? tertinggi kah?

    oh NO, manusia belum mempunyai hak untuk hal ini, lalu kalahnya manusia dengan apa atau siapa? kalahnya menusia bukan dengan truk fuso, atau buldoser atau malaikat sekalipun, kalahnya manusia hanya dengan ngantuk dan tidur.

    bukti: pak presiden yang katanya orang nomer satu di negaranya pun tak kuasa ngusir nyamuk yang menggigit keningnya kalau sudah diserang ngantuk, tul gak? Hehehe


    5. NGANTUK Dan TIDUR, tidak disangka ya, ternyata ngantuk lebih hebat daripada manusia, karena ngantuk bisa membuat manusia tidak berdaya, disamping itu ngantuk juga merupakan kenikmatan yang tiada taranya, karena ngantuk bisa mengembalikan daya fikir manusia kembali fresh, dan dapat menghilangkan berbagai macam lelah yang menempel pada jasad manusia, dan masih banyak lagi, lalu apakah dia sudah meraih rangking teratas didalam derajat?

    surve membuktikan: orang tidak akan bisa tidur kalau dia lagi susah,

    mau bukti? oke; bisakah anda tidur, kalau anak anda sedang diculik orang? Bisakah suara ngorok terlantun dari tenggorokan anda sedangkan tagihan hutang sudah menanti didepan anda? Jawabnya; ya bisa lah.. utangnya cuman 2 pound kok repot, ngorok dulu deh..? hehehe

    6. SUSAH , susah memang berada diatas ngantuk dalam klasemen sementara, karena rasa susah akan mengambil kendali dalam membuat fikiran kita kacau balau, sehingga sulit bagi ngantuk untuk datang kepada kita, lalu apakah cukup sampai disini?
    susah kah yang berhak menerima jabatan tertinggi?

    surve membuktikan; Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar, la khoufun 'alaihim wala hum yahzanun, mereka sedikitpun tidak akan merasa susah jika dihatinya tertanam dan tertancap rasa sabar, karena bagaimanapun juga semua yang terjadi adalah rencananya(Allah) yang tidak bisa dihindari, rencana yang sangat sempurna, tak seorangpun yang bisa menghentikan takdir yang telah allah tetapkan kecuali dengan seizinnya. so, kalahe susah mung karo? SABAR,

    7. SABAR, ringan untuk didengar, mudah untuk diucap, dan gampang untuk ditulis, ternyataaaaaa "as sobru dhiya'un"

    Selamat buat SABAR yang telah menduduki peringkat singgasana derajat tertinggi, applouse!!!!

    lalu bagaimana merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari? supaya kita bisa meraih podium teratas layaknya valentino rossi di GP laguna seca?

    oke, seperti halnya emas, walaupun kecil barangnya, tetapi sulit untuk didapatkanya, harus sedia uang yang banyak dulu baru bisa nawar di toko emas pandowo limo Jl. kanjengan semarang (promosi) hahaha, begitu juga dengan sabar, walaupun bermerek ringan, mudah, dan gampang, ternyata juga sulit merealisasikannya di dalam kehidupan,
    kalau sebuah emas butuh kunci untuk mendapatnya yaitu uang, sabar pun juga butuh kunci, lalu apa kuncinya? kuncinya gak repot-repot, bukan kunci inggris, bukan kunci T, dll. kuncinya adalah…SYUKUR.



    Sumber dari milis nu Mesir

    more
  • Memahami Makna Sya'ban



    Sya’ban adalah nama bulan. Dinamakan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan tersebut yatasya’abun (berpencar) untuk mencari sumber air. Dikatakan demikian juga karena mereka tasya’ub (berpisah-pisah/terpencar) di gua-gua. Dan dikatakan sebagai bulan Sya’ban juga karena bulan tersebut sya’aba (muncul) di antara dua bulan Rajab dan Ramadhan. Jamaknya adalah Sya’abanaat dan Sya’aabiin.


