• Menelisik Rayuan Setan Dalam Kisah Nabi yusuf (6)

    Pertemuan kembali keluarga Ya'ub
    Sejak kembalinya kafilah putera-puteranya dari Mesir tanpa Benyamin dan Yahudza, duka nestapa dan kesedihan Ya'qub makin mendalam dan menyayat hati. Ia tidak bisa tidur setiap malam. Ia mengenang ketiga puteranya yang tidak tentu nasibnya. Ia hanya merasa terhibur jika ia sedang menghadap Allah, sholat, bersujud seraya memohon kepada Allah agar mengaruniainya kesabaran dan keteguhan iman menghadapi ujian dan cobaan yang sedang ia alami.
    Ia kadangkala berkhalwat seorang diri melepaskan air matanya bercucuran sebebas-bebasnya untuk melegakan dadanya yang sesak. Fisik Nabi Ya'qub makin hari makin tampak menjadi lemah. Tubuhnya makin kurus hingga tinggal kulit saja yang melekat pada tulang, ditambah pula dengan kebutaan matanya yang menjadi putih. Di mana hal itu menjadikan putera-puteranya kuatir terhadap kelangsungan hidupnya. Mereka menegurnya dengan mengatakan: "Wahai ayah! Ayah adalah seorang Nabi dan pesuruh Allah yang dari-Nya wahyu diturunkan dan darinya kami mendapat tuntunan dan ajaran iman. Sampai kapankah ayah bersedih hati dan mencucurkan air mata mengenang Yusuf dan Benyamin? Tidak cukupkah sudah badan ayah yang hanya tinggal kulit di atas tulang dan mata ayah yang telah menjadi buta? Kami sangat kuatir bahwa ayah akan menjadi binasa jika tidak menyadarkan diri dan berhenti mengenang Yusuf dan Benyamin".
    Ya'qub menjawab teguran putera-puteranya itu seraya mengatakan: "Kata-kata teguranmu justeru menambah kesedihan hatiku dan bahkan membangkitkan kembali kenangan-kenanganku pada masa yang lalu, di mana semua anak-anakku berkumpul di depan mataku. Aku berkeyakinan bahwa Yusuf masih hidup dan suara hatiku membisikkan kepadaku bahwa ia masih berkeliaran di atas bumi Allah ini. Namun di mana ia berada dan nasib apa yang ia alami, hanya Allahlah yang mengetahuinya. Bila kamu benar-benar sayang kepadaku dan ingin melegakan hatiku serta menghilangkan rasa sedih dan duka-citaku, pergilah kamu merantau mencari jejak Yusuf dan berusahalah sampai menemuinya dan setidak-tidaknya mendapat keterangan di mana ia berada sekarang dan jangan sesekali berputus asa karena hanya orang-orang kafirlah yang berputus asa dari rahmat Allah".
    Seruan Ya'qub dipertimbangkan oleh putera-puteranya dan diterimanyalah sarannya, setidak-tidaknya sekadar membesarkan hati si ayah dan meredakan rasa penderitaannya yang berlarut-larut. Dan sekali pun mereka merasa tidak mungkin mendapatkan Yusuf kembali dalam keadaan hidup. Namun jika mereka berhasil membujuk penguasa Mesir mengembalikan Benyamin, maka hal itu sudah cukup untuk menghibur ayah mereka. Rencana perjalanan dirundingkan dan terpilihlah Mesir sebagai tujuan pertama dari perjalanan mereka mencari jejak Yusuf sesuai dengan seruan Ya'qub dengan maksud sampingan untuk membeli gandum lagi agar persediaan makanan tercukupi.
    Tibalah kafilah putera-putera Ya'qub di Mesir untuk ketiga kalinya dan dalam pertemuan mereka dengan Yusuf, wakil raja Mesir yang berkuasa, berkatalah juru bicara mereka: "Wahai Tuan! Keadaan hidup yang sukar dan melarat di negeri kami disebabkan krisis bahan makanan yang belum teratasi memaksa kami datang kembali untuk ketiga kalinya mengharapkan bantuan dan murah hati tuan. Kedatangan kami kali ini juga untuk mengulang permohonan kami kepada paduka tuan kiranya adik bngsu kami Benyamin dapat dilepaskan untuk kami bawa kembali kepada ayahnya yang sudah buta kurus kering dan sakit-sakitan sejak Yusuf, abang Benyamin hilang. Kami sangat mengharapkan kebijaksanaan tuan agar mengabulkan permohonan kami ini. Muhngkin, dengan kembalinya Benyamin ke pangkuan ayahnya dapat meringankan penderitaan batinnya serta bias memulihkan kembali kesehatan badannya yang hanya tinggal kulit yang melekat pada tulangnya.
