• PERJUANGAN PCI NU LIBYA MENUJU MUKTAMAR NU KE 32 DI MAKASSAR 2010M


    PERJUANGAN PCI NU LIBYA
    MENUJU MUKTAMAR NU KE 32 DI MAKASSAR 2010M
    Anas Mas'udi 

    Sebagai Organisasi yang lahir untuk mengukuhkan dan mengembangkan ajaran Ahlissunnah wal Jama'ah. Sejak awal didirikan, Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1926M/1344H, telah membimbing dan mendidik umat Islam agar bisa hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam sebagaimana yang diwariskan oleh Rasulullah saw, para sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in dan para ulama kurun selanjutnya hingga sekarang.
    Sebagai pembimbing umat, NU terlibat langsung dengan berbagai persoalan yang dihadapi umat, sehingga berbagai masalah ke-umatan, baik di bidang ibadah, interaksi (mu'amalah), social maupun politik, menjadi tanggungjawabnya untuk mencarikan solusinya. Maka, NU merumuskan dan menetapkan beberapa hal mengenahi permasalahan ke-umatan tersebut sejak Organisasi ini didirikan melalui Kongres atau Muktamar, Musyawarah Nasional (MUNAS) Ulama dan tingkat permusyawaratn lainnya.     
    Muktamar NU yang sudah diadakan beberapa kali sejak sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang ini merupakan moment yang paling penting dalam tubuh Organisisi. Pasalnya di dalam Muktara, selain merumuskan dan menetapkan beberapa solusi permasalahan ke-umatan, juga diadakan Pemilihan Umum secara langsung oleh Muktamirin untuk menentukan dan menetapkan Rois 'Aam dan Ketua Umum NU pada masa khidmah lima tahun berikutnya.
    Sudah merupakan tradisi organisasi Nahdlatul Ulama mengadakan acara PELITA (Pemilihan Lima Tahun) sekali untuk memilih dan menetapkan Rois 'Aam dan Ketua Umumnya melalui muktamar atau kongres yang merupakan puncak kegiatan Ormas Islam terbesar di dunia ini.
    Tiga puluh satu kali sudah NU mengadakan muktamar di berbagai daerah yg setrategis, yang berarti sudah 31 kali juga peralihan tongkat estafet kepemimpinan secara silih berganti berjalan. Dari muktamar pertama yang di adakan pada tanggal 21-23 Oktober 1926M/ 13-15 R. Tsani 1345H di Surabaya[1], hingga yang ke 32 yang baru saja dilaksanakan tanggal 22-27 Mei 2010M kemarin di Makassar secara umum berjalan dengan lancar.
    Undangan Muktamar Untuk PCI NU Luar Negeri
                    Menurut informasi yang diterima bahwa setiap PCI NU luar negeri mendapat undangan dan mempunyai hak pilih dua suara dalam acara Muktamar NU ke 32 di Makassar. Demikian berdasarkan keputusan dan pernyataan PBNU yang diedarkan melalui Undangan Menghadiri Muktamar ke 32 Nahdlatul Ulama (NU) dengan nomor: 1740/A.II.03/11/2009 ke semua PWNU, PCNU dan PCI NU.
                    Di mana dinyatakan dalam undangan tersebut bahwa peserta dari PCI NU masing-masing dua orang, terdiri dari satu orang dari unsure Syuriyah dan satu orang dari unsure Tanfidhiyah. Disyaratkan juga bahwa peserta Muktamar NU yang sah adalah PWNU, PCNU dan PCI NU yang masa jabatannya masih berlaku sesuai dengan SKPBNU.
    Pemilihan Delegasi PCI NU Libya Untuk Muktamar
    Setelah dipastikan setiap PCI NU luar negeri mendapat undangan Muktamar dan mempunyai hak pilih dengan dua suara dalam Pemilu ke 32 untuk Rois 'Aam dan Ketua Umum NU di Makassar, PCI NU Libya segera merapatkan barisan mengadakan rapat bersama beberapa Pengurus Harian, dari jajaran Dewan Syuriyah dan Tanfidhiyah untuk menentukan hadir atau absen dan siapa yang akan didelegasikan ke Makassar untuk mengikuti Muktamar ke 32 tersebut.
                    Rapat pemilihan delegasi Muktamar dan penetapannya diadakan di kediaman Katib 'Aam H. Harun Arrosyid di Apartmen 110/6/2, dan berlangsung agak alot. Pasalnya Ketua Tanfidhiyah dan Rois 'Aamnya mengundurkan diri untuk mewakili PCI NU Libya di Muktamar NU ke 32, dengan alasan syar'i.
                    Sebagai gantinya, Ketua Tanfidhiyah yang disetujui semua anggota rapat waktu itu, menelusuri sikon masing-masing anggota rapat yang sangat memungkinkan untuk bisa mengikuti Muktamar untuk dijadikan wakilnya sebagai delegasi PCI NU Libya ke Muktamar 32 di Makassar.
    Ahirnya ditemukan suatu kesepakatan sementara bahwa calon delegasi PCI NU Libya diambil dari anggotanya yang tengah duduk di jenjang magister atau S2 dan yang sudah tidak mempunyai kegiatan kuliah di kelas (marhalah albahts).
                    Di sana ditemukan ada empat orang yang masuk dalam kategori tadi. Yaitu, H. M. Harun Rosyid Lc,, H. Idris Sholeh Lc, H. M. Syamsuddin Lc dan H. Anas Mas'udi Lc.
                    Menurut informasi dan undangan Muktamar yang diterima oleh PCI NU Libya, masing-masing PCI NU Luar Negeri berhak dan mempunyai dua suara dalam PEMILU NU yang diwakili oleh dua orang delegasi yang sah. Oleh karena hanya dua orang yang akan didelegasikan, maka Ketua Tanfidhiyah mengambil cara bijak yang bisa diterima oleh semua anggota rapat yang hadir. Yaitu dengan mengundi empat nama orang yang masuk dalam kategori calon delegasi tadi.
                    Namun, sebelum undian dimulai, ada salah seorang dari empat calon delegasi tersebut berniat untuk mengundurkan diri dengan alasan ingin konsentrasi pada penulisan thesis yang baru saja ditentukan dosen pembimbingnya, akan tetapi niatan tersebut tidak dikabulkan oleh anggota rapat.
                    Tarik-ulur antara calon delegasi yang berniat mengundurkan diri dengan anggota rapat berlangsung lumayan alot. Setelah beberapa saat dengan adanya harapan dan permintaan para anggota rapat, ahirnya calon delegasi yang satu ini tetap bersedia untuk diikutkan undian, namun dengan catatan jika ada uang ganti tiket Libya-Indonesia minimal separuh harga tiket dan jika ia harus membayar libih separuh harga tiket, maka ia cancel jika ternyata ia yang terpilih sebagai salah satu calon delegasi PCI NU Libya. Syarat yg ia ajukan diterima oleh anggota rapat dan ia pun tercatat dalam undian penentuan delegasi Muktamar.
                    Hingga kemudian, diundilah keempat calon delegasi tadi dan ternyata yang keluar adalah dua orang dengan nama HM. Syamsuddin dan H. Anas Mas'udi yang merupakan salah satu calon yang sempat berniat mengundurkan diri sebelum undian dimulai tadi. Ahirnya rapat memutuskan dan menetapkan bahwa HM. Syamsuddin bin Abd. Mu'in Lc dan H. Anas Mas'udi Lc secara resmi ditetapkan sebagai delegasi PCI NU Libya untuk mengikuti Muktamar  NU ke 32 di Makassar.          
    Persiapan Delegasi Muktamar
                    Setelah ditetapkan sebagai delegasi Muktamar, keduanya mulai mempersiapkan diri masing-masing. Anas, yang dari awal menerima sebagai delegasi dengan catatan hanya berani modal separuh harga tiket, mulai berusaha keras mencari informasi tentang uang ganti tiket tadi.
                    Ia kontak kesana-sini. Ia kontak PCI-PCI NU lainnya, kontak ke PBNU dan juga kontak langsung ke panitia muktamar untuk mencari info tentang uang ganti tiket Libya-Indonesia. Ahirnya ia mendapatkan kepastian bahwa panitia Muktamar hanya menyediakan akomodasi dan konsumsi. Adapun transportasi ditanggung sendiri oleh masing-masing delegasi. Demikian ia dapat langsung dari Ketua Panitia Muktamar ke 32 NU, KH. Hafidh Utsman di Makassar via e-mail.
                    Informasi tersebut membuat kedua delegasi tadi menjadi ragu untuk melanjutkan langkah menuju Makassar. Kususnya Anas Mas'udi yang sedari awal sudah membatasi batas kemampuannya dengan bayar separuh tiket Libya-Indonesia. Belum lagi harga tiket pulang-pergi ke Makassar yang menurut informasi yang ia dengar sebelumnya minimal 1,5 juta rupiah.