    Shaum di bulan Sya’ban


    Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1833, Muslim No. 1956). Dan dalam riwayat Muslim No.1957 : ”Adalah beliau shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam berpuasa pada bulan Sya’ban semuanya. Dan sedikit sekali beliau tidak berpuasa di bulan Sya’ban.”


    Sebagian ulama di antaranya Ibnul Mubarak dan selainnya telah merajihkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam tidak pernah penyempurnakan puasa bulan Sya’ban akan tetapi beliau banyak berpuasa di dalamnya. Pendapat ini didukung dengan riwayat pada Shahih Muslim No. 1954 dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata: “Saya tidak mengetahui beliau shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan.” Dan dalam riwayat Muslim juga No. 1955 dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: “ Saya tidak pernah melihatnya puasa satu bulan penuh semenjak beliau menetap di Madinah kecuali bulan Ramadhan.” Dan dalam Shahihain dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata: “Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam berpuasa asatu bulan penuh selain Ramadhan.” (HR. Bukhari No. 1971 dan Muslim No.1157). Dan Ibnu Abbas membenci untuk berpuasa satu bulan penuh selain Ramadhan. Berkata Ibnu Hajar: Shaum beliau shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam pada bulan Sya’ban sebagai puasa sunnah lebih banyak dari pada puasanya di selain bulan Sya’ban. Dan beliau puasa untuk mengagungkan bulan Sya’ban.


    Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam satu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasanmu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya suka untuk diangkat amalan saya sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i, lihat Shahih Targhib wat Tarhib hlm. 425). Dan dalam sebuah riwayat dari Abu Dawud No. 2076, dia berkata: “Bulan yang paling dicintai Rasulullah untuk berpuasa padanya adalah Sya’ban kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.” Dishahihkan oleh Al-Albani, lihat Shahih Sunan Abi Dawud 2/461.


    Berkata Ibnu Rajab: Puasa bulan Sya’ban lebih utama dari puasa pada bulan haram. Dan amalan sunah yang paling utama adalah yang dekat dengan Ramadhan sebelum dan sesudahnya. Kedudukan puasa Sya’ban diantara puasa yang lain sama dengan kedudukan shalat sunah rawatib terhadap shalat fardhu sebelum dan sesudahnya, yakni sebagai penyempurna kekurangan pada yang wajib. Demikian pula puasa sebelum dan sesudah Ramadhan. Maka oleh karena sunah-sunah rawatib lebih utama dari sunah muthlaq dalam shalat maka demikian juga puasa sebelum dan sesudah Ramadhan lebih utama dari puasa yang jauh darinya.


    Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam: “Sya’ban bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan”, menunjukkan bahwa ketika bulan ini diapit oleh dua bulan yang agung –bulan haram dan bulan puasa- manusia sibuk dengan kedua bulan tersebut sehingga lalai dari bulan Sya’ban. Dan banyak di antara manusia mengganggap bahwa puasa Rajab lebih utama dari puasa Sya’ban karena Rajab merupakan bulan haram, padahal tidak demikian. Dalam hadits tadi terdapat isyarat pula bahwa sebagian yang telah masyhur keutamaannya baik itu waktu, tempat ataupun orang bisa jadi yang selainnya lebih utama darinya.


    Dalam hadits itu pula terdapat dalil disunahkannya menghidupkan waktu-waktu yang manusia lalai darinya dengan ketaatan. Sebagaimana sebagian salaf, mereka menyukai menghidupkan antara Maghrib dan ‘Isya dengan shalat dan mereka mengatakan saat itu adalah waktu lalainya manusia. Dan yang seperti ini di antaranya disukainya dzikir kepada Allah ta’ala di pasar karena itu merupakan dzikir di tempat kelalaian di antara orang-orang yang lalai. Dan menghidupkan waktu-waktu yang manusia lalai darinya dengan ketaatan punya beberapa faedah, di antaranya:
    Menjadikan amalan yang dilakukan tersembunyi. Dan menyembunyikan serta merahasiakan amalan sunah adalah lebih utama, terlebih-lebih puasa karena merupakan rahasia antara hamba dengan rabbnya. Oleh karena itu maka dikatakan bahwa padanya tidak ada riya’. Sebagian salaf mereka berpuasa bertahun-tahun tetapi tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Mereka keluar dari rumahnya menuju pasar dengan membekal dua potong roti kemudian keduanya disedekahkan dan dia sendiri berpuasa. Maka keluarganya mengira bahwa dia telah memakannya dan orang-orang di pasar menyangka bahwa dia telah memakannya di rumahnya. Dan salaf menyukai untuk menampakkan hal-hal yang bisa menyembunyikan puasanya.