    Kata-kata yang diucapkan oleh abang-abangnya menimbulkan rasa haru pada diri Yusuf dan tepat mengenai sasaran di lubuk hatinya. Hal itu menjadikan ia merasa bahwa masanya telah tiba untuk mengenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya dan dengan demikian akan dapat mengakhiri penderitaan ayahnya yang malang itu. Berucaplah Yusuf kepada saudara-saudaranya: "Masih ingatkah kamu apa yang telah kamu lakukan terhadap adikmu Yusuf, tatkala kamu memperturutkan hawa nafsu melemparkannya ke dalam sumur di suatu tempat yang terpencil? Dan masih ingatkah kamu tatkala seorang darimu memegang Yusuf dengan tangannya yang kuat, menanggalkan pakaiannya dari tubuhnya lalu dalam keadaan telanjang bulat ditinggalkan seorang diri di dalam sumur yang gelap dan kering itu? Tanpa menghiraukan ratap tangisnya, kamu kembali pulang ke rumah dengan rasa puas seakan-akan kamu telah membuang sebuah benda atau seekor binatang yang tidak patut dikasihani dan dihiraukan nasibnya. Masih ingatkah kamu semua peristiwa itu?
    Mendengar kata-kata yang diucapkan oleh wakil raja Mesir itu, tercenganglah para saudara Yusuf, bertanya-tanya kepada diri sendiri masing-masing, seraya mamandang antara satu dengan yang lain, bagaimana peristiwa itu sampai diketahuinya secara rinci. Padahal tidak seorang pun dari mereka pernah membocorkan berita peristiwa itu kepada orang lain, juga kepada Benyamin pun yang sedang berada di dalam istana raja. Kemudian masing-masing dari mereka menyorotkan matanya kepada Yusuf dari mulutmya dan seluruh tubuhnya dari kepala sampai kakinya. Dicarinya ciri-ciri khas yang mrk ketahui pada tubuh Yusuf semasa kecilnya. Lalu berbisik-bisiklah mereka dan sejurus kemudian keluarlah dari mulut mereka secara serentak suara teriakan : "Engkaulah Yusuf".
    "Benar", Yusuf menjawab, Akulah Yusuf dan ini adalah adik kandungku, Benyamin. Allah dengan rahmat-Nya telah mengakhiri segala penderitaanku dan segala ujian berat yang telah aku alami dan dengan rahmat-Nya pula kami telah dikaruniai nikmat rezeki yang berlimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barangsiapa yang bersabar, bertaqwa dan bertawakkal, tidaklah akan luput dari pahala dan ganjarannya.
    Setelah mendengar pengakuan Yusuf, berubahlah wajah mereka menjadi pucat. Terbayang di depan mata mereka apa yang mereka perbuat terhadap diri adik mereka Yusuf yang berada di depan mereka sebagai wakil raja Mesir yang berkuaa penuh. Mereka gelisah tidak dapat membayangkan pembalasan apa yang akan mereka terima dari Yusuf atas dosa mereka itu.
    Berkatalah saudara-saudara Yusuf dengan nada yang rendah: "Sesungguhnya kami telah berdosa terhadap dirimu dan bertindak kejam ketika kami melemparkan kamu ke dasar sumur. Kami lakukan perbuatan kejam itu, karena terdorong oleh hawa nafsu dan bisikan syetan yang terkutuk. Kami sangat menyesali peristiwa itu. Akan tetapi kini tampak kepada kami akan kelebihanmu atas diri kami dan bagaiman Allah telah mengaruniakan nikmat-Nya kepadamu sebagai ganti penderitaan yang disebabkan oleh perbuatan kami yang durhaka terhadap dirimu. Maka terserah kepadamu, balasan apakah yang akan engkau timpakan pada kami yang telah berdosa dan mendurhakaimu".