                    Perihal tersebut menjadi perhatian para "penggede" PCI NU Libya. Pemberian semangat dan motivasi datang silih berganti dari para penggede tersebut kepada kedua calon delegasi. Namun, motivasi dan nasihat tersebut sulit membangkitkan kembali semangat Anas untuk meneruskan langkahnya menuju Muktamar Makassar. Pasalnya ia merasa sangat keberatan jika harus menanggung biaya transportasi yang sangat besar baginya.
                    Beda dengan Syamsuddin yang sudah dari sebelumnya ada rencana untuk pulang kampung, ia semangat sekali untuk melanjutkan langkahnya menuju Muktamar dan persiapan financial pun tampak sudah disiapkan sebelumnya.
                    Di tengah keraguannya antara berangkat ke Makassar dan tidak, kedua calon delegasi Muktamar PCI NU Libya menemui beberapa utusan PBNU ke Libya yang kebetulan datang bersama beberapa toloh Islam lainnya dari beberapa Ormas Islam Indonesia dan Negara negara lainnya untuk memenuhi undangan Pimpinan Libya, Muammar Qadhafi dalam acara tahunannya, yakni peringatan maulid Nabi Muhammad saw yang kebetulan untuk tahun 2010M ini diadakan di Benghazi, Libya.
                    Dari silaturrahminya kepada utusan PBNU ke Libya tadi, kedua calon delegasi Muktamar sedikit termotivasi untuk melanjutkan perjalananya ke Muktamar. Pasalnya ada "orang" yang memberikan lampu hijau pada kedua calon delegasi untuk membantunya mencarikan uang ganti tiket kelak setelah sampai di Indonesia dan beliau menyarankan agar segera memulai proses perizinan di kampusnya.
    Mengingat betapa sulitnya proses perizinan di kampus yang sudah diketahui sebelumnya paling cepat untuk proses perizinan kampus adalah sebulan baru bisa clear semuanya, kedua calon delegasi tersebut menjadi harap-harap cemas. Pasalnya, waktu menuju hari "H" Muktamar hanya tinggal tiga mingguan.
    Perizinan Delegasi Muktamar Dari Kampus
                    Setelah mendapat support dari para utusan PBNU ke Libya tadi, kedua calon delegasi Muktamar bergegas untuk mulai proses perizinan di kampus. Menurut procedural perizinan, langkah pertama yang harus diambil adalah minta kertas permohonan izin dari Register S2.
                    Berangkatlah keduanya ke kantor Register S2, Ustadz Saeed Hadidan. Hari Selasa pagi, tanggal 2 Maret, sekitar jam 9 pagi. Namun, ternyata Ustadz Saeed belum datang. Mereka berdua pun menunggu di luar kantor, tepatnya di halaman gedung Ma'had Ta'hili, di mana kantor Ustadz Saaed berada dalam bangunan gedung tersebut.
                    Setelah kurang lebih satu jam menunggu, tampak dari kejauhan sosok manusia agak pendek seperti halnya orang-orang Asia, berambut keriting, yang tiada lain adalah Ustadz Saeed, datang berjalan santai menuju kantornya. Begitu tampak semakin dekat, kedua calon delegasi tadi datang menghampiri dan menyalaminya dengan say helo ala Libya, syinjaw … keif haal … keif shihhah … keif usroh … keif … keif … dst. Sambil ngobrol ringan mereka berdua mengikuti langkah ustadz Saeed menuju kantornya.
                    Sesampai di kantornya, Syamsuddin (delegasi PCI NU Libya yg akan menemani Anas ke muktamar) memulai pembicaraan tentang permohonan izin pulang dengan berbagai alasan. Di antaranya dengan alasan ziarah keluarga dan acara ijtima' muhimm. Namun, dengan gaya bicaranya yang lumayan cepat, ustadz Saeed tidak mau memberi izin dengan alasan apapun. Pasalnya, peraturan perizinan untuk keluar Libya itu paling sedikit jaraknya tiga bulan dari perizinan keluar Libya sebelumnya. Sementara kedua calon delegasi Muktamar tadi baaru pulang dari tugas haji di awal Januari, belum sampai tiga bulan.
                    Syamsuddin dengan gaya Maduranya selalu berusaha merayu dan mencari alasan dengan memelas kepada ustadz Saeed. Namun, tetap saja tidak dikabulkan permohonannya. Sementara Anas Mas'udi, yang sedari awal tidak banyak bicara, tapi tetap terus berpikir mencari cara, tiba-tiba ditanya oleh ustadz Saeed. Ada alasan apa kamu mau pulang? Melihat alasan-alasan yang diajukan Syamsuddin tidak mampu membuka pintu perizinan, Anas menjwab: insyaallah lizzawaj ustadz
                    Setelah ditanya macam-macam dan melalui berbagai mujamalah dan alasan yang mereka berdua utarakan, ahirnya ustadz Saeed bilang: ya sudahlah … kalau memang alasan kamu pulang untuk nikah … sembari mengeluarkan kertas surat permohonan yang kemudian diberikan kepada kedua delegasi Muktamar tadi.
                    Mereka berdua maunya menulis surat permohonan tersebut di kantor ustadz Saeed biar bisa langsung diserahkan kepadanya dan cepat selesai urusannya. Tapi, ternyata ustdz Saeed tidak berkenan. Sudah … ditulis di kamarnya masing-masing saja … masih pagi sudah bikin otak saya pusing, kata ustadz Saeed.
                    Kedua delgasi itupun langsung bergegas kembali ke kamar masing-masing dan menulis apa yang harus diisi dalam surat permohonan tadi. Mengingat Amid (Dekan) Kuliah, Prof. Dr. M. Fathullah Elzayadi pernah marah karena ada mahasiswa yang punya masalah dengan kuliah dan dia melibatkan orang kedutaannya yang membuat Amid tidak suka dan marah, membuat kedua delegasi tidak berani menulis alasan perizianannya untuk Muktamar dalam surat permohonan izin tadi.
                    Karena ada beberapa hal, surat permohonan izin tadi baru diserahkan kembali kepada ustadz Saeed dua hari kemudian, yakni hari Kamis 4 Maret. Langsung hari itu juga surat permohonan izin dibawa oleh ustadz Saaed ke Amid kuliah dan di-acc.
                    Karena hari Jum'at dan Sabtu kuliah libur, selama dua hari itu, Anas memanfaatkannya untuk mencari solusi kekurangan dana dengan memperbanyak bersilaturrahmi ke masyarakat Indonesia yang tinggal di Tripoli.
                    Dari silaturrahminya, Anas mendapatkan celah untuk menutupi "kekurangan" dana tiket. Dia ditawari oleh seorang Direktur perusahaan Tenaga Kerja perminyakan Amerika Serikat Hot-Hed, cabang Libya, satu tiket murah. Karena Anas tidak berangkat sendirian, ia lantas menanyakan kepada Direktur tadi: tapi bosssaya rencananya berangkat berdua. Bagaimana, ada tidak untuk dua orang? Tanya Anas kepada Direktur. Dua orang ya mas … insyaallah ada. Nanti yang kedua saya coba tanyakan dulu. Kalau yang satu tiket sudah pasti ada, jawab Direktur sembari memberi penjelasan harga tiket yang pertama.
                    Anas sedikit merasa lega, karena telah mendapatkan tiket dengan harga yang ia kehendaki sebelumnya. Namun, kelegaan tersebut belum sempurna jika urusan perizinan di kampus belum selesai. Di samping itu, temannya, Syamsuddi juga masih belum dapat kepastian tiket. Sementara ia terus melakukan kontak dan komunikasi secara aktif dan kontinu dengan seseorang yang ada di PBNU untuk mengurus semua adminstrasi dan registrasi peserta Muktamar dengan atas nama Anas dan Syamsuddin selaku delegasi muktamar dari PCI NU Libya nantinya.
                    Anas juga berusaha mencarikan solusi untuk mendapatkan tiket pesawat Jakarta-Makassar pulang-pergi lewat seseorang di PBNU dan membuahkan hasil yang menggembirakan.
                    Hari Ahad 7 Maret, Anas dan Syamsuddin menghadap lagi ke ustadz Saeed menanyakan proses perizinannya. Ternyata surat izin tersebut masih belum di-acc oleh Kabag. Dirosah Ulya (S2), Dr. Mas'ud Abdullah Elwazni.
                    Hari Senin 8 Maret, mereka berdua kembali ngecek perizinan ke kantor ustadz Saeed (Register Dirosah Ulya) dan katanya semua sudah meng-acc surat permohonan izin pulang kedua delegasi muktamar tadi dan surat sudah dikirim ke bagian imigrasi kampus. Hari itu juga, setelah menghadap Register S2, kedua delegasi langsung menuju ke kepala kantor bagian imigrasi kampus. Namun, keduanya sedikit kecewa. Pasalnya ketua bagian imigrasi kampus, tidak ada di kantornya. Mulai di-acc nya surat permohonan izin pulang itu, tiap hari kedua delegasi re-ceck ke bagian imigrasi kampus.