    Dari Ibnu Mas’ud dia berkata: “Jika kalian akan berpuasa maka berminyaklah (memoles bibirnya dengan minyak agar tidak terkesan sedang berpuasa).” Berkata Qatadah: “Disunahkan bagi orang yang berpuasa untuk berminyak sampai hilang darinya kesan sedang berpuasa.”


    Demikian juga bahwa amalan shalih pada waktu lalai itu lebih berat bagi jiwa. Dan di antara sebab keutamaan suatu amalan adalah kesulitannya/beratnya terhadap jiwa karena amalan apabila banyak orang yang melakukannya maka akan menjadi mudah, dan apabila banyak yang melalaikannya akan menjadi berat bagi orang yang terjaga. Dalam shahih Muslim No. 2948 dari hadits Ma’qal bin Yassar: “Ibadah ketika harj sepeti hijarah kepadaku.” Yakni ketika terjadinya fitnah, karena manusia mengikuti hawa nafsunya sehingga orang yang berpegang teguh akan melaksanakan amalan dengan sulit/berat.


    Ahli ilmu telah berselisih pendapat tentang sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban ke dalam beberapa perkataan:


    1. Beliau disibukkan dari puasa tiga hari setiap bulan karena safar atau hal lainnya. Maka beliau mengumpulkannya dan mengqadha’nya (menunaikannya) pada bulan Sya’ban. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam apabila mengamalkan suatu amalan sunah maka beliau menetapkannya dan apabila terlewat maka beliau mengqadha’nya.


    2.Dikatakan bahwa istri-istri beliau membayar hutang puasa Ramadhannya pada bulan Sya’ban sehingga beliaupun ikut berpuasa karenanya. Dan ini berkebalikan dengan apa yang datang dari ‘Aisyah bahwa dia mengakhirkan untuk membayar hutang puasanya sampai bulan Sya’ban karena sibuk (melayani) Rasulullah.


    3.Dan dikatakan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam berpuasa karena pada bulan itu manusia lalai darinya. Dan pendapat ini yang lebih kuat karena adanya hadits Usamah yang telah disebutkan tadi yang tercantum di dalamnya: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan.” (HR. Nasa’i. Lihat Shahihut Targhib wat Tarhib hlm. 425).


    Dan adalah beliau shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam apabila masuk bulan Sya’ban sementara masih tersisa puasa sunah yang belum dilakukannnya, maka beliau mengqadha’nya pada bulan tersebut sehingga sempurnalah puasa sunah beliau sebelum masuk Ramadhan –sebagaiman halnya apabila beliau terlewat sunah-sunah shalat atau shalat malam maka beliau mengqadha’nya-. Dengan demikian ‘Aisyah waktu itu mengumpulkan qadha’nya dengan puasa sunahnya beliau. Maka ‘Aisyah mengqadha’ apa yang wajib baginya dari bulan Ramadhan karena dia berbuka lantaran haid dan pada bulan-bulan lain dia sibuk (melayani) Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam. Maka wajib untuk diperhatikan dan sebagai peringatan bagi orang yang masih punya utang puasa Ramadhan sebelumnya untuk membayarnya sebelum masuk Ramadhan berikutnya. Dan tidak boleh mengakhirkan sampai setelah Ramadhan berikutnya kecuali karena dharurat, misalnya udzur yang terus berlanjut sampai dua Ramadhan. Maka barang siapa yang mampu untuk mengqadha’ sebelum Ramadhan tetapi tidak melakukannya maka wajib bagi dia di samping mengqadha’nya setelah bertaubat sebelumnya untuk memberi makan orang-orang miskin setiap hari, dan ini adala perkataannya Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad.