    Yusuf menenteramkan hati saudara-saudaranya yang sedang ketakutan, seraya berkata: "Tidak ada manfaatnya menyesali apa yang telah terjadi dan menggugat kejadian-kejadian yang telah lalu. Cukuplah sudah jika itu semua menjadi pelajaran bahwa mengikuti hawa nafsu dan suara syetan itu selalu akan membawa penderitaan dan mengakibatkan kebinasaan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala dosamu, karena Dialah Yang Maha Penyayang serta Maha Pengampun. Pergilah kamu sekarang juga kembali kepada ayah dengan membawa baju kemejaku ini. Usapkanlah ini pada kedua belah matanya, insya-Allah akan menjadi terang kembali, kemudian bawalah ia bersama semua keluarga ke sini secepat mungkin.
    Maka bertolaklah kafilah putera-putera Ya'qub dengan diliputi rasa haru bercampur gembira, kembali menuju ke Palestina membawa berita gembira bagi ayah mereka yang sedang menanti hasil usaha pencarian Yusuf yang disarankannya. Dan saat kafilah sudah mendekati akhir perjalanannya dan hampir memasuki Palestina ayah mereka Nabi Ya'qub memperoleh firasat bahwa pertemuannya dengan Yusuf, putera kesayangannya sudah berada di ambang pintu. Firasat itu diperolehnya sewaktu ia berkhalwat seorang diri di mihrab tempat ibadahnya bermunajat kepada Allah, berzikir dan bersujud seraya melepaskan air matanya bercucuran dan suara tangisnya menggema di seluruh sudut rumah, sekonyong-konyong suara tangisnya berbalik menjadi gelak ketawa, air matanya berhenti bercucuran dan keluarlah ia dari mihrabnya berteriak: "Aku telah mencium bau tubuh Yusuf dan aku yakin bahwa aku akan menemuinya dalam waktu dekat. Ini bukan khayalan dan bukan pula bawaan kelemahan ingatan yang selalu kamu tuduhkan kepadaku.
    Sejurus kemudian berhentilah kafilah di depan pintu rumah turunlah putera-putera Ya'qub dari atas unta masing-masing, beramai-ramai masuk ke dalam rumah dan berpelukan dengan ayah sambil mengusapkan baju kemeja Yusuf pada kedua belah matanya. Seketika itu pula terbuka lebarlah kedua belah mata Ya'qub, bersinar kembali memandang wajah putera-puteranya dan mendengar kisah perjalanan putera-puteranya dan bagaimana merekaa telah menemukan Yusuf bersama adiknya Benyamin. Disampaikan pula kepada ayah seruan dan undangan Yusuf agar semua keluarga berhijrah ke Mesir dan bergabung menjadi satu di dalam istananya. Dan segera berkemas-kemaslah Ya'qub sekeluarga menyiapkan diri untuk berhijrah ke Mesir.
    Setibanya di istana, dirangkullah si ayah oleh Yusuf seraya mencucurkan air mata. Demikian pula ayah tidak ketinggalan mencucurkan air mata, namun kali ini adalah air mata suka dan gembira. Semuanya pada merebahkan diri bersujud sebagai tanda syukur kepada Allah serta penghormatan bagi Yusuf, kemudian dinaikkanlah ayah dan ibu tirinya yang juga saudara ibunya ke atas singgasana seraya berkata: "Wahai ayahku! Inilah takbir mimpiku yang dahulu itu, sekarang menjadi kenyataan. Dan tidak kurang-kurang rahmat dan karunia Allah kepadaku yang telah mengangkatku dari dalam sumur, mengeluarkan aku dari penjara dan mempertemukan kami semua setelah syetan merusak hubungan persaudaraan antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Allah Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". Kemudian Yusuf mengangkat kedua tangannya berdoa: "Ya Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan mengajarkan padaku pengetahuan serta kepandaian mentakbir mimpi. Ya Tuhanku Pencipta langit dan bumi! Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, beriman dan bertakwa dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang soleh.

0 comments:

Leave a Reply

Monggo dikomentari ...