                    Hari Selasa 9 Maret, keduanya kembali ngecek ke kantor kepala imigrasi kampus. Namun, nasibnya seperti hari sebelumnya. Kepala bagian imigrasi kampus tidak ada di kantornya. Keduanya mencari ke kantor-kantor lainnya dan juga menanyakan petugas imigrasi kampus, di mana kepala imigrasi kampus berada tidak ada yang tahu. Demikian terus dialaminya sampai hari Kamis 11 Maret baru bisa ketemu Kepala bagian imigrasi kampus.
                    Keduanya menanyakan apakah surat perizinannya sudah masuk ke dia apa belum dan ternyata sudah ada sejak beberapa hari sebelumnya. Keduanya menceritakan dengan sopan alasan kepergiannya ke Indonesia bahwa sebenarnya selain alasan pulang untuk menjenguk keluarga -sebagaimana tertulis di surat izin- ada alasan lain yang penting juga, yaitu mengikuti acara Muktamar Ilmi Nasional yang dimungkinkan akan dihadiri juga oleh pimpinan Jam'iyah Dakwah Islamiyah 'Alamiyah, Dr. Moch. Ah. Syarif yang merupakan mobilisator Kuliah Dakwah Islamiyah.
                    Dengan alasan seperti itu, kepala bagian imigrasi tergerak untuk segera menyelesaikan proses perizinan kedua delegasi tadi. Ia langsung membawa surat izin kedua delegasi tadi ke kantor bagian operasional imigrasi kampus yang diikuti oleh keduanya.
                    Begitu sampai di kantor yang dituju, kepala bagian imigrasi kampus kembali lagi ke kantornya dan kedua delegasi berusaha nego dan meloby bagian operasional imigrasi tadi agar supaya proses perizinannya dipercepat. Dengan berbagai alasan dan penjelsan yang diajukan oleh kedua delgasi, yang diantaranya alasan mengikuti Muktamar Ilmi Nasional yang di adakan di luar Jakarta dan diagendakan akan dihadiri pimpinan Jam'iyah Dakwah Islamiyah tadi, membuat petugas operasional imigrasi kampus sedikit berpikir. Kenapa tidak kamu tulis di surat izin ini alasan untuk mengikuti Muktamar Ilmi Nasional, tanya petugas operasional imigrasi kampus. Kemudian dia menyarankan kedua delegasi agar menghadap lagi kepada kepala imigrasi kampus agar dibuatkan Surat Sakti Percepatan Perizinan dengan tanda tangan Amid kuliah.
                    Kedua delegasi menghadap lagi kepada kepala imigrasi kampus memohon surat percepatan izin sebagaimana yang diarahkan oleh petugas operasional imigrasi kampus tadi. Namun, kepala imigrasi kampus ini tidak bias membuat surat tersebut. Sebagai gantinya, ia langsung menuju ke kantor operasional imigrasi kampus dan memerintahkan kepada petugasnya agar urusan perizinan kedua delegasi Muktamar tadi dipercepat.
                    Petugas operasional imigrasi pun beranjak keluar dengan membawa berkas-berkas perizinan kedua delegasi muktamar yang kemudian mereka berdua pergi keluar meninggalkan kantor imigrasi kampus.
                    Keesokan harinya, Kamis 11 Maret, kedua delegaasi muktamar kembali ngecek proses perizinannya ke kantor operasional imigrasi kampus menanyakan kapan keluarnya visa "khuruj-'audah" nya. Namun, ternyata petugas tersebut tidak bias memberikan informasi kepastian kapan visa kedua akan keluar. Hingga mereka berdua pun belum berani untuk membeli tiket pesawat.
                    Kembali kedua delegasi memeberikan alas an yang sedikit "menekan" kepada petugas operasional imigrasi kampus tadi dengan mengatakan: jika sampai tanggal 17 Maret visa belum keluar juga, maka kepulangan ini kami cancel, tegas Anas kepada petugas operasional imigrasi kampus.
                    Hari Jum'at dan Sabtu, kampus libur. Kedua delegasi tidak dapat berbuat banyak kecuali berdoa yang selalu dipanjatkan setiap selepas shalat fardhu. Ya Allah, jika kepulangan kami ke Indonesia untuk mengikuti acara muktamar yg diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama yang akan dating di Makassar, itu baik dan bermanfaat bagi kami, maka mudahkanlah proses perizinan kami. Hingga kami bias sampai ke tempat tujuan  sebelum tanggal pembukaan acara dengan biaya operasional yang dapat kami jangkau dengan mudah.
                    Hari Ahad 14 Maret, kedua delegasi kembali memastikan informasi tentang kapan keluarnya visa mereka berdua ke kantor operasional imigrasi kampus. Di sana petugas operasional yang bernama Ramadhan sekali lagi mengatakan kalau dia tidak bias memastikan kapan keluarnya visa. Apalagi dia ternyata hanya petugas operasional imigrasi kampus bagian dalam. Namun, kemudian dia mengarahkan kedua delegasi muktamar agar menemui Sholeh yang merupakan petugas operasional imigrasi kampus bagian luar.
                    Begitu keluar dari kantor operasional imigrasi kampus, kedua delegasi muktamar menunggu kedatangan Sholeh di halaman kampus. Namun, orang yang ditunggunya tidak datang hari itu.                    
    Hari Senin 15 Maret, dengan harap-harap cemas, kedua delegasi ngecek kembali perizinannya ke kantor operasional imigrasi kampus. Namun, sama seperti sebelumnya Ramadhan, petugas imigrasi bagian dalam kampus tidak bias memberikan kepastian informasi kapan keluarnya visa. Keduanya pun keluar kantor dengan tangan hampa.
                    Begitu sampai di halaman kampus, keduanya duduk-duduk menunggu kedatangan Sholeh, petugas imigrasi kampus bagian luar, berharap ia bias membantu percepatan prose perizinan. Mengingat orang yang menjanjikan tiket Makassar-Jakarta aakan berangkat ke Makassar tangal 19 Maret. Ahirnya, tidak lama kemudian Sholeh dating. Kedua delegasi pun menghampirinya dan menanyakan proses periziananya. Namun, dia juga tidak bias memastikan kapan visa bias keluar, sembari berkata: passport kalian itu baru saja saya masukkan ke imigrasi hari ini (15 Maret). Bias saja besok keluarnya atau lusa, atau seminggu bahkan bias juga sebulan baru keluar. Anas, menimpali pernyataannya berkata: ustadz, jika visa kami belum keluar juga sampai tanggal 17 Maret, maka "safar" ini kita cancel.
    Setelah itu, Sholeh langsung berjalan terus ke dalam kampus. Sementara kedua delegasi musyawarah sendiri. Yang ahirnya keduanya membagi tugas untuk meloby dan mencari jalan keluar. Syamsuddin pergi menghampiri Sholeh dan Anas menghadap ustadz Saeed (Register S2). Tidak lama kemudian, keduanya berkumpul kembali dengan agak lemas semua. Pasalnya lobi keduanya tidak membuahkan hasil. Sementara, ustadz Saeed bilang: sudahlah, kamu tidak perlu banyak cingcong. Sekarang tawakkal saja kepada Allah. Kalau memang diridhoi insyaallah kalian akan pergi juga.
    Memang sangat benar apa yang dikatakan ustadz Saeed tersebut. Keduanya pun pasrah sambil terus berdoa dengan harap-harap cemas sambil terus ngecek tiap hari ke kantor imigrasi kampus.
    Hari Selasa 16 Maret, keduanya ngecek dan hasilnya masih nihil. Harapannya untuk mengikuti muktamar semakin menitipis. Anas, jauh hari sebelumnya pernah bilang paling lambat dia berdua akan berngkat ek Indonesia tanggal 18 Maret.
    Hari Rabu 17 Maret, pagi-pagi benar keduanya ngecek ke kantor imigrasi kampus dan hasilnya tetap nihil. Harapan untuk mengikuti muktamar NU di Makassar semakin redup. Namun, saat putus asa mulai menggerayangi kedua delegasi muktamar, Allah mengetuk kembali hati keduanya dengan dikeluarkannya visa khuruj-'audah pada hari itu juga.
    Perjalanan Menuju Muktamar
                    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. yang telah mengirimkan kami (HM. Syamsuddin Lc dan H. Anas Mas'udi Lc) ke Makassar untuk mengikuti acara muktamar NU ke 32 setelah melewati beberapa rintangan dan hambatan serta perjuangan yang lumayan melelahkan. Mulai dari urusan perizinan di kampus yang berbelit-belit sampai urusan tiket yang hampir tercancel satu orang untuk berangkat. Itu semua juga berkat kerjasama teman-teman PCI NU Libya yang mau sama-sama bekerja demi keberhasilan pendelegasian kami berdua ke Makassar.