    Demikian juga termasuk faedah dari puasa di bulan Sya’ban adalah bahwa puasa ini merupakan latihan untuk puasa Ramadhan agar tidak mengalami kesulitan dan berat pada saatnya nanti. Bahkan akan terbiasa sehingga bisa memasuki Ramadhan dalam keadaan kuat dan bersemangat.


    Dan oleh karena Sya’ban itu merupakan pendahuluan bagi Ramadhan maka di sana ada pula amalan-amalan yang ada pada bulan Ramadhan seperti puasa, membaca Al-Qur’an, dan shadaqah. Berkata Salamah bin Suhail: “Telah dikatakan bahwa bulan Sya’ban itu merupakan bulannya para qurra’ (pembaca Al-Qur’an).” Dan adalah Habib bin Abi Tsabit apabila masuk bulan Sya’ban dia berkata: “Inilah bulannya para qurra’.” Dan ‘Amr bin Qais Al-Mula’i apabila masuk bulan Sya’ban dia menutup tokonya dan meluangkan waktu (khusus) untuk membaca Al-Qur’an.


    Puasa pada Akhir bulan Sya’ban


    Telah tsabit dalam Shahihain dari ‘Imran bin Hushain bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda: “Apakah engkau berpuasa pada sarar (akhir) bulan ini?” Dia berkata: “Tidak.” Maka beliau bersabda: “Apabila engkau berbuka maka puasalah dua hari.” Dan dalam riwayat Bukhari: “Saya kira yang dimaksud adalah bulan Ramadhan.” Sementara dalam riwayat Muslim: “Apakah engkau puasa pada sarar (akhir) bulan Sya’ban?” (HR. Bukhari 4/200 dan Muslim No. 1161).


    Telah terjadi ikhtilaf dalam penafsiran kata sarar dalam hadits ini, dan yang masyhur maknanya adalah akhir bulan. Dan dikatakan sararusy syahr dengan mengkasrahkan sin atau memfathahkannya dan memfathahkannya ini yang lebih benar. Akhir bulan dinamakn sarar karena istisrarnya bulan (yakni tersembunyinya bulan).


    Apabila seseorang berkata, telah tsabit dalam Shahihain dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa salla, beliau bersabda: “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya kecuali orang yang terbiasa berpuasa maka puasalah.” (HR. Bukhari No. 1983 dan Muslim No. 1082), maka bagimana kita mengkompromikan hadits anjuran berpuasa (Hadits ‘Imran bin Hushain tadi) dengan hadits larangan ini?


    Berkata kebanyakan ulama dan para pensyarah hadits: Sesungguhnya orang yang ditanya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam ini telah diketahui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bahwa dia ini terbiasa berpuasa atau karena dia punya nadzar sehingga diperintahkan untuk membayarnya.


    Dan dikatakan bahwa dalam masalah ini ada pendapat lain, dan ringkasnya bahwa puasa di akhir bulan Sya’ban ada pada tiga keadaan:


    1.Berpuasa dengan niat puasa Ramadhan sebagai bentuk kehati-hatian barangkali sudah masuk bulan Ramadhan. Puasa seperti ini hukumnya haram.


    2.Berpuasa dengan niat nadzar atau mengqadha’ Ramadhan yang lalu atau membayar kafarah atau yang lainnya. Jumhur ulama membolehkan yang demikian.