                    Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah terhadiahkan kepada Nabi Muhammad saw. Yang telah menuntun kita semua pada jalan yang benar, jalan yang diridhoi Allah, jalan yang dibentengi dengan kalam ilahi Alqur'an al Karim dan yang dikawal dengan sunnah nabawi, yang kita kenal dengan ASWAJA (Ahli Sunnah wal Jama'ah).
                    Setelah semua persiapan dan berkas-berkas perjalanan serta pendaftaran anggota muktamar dilengkapi dan bisa kami bawa, kami pun berangkat ke bandara dengan dua mobil pribadi dan satu taxi. Dua mobil datang dari seorang pimpinan perusahaan Hot-Hed Amerika-cabang Libya yang berkebangsaan Indonesia dan dari seorang bisnismen muda yang berkebangsaan Libya. Tampak juga melepas keberangkatan kami dua pegawai staff KBRI yang datang menunggu di pintu gerbang utama kampus. Mereka berdua datang melepaskan kepergian kami dari kampus dan memberikan amanat pada kami untuk disampaikan kepada seseorang yang sudah berada di Indonesia dan pernah menjadi pegawai home staff juga di KBRI Libya.
                    Kami pergi meninggalkan kampus pada tanggal 18 Maret pada jam 12.25 yang diantarkan oleh beberapa pengurus harian PCI NU Libya dan take off dari bandara internasional Tripoli-Libya pada jam 16.00 dengan membawa barang di bagasi yang overwight (78Kg untuk dua orang), tapi bisa lolos dengan tanpa biaya tambahan dan itu berkat jasa bisnismen muda berkebangsaan :Libya tadi.
                    Perjalanan yang lumayan melelahkan. Pasalnya pesawat Emirat yang kami tumpangi transit di Dubai selama 12 jam dengan tanpa memberi fasilitas apa-apa kepada penumpangnya, tidak ada hotel transit dan juga tidak ada jatah makan. 12 jam kami menunggu penerbangan selanjutnya di bandara Dubai Internasional.
                    Setlah 12 jam menunggu, ahirnya penerbangan berikutnya yang langsung menuju ke Jakarta pun dimulai. Dan kami sampai di bandara internasional Soekarno Hatta Jakarta pada hari Jum'at 19 Maret jam 22.00 dengan selamat. Ternyata di bandara sudah ada dua orang yang menjemput kami. Satu orang merupakan utusan Direktur perusahaan Hot-Hed Amerika-cabang Libya yang datang untuk mengambil barang titipan. Satu orang lagi merupakan salah seorang saudara dari anggota PCI NU Libya (saudara Rifqi Muhyiddin). Kami ucapkan beribu terima kasih pada keduanya yang telah banyak membantu kami. Kususnya buat kakak dari saudara Rifqi, HM. Ishaq Muhyiddin yang telah mencurahkan perhatiannya dan memeras keringatnya demi kemaslahatan kami berdua yang secara otomatis juga demi kemaslahatan PCI NU Libya. Teriring doa buat mereka yang telah berjaza jazaakumullah ahsal jaza' fiddunya wal ahirah.
                    Kami keluar bandara Soekarno Hatta sekitar jam 23.00 dengan diantar dua mobil jemputan tadi menuju rumahnya KH. Muhyiddin Ishaq, pengasuh PP Miftahul Ulum di Cilandak Jl. H. Nawi II Jakarta Selatan, yang merupakan bapak dari saudara Rifqi. Kurang-lebih pada jam 00.00 kami baru sampai rumah tersebut.
                    Keesokan harinya, baru kami menemui shohibul bait, KH. Muhyiddin Ishaq yang menyambut kami dengan sangat ramah dan kami berbincang-bincang ringan mengenahi perjalanan dan persiapan muktamar. Beliau sempat menawarkan tiket ke Makassar pada kami dan dengan berat hati kami menolak dengan sopan. Demikian dikarenakan ada beberapa hal yang tidak mungkin kami lakukan karena demi menjaga amanat PCI NU Libya.
                    Setelah beberapa hari tinggal di kediaman KH. Muhyiddin, kami pun ahirnya berangkat ke Makassar pada tanggal 22 Maret dengan merogoh kocek dari saku masing-masing sekitar Rp. 2. 000. 000/orang untuk pulang-pergi. Sementara KH. Muhyiddin bersama dengan isteri dan kedua puteranya berangkat lebih awal satu hari sebelumnya dari kami.
                    Menurut jadwal penerbangan pesawat Lion Air yang akan kami tumpangi, pesawat akan berangkat ke Makassar pada jam 20.00. Namun, karena delay, ahirnya pesawat diberngkatkan pada jam 21.25. Kami sampai di Makassar pada jam 00.15 an waktu Makassar dan kami sampai di lokasi muktamar, asrama haji Sudiang, Makassar Sulawesi Selatan sekitar jam 00.45.
                    Begitu sampai asrama haji, yang pertama kali kami cari adalah tempat pendaftaran. Setelah muter-muter mencarinya, ahirnya kami temukan tempat pendaftaran peserta muktamar tadi. Namun, sungguh menyedihkan nasib kami malam itu. Pasalnya, begitu kami sampai di tempat pendaftaran, -di samping untuk daftar ulang, juga untuk mendapatkan akomodasi- panitia sudah tidak ada di tempat. Mereka sudah pada rehat ke tempatnya masing-masing.
                    Kami pun berjalan menelusuri asrama haji malam itu mencari panitia. Namun, tetap juga tidak ketemu mereka. Hanya saja kami ketemu panitia bagian lapangan yang memberi informasi kalau pembukaan muktamar akan dibuka langsung oleh Presiden keesokan harinya, Selasa 23 Maret di gedung triple C (Celebes Convention Center) di sekitar kawasan pantai Losari.
                    Malam itu terpaksa kami terjaga dari tidur (begadang), walupun sebenarnya kami sudah benar-benar butuh rehat karena lelah dan mengantuk. Ternyata bukan hanya kami yang "terlantar" malam itu. Akan tetapi ada kurang lebih tiga bus yang datang setelah kami, juga belum mendapat akomodasi dan terpaksa rehat di sembarang tempat.
                    Keesokan harinya, Selasa 23 Maret, dari jam 8 pagi, panitia muktamar sudah mulai menggerakkan semua peserta muktamar yang sudah datang di asrama haji menuju ke lokasi pembukaan muktamar, yakni di Triple C kawasan pantai Losari. Padahal acara pembukaan baru akan dimulai pada jam 14.00. Sebelum itu, pagi hari sebelum berangkat ke acara pembukaan muktamar, kami bertemu dengan alumni the Islamic Call College (ICC) atau Kuliah Dakwah Islamiah (KDI) yang merupakan senior dan penggagas berdirinya perkumpulan mahasiswa NU di Tripoli Libya yang kemudian berkembang menjadi PCI NU. Ialah saudara Zainul Ghulam, yang datang bersama rombongan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) dari Kencong Jember. Suatu perkumpulan mahasiswa NU yang dimotori oleh beliau dan sempat menerjemahkannya salah satu karya Dekan KDI, Dr. M. Fathullah Zayadi ke dalam bahasa Indonesia. Pagi itu kami diajak ke kamar beliau dan oleh rombongannya, kami dipersilahkan untuk bertempat di kamar itu untuk sementara.
                    Pagi itu, dari jam 07.30, rombongan bus yang kurang lebih ada 10 lebih jumlahnya yang disiapkan panitia muktamar, telah datang berbaris di lokasi asrama haji yang siap berangkat mengantar peserta muktamar ke tempat pembukaan muktamar.
                    Karena ada beberapa hal, kami berangkat ke tempat pembukaan muktamar dengan bus yang berbeda dan berkumpul kembali di lokasi acara pembukaan muktamar. Sejak acara pembukaan itu, kami yang berangkat dari Libya hanya berdua, kini menjadi bertiga, ditambah saudara Ghulam yang selalu menemani kami.
    Acara Pembukaan muktamar
                    Acara pembukaan dimulai sekitar jam 14.00 WIT (menurut berita yang menyebar di media massa, pembukaan dimulai kjam 13.00) setelah Presiden SBY dan rombongan datang yang sebelumnya melakukan dialog tertutup dengan petinggi PBNU dan beberapa tamu undangan dari Negara-negara Timur Tengah yang di antaranya Syekh Dr. Wahbah Zuhaily.
    Panitia muktamar, sejak dini hari sudah menyiapkan beberapa bus untuk mengangkut muktamirin ke tempat pembukaan muktamar yang mulai diberangkatkan sekitar jam 08.00 WITA. Panitia menyiapkan kendaraan tamu VIP dan 60 bus serta kendaraan lainnya untuk mengangkut peserta dari tiga lokasi pemondokan yakni Asrama Haji Sudiang, Pondok Madinah dan Pondok Babussalam menuju tempat upacara pembukaan muktamar.
    Peserta Muktamar yang terdiri dari 33 provinsi (wilayah) memadati ruang konvensi triple C yang berkapasitas 18.000 orang menanti kehadiran Presiden SBY beserta rombongan.
    Ketatnya pengamanan di jalan masuk maupun di sekitar gedung konvensi triple C mengakibatkan ribuan peserta dari berbagai provinsi terhambat mendekat ke arena upacara pembukaan Muktamar, sehingga mereka bersitegang dengan aparat sambil menunjukan undangan dan tanda peserta, namun mereka tetap tak diizinkan masuk ruang konvensi hingga upacara selesai. Demikian karena ruang utama upacara pembukaan muktamar sudah penuh dengan muktamirin. Walaupun demikian, kami berdua bisa masuk ke ruang upacara pembukaan muktamar dengan mudah, karena memang kami ikut rombongan muktamirin yang dating lebih awal.
    Sementara Presiden yang tanpa didampingi oleh Ani Yudhoyono (isterinya) berangkat dengan pesawat khusus kepresidenan Boeing 737-800 dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa, pada pukul 07.45 WIB.
    Turut serta dalam rombongan beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu II antara lain Menko Perekonomian Hatta Radjasa, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, serta anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jimly Asshiddiqie.      Hampir semua tokoh Parpol, Ormas dan beberapa ulama-ulama terkemuka Timur Tengah serta beberapa tokoh lainnya datang dalam acara pembukaan muktamar tersebut.
                    Di samping Presiden dan rombongannya, datang juga beberapa tokoh nasional. Antara lain seperti mantan Wapres Jusuf Kalla (JK), Ketua MK Mahfud MD, Menag Suryadarma Ali, Menakertrans Muhaimin Iskandar, Mendiknas Muhammad Nuh, mantan Menlu Hasan Wirajuda, Wagub Jatim Saifullah Yusuf dan Wagub Jabar Dede Yusuf tampak sudah hadir dilokasi. Begitu juga pimpinan Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin, Tiffatul Sembiring, Anas Urbaningrum, dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo turut hadir dalam acara pembukaan muktamar.
               Selain itu, sekitar 20 ribu lebih warga Nahdliyin dari berbagai penjuru Nusantara, yang terdiri dari 33 Pengurus Wilayah (provinsi), 436 Pengurus Cabang, 15 Pengurus Cabang Istimewah, 5,450 Majelis Wakil Cabang (MWC) dan 47.125 Pengurus Ranting, juga ikut menjadi saksi pembukaan perhelatan akbar organisasi kaum sarungan yang diadakan setiap lima tahun sekali ini.
    Pembukaan muktamar NU di Makassar ini juga dihadiri oleh puluhan duta besar dan belasan mufti dari negara Islam. Tamu dari tokoh-tokoh agama di luar Islam juga ikut menghadiri pembukaan Muktamar yang pertama kali dilakukan di wilayah Indonesia timur ini.
    Sebelum kedatangan Presiden SBY, kandidat ketua umum PBNU KH Shalahuddin Wahid datang menyalami kiai-kiai sepuh NU yang sudah duduk di gedung utama triple C (Celebes Convention Center). Selain Gus Solah, tampak pula Slamet Effendi Yusuf, dan Chofifah Indar Parawangsa terlihat duduk di barisan kursi depan panggung pembukaan muktamar.
    Sementara kandidat lainnya terlihat belum tampak. JK yang datang bersama istrinya, Mufidah Jusuf, tampak berbincang bersama Ketua MK Mahfud MD dan para kiai-kiai NU.
    Pembukaan muktamar NU dimeriahkan juga dengan pertunjukan musik tradisional Gandrang Bulo di panggung muktamar yang dihiasi dengan ornamen khas Bugis-Makassar.
    Setelah membuka muktamar, Presiden Yudhoyono melanjutkan acara di halaman Gedung Celebes Convention Center untuk menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan Kementerian Perhubungan untuk pembangunan jaringan kereta api Makassar-Parepare.

    Selain itu, juga ditandatangani nota kesepahaman antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan pemkot/pemkab yang wilayahnya dilalui jaringan kereta api, yaitu Pemkot Makassar, Pemkab Maros, Pemkab Pangkajene Kepulauan, Pemkab Barru dan Pemkot Parepare.
    Selain itu, Presiden juga menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Pemprov Sulsel dan Group Lippo tentang reklamasi kawasan Centre Point of Indonesia (COI), serta antara Pemprov Sulsel dan PT Bank Sulsel, PT BRI Kantor Wilayah Makassar, Bank BNI Wilayah 07 Makassar, dan Bank Mandiri Wilayah Makassar.
    Presiden SBY juga menyaksikan penyerahan sertifikat Museum Rekor Indonesia (MURI) dari senior manager MURI kepada Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo tentang kerja bakti penanaman pohon pada 1.100 desa/kelurahan, 191 kecamatan, dan 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulsel.
    Selain itu, transplantasi karang pada 101 pulau di Provinsi sulsel, penebaran benih ikan sebanyak dua juta ekor di perairan darat pada 12 kabupaten/kota di Provinsi sulsel. Setelah menanam pohon di halaman Celebes Convention Center, Presiden SBY langsung kembali ke Pangkalan TNI AU Hassanuddin untuk kembali ke Jakarta.
    Acara dimulai dengan pembacaan fatihah dan pembacaan ayat suci Alqur'an oleh Qori' Nasional ( ………. ). Kemudian dilanjutkan dengan laporan panitia muktamar oleh KH. Hafidh Utsman. Berlanjut dengan sambutan dari Gubernur Sulawesi Selatan ( ……. ). Diteruskan dengan sambutan dari Rois 'Aam oleh KH. Sahal Mahfudh dan diahiri dengan sambutan Presiden SBY yang kemudian membuka acara muktamar secara resmi dengan memukul bedug yang sudah disiapkan di panggung acara.
                    Acara yang berahir pada sekitar jam 16.30 WITA itu berlangsung dengan penuh hikmat dan lancar. Sekalipun banyak peserta muktamar, bahkan ada beberapa anggota DPR yang tidak bisa masuk ke ruang utama acara pembukaan, mereka bisa memaklumi karena "ledakan" jumlah muktamirin yang terlepas dari prediksi sebelumnya. Jumlah muktamirin yang berkisar sekitar 20 ribu orang tersebut tidak bisa masuk ke ruang utama, karena bangunan itu hanya berkapasitas 18 ribu orang. 
                    Dalam sambutannya, Presiden SBY berbicara panjang-lebar tentang Nahdlatul Ulama selama kurang-lebih 30 menit. Dia berbicara seolah-olah dia seorang Rois 'Aan NU. Dalam kesempatan itu, SBY menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarnya dan memberikan penghargaan yang setingginya kepada Nahdlatul Ulama yang telah membantu dalam pembangunan bangsa dan mendidik umat Indonesia dengan tetap menjaga dan mempertahankan NKRI. Di sela-sela pidatonya, SBY mengulang-ulang permintaannya agar NU tidak terjerumus ke dalam perhelatan politik praktis.
                    Setelah membuka acara muktamar dan disusul dengan serangkaian acara berikutnya yang telah dirancang oleh pemerintah daerah setempat, yang berahir dengan menanam pohon di halaman Celebes Convention Center, Presiden SBY langsung kembali ke Pangkalan TNI AU Hassanuddin untuk kembali ke Jakarta.
    Seminggu dalam Muktamar
                    Hari pertama (Senin-Selasa, 22-23 Maret) di lokasi muktamar, asrama haji Sudiang Makassar, sangat melelahkan bagi kami berdua (HM. Syamsuddin Lc. dan Anas Mas'udi). Kami yang datang di lokasi lewat tengah malam, membuat kami harus begadang. Dilanjutkan keesokan harinya dengan acara pembukaan muktamar yang harus kami ikuti, mulai dari pagi sampai sore. Menjelang maghrib, kami baru sampai kembali ke asrama haji Sudiang, Makassar.
                    Setelah sampai asrama, kami harus pergi ke tempat pendaftaran peserta muktamar. Namun, sore itu panitia masih juga belum bisa kami temui di tempat tugasnya. Baru setelah shalat maghrib, kami bisa menemuinya. Kemudian kami melakukan registrasi ulang lengkap dengan akomodasinya dengan infaq 100 ribu rupiah.
                    Pertama kalinya, panitia menempatkan kami di wisma 16, kamar 26 s/d 28 dengan pilihan sendiri antara tiga kamar tersebut. Di mana ketiga kamar tersebut memang sudah disiapkan oleh panitia kusus untuk delegasi dari PCI NU Luar Negeri. Masing-masing kamar berkapasitas delapan orang. Jadi, jika kamar yang disediakan hanya tiga, maka ketiga kamar tersebut hanya bisa menampung 24 orang.