    3.Berpuasa dengan niat puasa sunah biasa. Kelompok yang mengharuskan adanya pemisah antara Sya’ban dan Ramadhan dengan berbuka membenci hal yang demikian, di antaranya adalah Hasan Al-Bashri –meskipun sudah terbiasa berpuasa- akan tetapi Malik memberikan rukhsah (keringanan) bagi orang yang sudah terbiasa berpuasa. Asy-Syafi’i, Al-Auzai’, dan Ahmad serta selainnya memisahkan antara orang yang terbiasa dengan yang tidak.


    Secara keseluruhan hadits Abu Hurairah tadilah yang digunakan oleh kebanyakan ulama. Yakni dibencinya mendahului Ramadhan dengan puasa sunah sehari atau dua hari bagi orang yang tidak punya kebiasaan berpuasa, dan tidak pula mendahuluinya dengan puasa pada bulan Sya’ban yang terus-menerus bersambung sampai akhir bulan.


    Apabila seseorang berkata, kenapa puasa sebelum Ramadhan secara langsung ini dibenci (bagi orang-orang yang tidak punya kebiasaan berpuasa sebelumnya)? Jawabnya adalah karena dua hal:


    Pertama: agar tidak menambah puasa Ramadhan pada waktu yang bukan termasuk Ramadhan, sebagaimana dilarangnya puasa pada hari raya karena alasan ini, sebagai langkah hati-hati/peringatan dari apa yang terjadi pada ahli kitab dengan puasa mereka yaitu mereka menambah-nambah puasa mereka berdasarkan pendapat dan hawa nafsu mereka. Atas dasar ini maka dilaranglah puasa pada yaumusy syak (hari yang diragukan). Berkata Umar: Barangsiapa yang berpuasa pada hari syak maka dia telah bermaksiat kepada Abul Qasim shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam. Dan hari syak adalah hari yang diragukan padanya apakah termasuk Ramadhan atau bukan yang disebabkan karena adanya khabar tentang telah dilihatnya hilal Ramadhan tetapi khabar ini ditolak. Adapun yaumul ghaim (hari yang mendung sehingga tidak bisa dilihat apakah hilal sudah muncul atau belum maka di antara ulama ada yang menjadikannya sebagai hari syak dan terlarang berpuasaa padanya. Dan ini adalah perkataaan kebanyakan ulama.


    Kedua: Membedakan antara puasa sunah dan wajib. Sesungguhnya membedakan antara fardlu dan sunah adalah disyariatkan. Oleh karenanya diharamkanlah puasa pada hari raya (untuk membedakan antara puasa Ramadhan yang wajib dengan puasa pada bulan Syawwal yang sunnah). Dan Rasulullah melarang untuk menyambung shalat wajib dengan dengan shalat sunah sampai dipisahkan oleh salam atau pembicaraan. Terlebih-lebih shalat sunah qabliyah Fajr (Shubuh) maka disyari’atkan untuk dipisahkan/dibedakan dengan shalat wajib. Karenanya disyariatkan untuk dilakukan di rumah serta berbaring-baring sesaat sesudahnya. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam ketika melihat ada yang sedang shalat qabliyah kemudian qamat dikumandangkan, beliau berkata kepadanya: “Apakah shalat shubuh itu empat rakaat?” (HR. Bukhari No.663).


    Barangkali sebagian orang yang jahil mengira bahwasanya berbuka (tidak berpuasa) sebelum Ramadhan dimaksudkan agar bisa memenuhi semua keinginan (memuaskan nafsu) dalam hal makanan sebelum datangnya larangan dengan puasa. Ini adalah salah/keliru dan merupakan kejahilan dari orang yang berparasangka seperti itu. Wallahu ta’ala a’lam.


    Maraji’: Lathaaiful Ma’arif fi ma Limawasimil ‘Aami minal Wadhaaif, Ibnu Rajab Al-Hambali.
    Al-Ilmam bi Syai’in min Ahkamish Shiyam, ‘Abdul ‘Aziz Ar-Rajihi.


    (Diterjemahkan dari artikel berjudul Haula Syahri Sya’ban di www.islam-qa.com oleh Abu Abdurrahman Umar Munawwir)

    more