    Sementara PCI NU LN yang hadir ada 12 PCI. Sebenarnya, jika disesuaikan dengan aturan bahwa setiap PCI NU LN hanya dua orang delegasi yang mendapat fasilitas akomodasi dan konsumsi, maka persediaan kamar tersebut cukup dan sesuai dengan jumlah delegasi resminya (12 PCI x 2 orang = 24 orang). Namun, realitanya bukan demikian. PCI NU Saudi Arabia ada 11 orang yang datang dan PCI NU Malaysia datang dengan tujuh orang. Secara otomatis akomodasi yang disiapkan panitia untuk PCI-PCI LN, tidak mencukupi.
    Kami kembali ke panitia acara complain akomodasi. Oleh panitia, kami dipindahtempatkan ke Pondok Madinah, yang lumayan jauh jaraknya dari lokasi muktamar (+ 1 km). maka hari itu juga, kami membawa barang bawaan kami yang sebelumnya ditaruh di kamarnya Zainul Ghulam (alumni Libya) ke Pondok Madinah. Waktu itu sudah lumayan larut malam, jam 21.00 WITA lebih.
    Sampai di Pondok Madinah, kami mencari orang yang telah diarahkan oleh panitia untuk menemuinya, tapi ternyata orangnya tidak ada di tempat. Setelah bertanya ke sana-sini, ahirnya kami pun di tempatkan di sebuah aula yang lumayan luas dengan penerang ruangan yang cahayanya "Senin-kamis" dan satu kamar mandi yang lumayan sempit nan kotor. Malam itu kami tidur di aula dengan kasur lipat yang tipis. Di aula yang pintunya sudah agak sedikit rusak dan keamanannya rada dihawatirkan, yang rencananya akan dihuni sekitar seratus muktamirin.
    Begitu masuk ke dalam, kami lihat baru ada sekitar enam orang yang sudah ada di tempat itu. Kami letakkan barang-barang bawaan kami di samping tempat tidur. Kemudian kami baringkan tubuh kami di atas kasur yang tipis itu.
    Syamsuddin, begitu merebahkan tubuhnya, karena kecapekan langsung terbang ke alam mimpi. Sementara saya (Anas Mas'udi) baru merebahkan tubuh beberapa saat, teringat kalau saya belum shalat. Saya merasa berat beranjak dari tempat tidur karena sudah ngantuk dan lelah. Namun, saya tidak bisa memejamkan mata juga sebagaimana temanku (Syamsuddin) yang sudah terlelap dalam mimpi.
    Saya (Anas) tidak bisa tidur karena nyamuknya yang datang bergembira menyambut kedatangan kami di aula yang kelihatannya lama tidak pernah dipakai itu. Ahirnya, saya pun memaksa diri dengan mengerahkan sisa tenaga beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi yang ada di luar aula.
    Rencananya mau mandi (karena dari pertama datang kami belum sempat mandi), tapi karena saya belum ada perlengkapan mandi, saya cuma ambil air wudhu. Kemudian shalat. Setelah shalat, saya jalan-jalan ke luar aula untuk mencari informasi kamar kosong selain aula yang di tempati dan berusaha mendatangkan rasa kantuk.
    Setelah muter-muter di sekitar aula dan merasa lelah serta ngantuk, saya masuk kembali ke aula dan berusaha untuk tidur. Namun, lagi-lagi nyamuk yang datang dengan irama music sayapnya menikmati darah segar saya, membuat saya tidak bisa memejamkan mata. Ahirnya saya keluar lagi dari aula tersebut. Begitu jalan-jalan, saya melihat autan, obat anti nyamuk dan kemudian beli dua sacet. Setelah itu baru bisa tidur di paruh ahir malam.
    Hari kedua (Rabu, 24 Maret), menurut agenda muktamar pada hari Rabu ini dimulai dengan dialog bersama Menteri Agama RI dan Mendiknas RI. Kemudian dilanjutkan dengan dialog bersama Menakertrans RI dan Menteri PPDT RI. Untuk sore harinya diisi dengan dialog bersama Meneteri UKM RI dan Menteri Kesehatan RI dan ditutup dengan Laporan Pertanggungjawaban PBNU masa khidmat 2004-2010M di malam harinya.
    Hari ketiga (Kamis, 25 Maret), menurut agenda muktamar direncanakan pada hari Kamis ini hanya untuk acara Pandangan Umum LPJ, ternyata selesainya lebih cepat dari prediksi panitia sebelumnya. Ahirnya agenda Sidang-Sidang Komisi yang mestinya dilaksanakan pada Jum'at 26 Maret, diajukan pada hari itu (Kamis, 25 Maret). Karena Pandangan Umum terhadap LPJ selesai siang hari, maka setelah ishoma (istirahata, sholat dan makan), sore harinya langsung dilanjutkan acara Sidang Komisi.
    Hari keempat (Jum'at, 26 Maret), melanjutkan Sidang-Sidang Komisi yang belum selesai. Seharian penuh Sidang-Sidang komisi tersebut berlangsung dan berahir sekitar jam 22.00. Kemudian, sebelumnya direncanakan malam itu juga akan diadakan pemilihan Rois 'Aam dan Ketua Umum Nahdlatul Ulama ,asa khidmat 2010-2015M, tidak jadi dilaksanakan malam itu karena ada beberapa "hal".
    Sementara, kami berdua (HM. Syamsuddin Lc dan Anas Mas'udi) yang dari awal berbeda komisi, mengikuti perjalanan sidang dengan sabar, sekalipun beberapa saat kami absen karena ada hal lain yang harus kami lakukan bersama. Syamsuddin memilih bergabung di Komisi Organisasi. Sementara saya sendiri gabung dengan muktamirin di Komisi Waqi'iyyah. Dari Komisi-Komisi yang ada, Komisi Organisasi lah yang paling lama tuntasnya. Lebih-lebih saat membahas AD/ART Organisasi.
    Sementara di Komisi Waqi'iyyah terjadi perdebatan agak alot ketika sampai pada masalah perbankan Syari'ah. Pasalnya, menurut perumus draf Masail Waqi'iyyah, bank Syariah itu hanya namanya saja, tapi perakteknya sama seperti bank-bank konvensional lainnya. Selain masalah ini, semua berjalan lancar sebagaimana draf yang ada.
    Hari kelima (Sabtu, 27 Maret), merupakan puncaknya muktamar. Pasalnya di hari itu diadakan pemilihan secara langsung Rois 'Aam dan Ketua Umum masa khidmat 2010-2015M, lima tahun ke depan. Pemilu diawali dengan pemilihan Rois 'Aam, dimulai sejak jam 09.00-15.00 dengan keputusan dan ketetapan bahwa KH. Moch. Ah. Sahal Mahfudh sebagai Rois 'Aam masa khidmat 2010-2015M setelah KH. Hasyim Muzadi mengundurkan diri selepas pemilu putaran pertama.
    Adapun nama-nama yang sempat muncul saat pemilu Rois 'Aam pada putaran pertama ada Sembilan nama. Antara lain: 1. KH. Hasyim Muzadi (180 suara). 2. KH. Sahal Mahfudh (272 suara). 3. KH. Makmun Zuhri (1 suara). 4. KH. Sholahuddin Wahid (1 suara). 5. KH. Maimun Zaubair (29 suara). 6. Abdullah Mukhtar (2 suara). 7. Habib Luthfi (4 suara). 8. KH. Ma'ruf Amin (2 suara). 9. KH. Aqil Siroj (1 suara).
    Setelah keputusan dan penetapan Rois 'Aam masa khidmat 2010-2015M selesai, acara berlanjut pada pemilihan Ketua Umum NU. Dalam pemilu Ketum NU ini, lumayan seru. Pasalnya, nama yang muncul di permukaan dan yang diprediksi akan masuk putaran kedua, yakni KH. Sholahuddin Wahid, kalah telak dengan M. Slamet Efendi Yusuf yang tidak diprediksi sebelumnya oleh kebanyakan Muktamirin akan masuk putaran kedua melawan KH. Said Aqil Siroj.
    Sementara nama-nama yang muncul dalam pemilu Ketum NU pada putaran pertama adalah: 1. Slamet Efendi Yusuf (158 suara). 2. KH. Sholahuddin Wahid (83 suara). 3. KH. Said Aqil Siroj (178 suara). 4. Ulil Abshor A (22 suara). 5. Masdar FM (6 suara). 6. Ali Mashan Musa (8 suara). 7. Abd. Aziz (7 suara). 8. KH. Hasyim Muzadi (6 suara). 9. Ahmad Bagdja (34 suara).
    Pada putaran kedua, karena peraturan untuk masuk putaran kedua minimal harus ada 99 suara sah dari Muktamirin, maka yang berhak masuk dalam putaran kedua adalah KH. Said Aqil Siroj dan Slamet Efendi Yusuf. Setelah putaran pertama selesai, pimpinan sidang pemilu menghenttikan acara sejenak untuk break ishoma. Beberapa menit kemudian putaran kedua segera dimulai.
    Sesaat sebelum putaran kedua pemilihan Ketum NU dimulai, Slamet Efendi Yusuf masuk ruang pemilu dengan menggandeng KH. Sholahuddin Wahid yang telah kalah pada putaran pertama. Pemandangan seperti itu membuat kebanyakan muktamirin bertanya-tanya "apakah suara pendukung Gus Sholah telah dialihkan ke Slamet EY ?"
    Namun, saya (Anas) cermati saat Slamet EY masuk bersama Gus Sholah, tampak wajah Gus Sholah kurang ceria. Tidak seperti yang pernah saya lihat di Koran beberapa hari sebelum pemilihan saat berpose bersama KH. Said Aqil Siroj dengan memegang erat tangan masing-masing yang saling menggenggam satu sama lain sebagai symbol persahabatan yang erat dan harmonis.
    Setelah itu, tidak lama kemudian putaran kedua pemilihan Ketum NU dimulai. Untuk kali ini, delegasi-delegasi PCI NU LN yang dipanggil terlebih dahulu untuk menentukan suaranya, yang sebelumnya selalu diahirkan dalam pemilihan Rois 'Aam dan pemilihan Ketum NU pada putaran pertama. Kemudian dilanjutkan pengambilan suara dari PCNU dan PWNU hingga selesai dengan jumlah total suara 496. Demikian berahir saat waktu maghrib tiba.
    Setelah ishoma, acara dilanjutkan kembali dengan menghitung semua suara Muktamirin yang ada. Perhitungan suara ini dimulai selepas shalat maghrib dan berahir sekitar jam 20.15 yang dimenangkan oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa khidmah 2010-2015M. demikian dengan perolehan suara 294 untuk KH. Said AS dan 201 suara untuk KH. Slamet EY. sementara total suara yang ada adalah sebanyak 496 suara, tidak sah satu suara. Jadi total suara yang sah adalah 495 suara. KH. Said AS memenangkan 93 suara atas KH. Slamet EY.
    Serunya pada pemilu Ketum tersebut adalah saat perhitungan suara sampai pada suara ke 250 untuk KH. Said Aqil Siradj. Pasalnya, para muktamirin pada berdiri bershalawat Badar saling sahut menyahut hingga kurang lebih selama 1/4 jam. Mereka para pendukung KH. Said Aqil Siradj meminta agar perhitungan suara dihentikan. Dengan alasan kemenangan sudah jelas akan dipegang oleh KH. Said Sirodj. Shalawat badar dan shalawat nabi lainnya tak hentinya didendangkan oleh muktamirin, kususnya para pendukung KH. Said Aqil Sirodj. Setelah beberapa saat, panitia bersikeras melanjutkan perhitungan suara karena dianggap suara-suara muktamirin yang belum dibacakan –sekalipun sudah tampak jelas kemenangan ada di tangan siapa- tetap menjadi amanat panitia muktamar untuk dibacakan semua. Setelah panitia muktamar pemilu mengerahkan tam keamanan untuk merapikan muktamirin, dengan membacakan al Fatihah dua kali, perhitungan suara bisa dilanjutkan kembali dengan baik. Kemudian berahir dengan menetapkan KH. Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU masa khidmat 2010-2015M.     
    Pertemuan PCI NU Luar Negeri   
                    Di tengah ramainya agenda muktamar, para delegasi PCI NU Luar Negeri sempat mengadakan beberapa pertemuan dan melakukan beberapa aktivitas. Pertemuan pertama diadakan di wisma 16 kamar 28 asrama haji Sudiang Makassar pada hari Rabu 24 Maret 2010M.
                    Dalam pertemuan pertama tersebut, para delegasi PCINU LN untuk muktamar mencoba membuat wadah kebersamaan dan persatuan dalam menerima informasi dan menentukan visi dan misi bersama untuk kemaslahatan PCINU LN di masa mendatang. Ialah suatu wadah yang diberi nama Forum Komunikasi (ForKom) PCINU LN. Demikian setelah mendapat persetujuan dari para delegasi yang berjumlah 31 orang dari 12 PCINU LN (PCINU Libya. Sudan. Mesir, Syria, Libanon, Saudi Arabia, Pakistan, Australia, UK, Jepang, Malaysia dan Taiwan).
                    Adapun tujuan dan maksud debentuknya Forkom PCINU LN tersebut adalah:
    1.         Sebagai wadah silaturrahmi antar PCI NU Luar Negeri
    2.       Sebagai Tim Asistensi pengurusan administrasi yang berhubungan dengan PBNU
    3.       Sebagai pusat informasi potensi warga NU di Luar Negeri (Data Base Kader NU)
    4.        Sebagai Agen sosialisasi potensi dan program riil yang bisa dilakukan oleh warga NU di Luar Negeri
    Dibentuknya forum komunikasi ini dilatarbelakangi oleh problem komunikasi yang selama ini terjadi antara PBNU di Indonesia dengan PCI NU di Luar Negeri yang sebenarnya adalah perpanjangan tangan langsung dari PBNU tetapi sayang kurang diberdayakan secara optimal.
    Selain pembentukan wadah komunikasi tersebut, para delegasi PCINU LN sepakat mengagendakan untuk bersilaturrahim kepada semua kandidat yang namanya telah mencuat di public. Demikian itu dengan mengajukan beberapa permohonan kepada kandidat jika nantinya terpilih menjadi Rois 'Aam atau Ketua Umum PBNU lima tahun ke depan.
                    Permohonan tersebut berdasarkan kesepakatan Forkom PCINU LN adalah:
    1.         Kami (para delegasi PCINU LN) mengharapkan agar persaingan yang terjadi antar kandidat berlangsung secara fair dan bermartabat dengan menjunjung al-akhlaqul karimah.
    2.       Kami mengajak para muktamirin untuk mengedepankan hati nurani dalam pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU.
    3.       Kami meminta agar para calon Ketua Umum PBNU berjanji untuk menjalankan politik kebangsaan dan kerakyatan, menjauhkan diri dari politik praktis dalam berbagai bentuk dan tingkatannya, serta tidak menjadikan amanah ini sebagai batu loncatan untuk mendapatkan jabatan politis.
    4.        Kami menuntut agar para calon ketua umum berjanji agar melakukan transparasi keuangan dan menjadikan semua sumbangan yang masuk ke PBNU hanya melalui satu pintu yang accountable dan bisa dipertanggungjawabkan.
    5.       Kami meminta kepada Ketua Umum terpilih untuk menunjuk seorang Ketua yang secara ex officio menangani warga NU di luar negeri bekerja sama dengan instansi terkait dan memberdayakan PCI NU di luar negeri sebagai perpanjangan tangannya.
    6.       Kami meminta kepada Ketua Umum terpilih untuk mempertimbangkan dimasukkannya  unsur perempuan dalam kepengurusan di semua tingkatan.
    7.       Kami meminta PBNU untuk membuat sistem informasi dan rekruitmen calon penerima beasiswa ke luar negeri secara transparan.
    8.       Meminta kepada PBNU untuk memfasilitasi bantuan pendidikan dan beasiswa kepada muslimin di daerah konflik di luar negeri.               
    Adapun para kandidat, baik untuk Rois 'Aam maupun Ketua Umum PBNU yang telah dikunjungi dengan mengajukan permohonan tersebut di atas antara lain:
    1. KH. Sholahuddin Wahid.
    2. KH. Said Aqil Siradj.
    3. KH. Masdar FM
    4. KH. Ali Mashan Musa.
    5. Drs. Selamet Yusuf Efendi.
    6. Ahmad Bagdja.
    7. Ulil Abashar Abdalah.
    8. KH. Sahal Mahfudh.
    9. KH. Maimun Zuabair.
    10. KH. Hasyim Muzadi

    Demikian dilakukan dengan tanpa menentukan satu suara kepada siapa para delegasi PCINU LN akan menetapkan pilihannya, baik untuk Rois 'Aam maupun Ketua Umum. Hal itu sengaja disetting demikian agar kelak para delegasi PCINU LN tetap bias menjaga komunikasi dan silaturrahimnya dengan Rois 'Aam dan Ketua Umum PBNU terpilih dengan baik.
    Dari beberapa pertemuan dengan para kandidat tersebut di atas, kami berdua (Syamsuddin dan Anas Mas'udi) sempat absen beberapa kali pertemuan karena ada udzur syar'i. Namun, walaupun demikian kami dapat mengantongi informasi yang ada selama pertemua-pertemuan tersebut berlangsung.
    Pertemuan demi pertemuan telah dilakukan oleh Forkom PCINU LN hingga berahir pada hari di mana pemilu Rois 'Aam dimulai, yakni hari Jum'at 26 Maret dengan tanpa terdengar oleh siapapun juga kemana suara Forkom akan memihak dalam perhelatan pemilu tersebut.
    Setelah pemilu selesai. Kemudian dilanjutkan dengan penutupan acara muktamar yang diadakan di dalam aula 1 asrama haji Sudiang Makassar, selesai sudah acara muktamar NU ke 32 dengan penuh khidmah dan hikmah.
    Sementara Forkom PCINU LN merencanakan akan menemui Rois 'Aam dan Ketua Umum PBNU terpilh setelah acara penutupan muktamar. Namun, karena ada beberapa hal, ahirnya dicancel acara bertemu dg Rois 'Aam dan Ketum terpilih.
    Forkom PCINU LN ini tidak berahir begitu saja dengan berahirnya acara muktamar NU ini. Namun, ia tetap eksis dan selalu berusaha menghidupkan aktivitas-aktivitas kebersamaannya antara PCINU LN yang ada.
    Beberapa hari pasca muktamar, tepatnya hari Kamis 5 April 2010M, Forkom PCI NU LN mengadakan pertemuan di RM Sari Kuring Semanggi guna menindaklanjuti permohonan yang pernah diajukan kepada Ketum NU terpilih.
    Rapat yang hanya dihadiri beberapa anggota Forkom PCINU LN tersebut mendiskusikan bebrapa hal dan menghasilkan beberapa point yang akan disampaikan kepada Ketua Umum terpilih, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj. Di antaranya:    
    1.         Diskusi point-point yang pernah/telah didiskusikan sejak ICIS, pertemuan Bogor, dan pertemuan di Wisma 16 Asrama Haji Sudiang, Makassar tentang Forkom PCINU LN.
    2.       Forkom NU LN berfungsi sebagai forum untuk memfasilitasi “kepentingan” warga PCI LN dan ex PCI LN
    3.       Forkom NU LN dapat mengidentifikasi persoalan-persoalan di masing-masing negara dan sekaligus mencoba membuat roadmap penyelesaian masalah dg bantuan unsur2 struktural NU maupun network yang  dimiliki oleh Forkom NU LN
    4.       Forkom NU LN bisa menyusun program2 yang membantu bagi nahdliyin: beasiswa NU, pengiriman dai ke negara2 yang minim dai, advokasi TKI, dll
    5.       Menyampaikan misi ke Kyai Said:
    ·         Menyampaikan tahap-tahap pembentukan Forkom NU LN dan hasil-hasil pertemuan cikal bakal FOrkom NU LN
    ·         Permohonan pembentukan desk PCI Luar Negeri dan orangnya, usul misal Abdul Wahid Maktub atau Mas Ajie Hermawan.
    ·         Masing2 perwakilan mensosialiasikan perkembangan pembentukan Forkom NU LN ke pengurus PCI di negara masing2 dan segera memberikan feedback-nya.
    6.       Tim Adhoc Forkom NU LN: siapa2 yang sementara mewakili sbg spokesperson Forkom NU LN (Muladi, Ajie Hermawan, Azizan, Ifan Haryanto)
    7.        Dalam jangka pendek adhoc berkomunikasi dengan masing2 kontak person PCI untuk menentukan format, tanggung-jawab, Membuar SoP tugas dan fungsi serta Program jangka pendek (milis: agus Nihon, siapa yang mengelola/bertanggung-jawab, bertemu dengan Kang Said, milis, website, Database PCI NU).
    8.       Tim adhoc segera melaporkan progress terakhir ke milis.     

    Adapun anggota Forkom PCINU LN yang hadir pada acara pertemuan Semanggi 5 April 2010 adalah:
    1. Muladi (Pakistan).
    2. Ajie Hermawan (UK).
    3. Zahrul Muttaqien (Australia).
    4. Taufik Prabowo (Australia)
    5. Rosa (Australia).
    6. Anas Masudi (Libya).
    7. Hudalloh (Mesir).
    8. Fadhillah (UK).
    9. Edi Sunadi (Taiwan).
    10. Adib Susilo (UK).
    11. Azizan (Sudan).
    12. Masruchin (Sudan)

    Penutup
                    Setelah seminggu berada di Makassar dengan beraneka ragam suka dan duka bersama, kami (Syamsuddin dan Anas Mas'udi) pun ahirnya bisa kembali lagi ke Jakarta dengan penerbangan Batavia. Nammmun, sebelumnya kami sempat kuatir. Pasalnya pada waktu berangkat ke Makassar, kami hanya beli tiket pesawat untuk sekali penerbangan saja. Sementara, acara muktamar selesai pada hari Sabtu 27 Maret 2010M dan muktamirin sudah ada yang kembali pulang ke daerah masing-masing.
                    Informasi tentang akomodasi peserta muktamar di asrama haji Sudiang Makassar (sebagaimana yang kami dengar) hari Ahad 28 Maret. Sementara kami yang sudah mencari tiket ke Jakarta sejak hari Kamis 25 Maret untuk penerbangan hari Sabtu atau Ahad belum juga membuahkan hasil karena semua penerbangan dari Makassar ke Jakarta untuk hari Sabtu s/d Senin sudah penuh semua.
                    Kami sempat sedikit terganggu dengan pikiran ke mana kami akan tinggal nantinya jika masa sewa asrama haji Sudiang Makassar berahir pada hari Ahad 28 Maret. Tapi -Alhamdulillah- setelah kami konfirmasi kepada panitia, ternyata panitia acara muktamar masih tetap tinggal di asrama haji sampai hari Senin 29 Maret.
                    Dari hari ke hari, kami terus mencari dan mencari informasi tentang penjualan tiket penerbangan dari Makassar ke Jakarta. Hingga ahirnya kami menemukan jadwal penerbangan ke Jakarta yang kosong dua seat pada hari Senin. Dan ternyata perjuangan mencari tiket ke Makassar yang sebelumnya kami agendakan hari Ahad kembali ke Jakarta, membuahkan hikmah.
                    Dalam keterlambatan dan penantian kami menunggu penerbangan ke Jakarta, pada hari Ahad 28 Maret datang kepada kami seorang pengurus PBNU (pengurus lama) yang pernah berkunjung ke Libya dua kali mengajak ziarah ke tempat-tempat bersejarah. Ialah bapak Ir. Iqbal Sullam yang datang bersama KH. Saifuddin Amsir yang juga pernah berkunjung ke Libya untuk menndatangi undangan orang nomer satu di Libya, Muammar Qadhafi.
                    Kami berdua bersama dua orang PBNU dan dua delegasi muktamar dari PCINU Sudan berkeliling Makassar ziarah ke makam Sunan Diponegoro, makam Syekh Yusuf, makam Sultan Hasanuddin dan tempat dipenjaranya Sunan Diponegoro (Lotterdam). Kami berangkat dari selepas waktu dhuhur daerah setempat sampai sekitar jam 21.00 kami baru kembali ke asrama haji Sudiang setelah menyantap masakan khas Makassar, coto Makassar di depot Coto Dewi Makassar.
                    Alhamdulillah, perjuangan demi perjuangan dalam mengikuti kelangsungan muktamar NU ke 32 di Makassar, mulai dari persiapan pemberangkatan dengan proses perizinan yang ruwet dan ribet dari kampus serta urusan tiket Libya-Indonesia yang bertele-tele juga, bias kami lalui dengan baik. Banyak hikmah yang bisa kami ambil di sana. Semua keberhasilan  dan kesuksesan untuk bisa mengikuti acara muktamar NU ke 32 ini tidak terlepas dari support, doa dan kerjasama sahabat-sahabat pengurus PCINU Libya. Untuk sementara, hanya ini catatan muktamar yang bias kami tulis. Untuk selanjutnya dan lebih jelasnya, akan kami sampaikan secara losan –insyaallah- setelah kami kembali lagi ke Libya, yang kami jadwalkan -menyesuaikan dengan bookingan penerbangan- pada tanggal 10 Juni 2010M. Semoga semua amanat yang kamin emban bias terlaksana dengan baik. Buat semua anggota PCINU Libya kami ucapkan "Selamat bekerja keras untuk merayakan harlah NU dengan acara bazarnya dan selamat melaksanakan Konfercab PCINU Libya. Semoga semuanya bias berjalan dengan lancer dan semoga Ketua terpilih benar-benar dari "darah NU" yang nantinya bisa membawa NU Libya lebih cerah masa depannya. Wallahul Muwaffiq ila aqwamith thariq.  





    [1]. PBNU, LTN: kata pengantar "Ahkamul Fuqoha', Hasil-Hasil Muktamar dan Permusyawaratan Lainnya". 1 Februari 2010M. Hlm: V

0 comments:

Leave a Reply

Monggo dikomentari ...