• MARHABAN YA RAMADHAN

    By : Anas Mas’udi El Malawy

    “Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah agama Islam”

    (QS. Aly Imran:19)

    “Wahai orang-orang yang beriman … diwajibkan atas kamu berpuasa (Ramadhan), sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. 2: 183)

    “Allahumma baarik lanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighnaa Ramadhaan”

    “Saat datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka dikunci dan syetan-syetan dibelenggu” (HR. Imam Muslim)


    Islam berdiri di atas lima pondasi pokok yang saling terkait satu dengan lainnya dan kelima pondasi tersebut merupakan paku bumi atau ckaar alamnya. Jika salah satunya ditinggalkan, maka posisi Islam orang yg melakukan hal tersebut menjadi lemah. Lima pondasi tersebut dalam pelaksanaannya dijalankan dengan berurutan dan harus dilasanakan secara keseluruhan bagi yang bisa menjalankannya.

    Pondasi-pondasi tersebut sangat sesuai dengan etika atau norma dalam berinteraksi, baik dengan sesama, lingkungan maupun dengan Sang Pencipta. Lima pondasi tersebut adalah dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji yang kita kenal dengan “Rukun Islam”. Rasul SAW pernah bersabda : “Islam didirikan di atas lima perkara, yaitu Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusan Allah (dua kalimat syahadat), mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Ka'bah”. ( HR.Bukhari Muslim )

    Dari lima pondasi tadi yang paling esensi dan urgen, yang paling pertama dan yang paling utama adalah Dua Kalimat syahadat. Sebab semua amal perbuatan baik apapun yang dilakukan orang yang belum bersyahadat (kafir/non muslim) tidak bisa diterima. Sedangkan orang yang lahir dalam keadaan muslim cukup baginya syahadat orang tuanya, yakni tidak harus mengucapkannya lagi kelak di waktu ia sampai pada usia akil baligh. Pondasi yang pertama ini merupakan hubungan kusus antara Sang Khaliq dengan makhluqNya.

    Shalat adalah pondasi kedua yang merupakan tiangnya Islam. Barang siapa yang meninggalakan shalat berarti ia sama halnya merobohkan agama dan barang siapa menegakkan shalat berarti ia sama halnya menegakkan agama. Oleh karenanya shalat diwajibkan bagi setiap hamba yang sudah akil baligh tanpa terkecuali di manapun ia berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga tetap shalat menjadi kewajibannya. Dari satu sisi shalat merupakan sarana kusus bagi hamba untuk bermunajat pada Sang Penciptanya dan saat itulah saat yang paling dekat bagi seorang hamba kepada Tuhannya. Oleh karenanya sangat dianjurkan baginya untuk memohon petunjuk dan dan pertolongan kepada Sang Penciptanya saat ia melakukan shalat atau setelahnya. Dari sisi lain shalat memberi fungsi social jika dikerjakan dengan berjamaah. Di mana hal itu dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama.

    Berikutnya adalah zakat yang merupakan penyempurna amal ibadah puasa. Adapun urutannya yang dahulu dari pada puasa dalam hadis Nabi sAW itu menunjukkan bahwa zakat sangatlah penting dalam Islam untuk menunjang kemajuan pemeluknya karena itu bisa mengurangi jumlah kemiskinan yang ada. Dari sisi lain juga bisa dipahami bahwa hal tersebut menunjukkan akan perhatian Islam yg sangat besar terhadap masalah zakat karena di sana banyak dari umat Islam yang enggan untuk mengeluarkan zakat. Di mana mereka yang enggan mengeluarkan zakat tersebut cenderung bepikir matrealistis yang menganggap harta kekayaan yang dimiliki adalah jerih payahnya sendiri dan orang lain tidak berhak untuk memilikinya. Pola pikir seperti inilah yang menyebabkan kemunduran umat Islam.

    Jika puasa dapat membersihkan jiwa seorang hamba dari berbagai kotoran dan penyakitnya, maka zakat berfungsi untuk membersihkan harta bendanya dari barang-barang syubhat (yg tidak jelas halal dan haramnya). Jika seorang hamba telah dibersihkan jiwa dan hartanya, maka saat itulah ia berhak untuk berhari raya. Sehingga hari raya tersebut diberi nama “Iedul Fitri” yang artinya (dalam bahasa Arab) “hari raya kesucian”; yakni suatu hari di mana seorang hamba dapat kembali pada lembaran aslinya yang masih putih bersih laksana bayi yang baru lahir tanpa dosa dan noda.

    Adapun pondasi yang keempat adalah puasa yang merupakan salah satu perintah Allah sebagai upaya bagi seorang hamba untuk mengenali dirinya dan sebagai salah satu bentuk ujian bagi keimanannya. Dari satu sisi puasa dapat mengantarkan seseorang untuk menjadi seorang penderma jika ia mau berpikir tentang kelaparan yang dirasakan saat berpuasa di siang hari. Dari sisi lain puasa dapat meningkatan keimanan seorang hamba jika ia selalu ingat bahwa puasa adalah kewajiban dari Tuhannya. Pun dapat menurunkan keimanannya jika ia lalai akan datangnya kewajiban puasa tadi dari Sang Penciptanya.

    Dan pondasi yang terahir adalah haji yang merupakan salah satu sarana seorang hamba untuk interospeksi diri atas segala hal yang terlah dilakukan. Di mana saat menjalankan ibadah haji ia harus berkorban mengeluarkan banyak harta untuk bisa sampai ke tanah suci “Mekah”. Setelah sampai di sana semua symbol kemewahan harta dunia harus ia tanggalkan. Semua hamba saat itu dalam keadaan dan posisi yang sama di hadapan Ka’bah, baitullah. Hanya taqwa yang dapat membedakan perasaan haru dan senangnya saat berada di hadapan rumah suci tadi (ka’bah). Di sana ia dapat mengenang sejarah para panji-panji Islam yang dengan pengorbanannya Islam bisa jaya dan tersebar luas seantero dunia.

    Dalam waktu yang tidak lama lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh hikmah, barokah dan ampunan. Setiap amal kebaikan di dalamnya akan dimpahkan pahalanya dan setiap amal kejahatan akan dinanti taubatnya.

    Pada hari itu pintu-pintu surga dibuka oleh Allah, pintu-pintu neraka dikunci rapat dan syetan-syetam dibelenggu. Namun, apa arti semua itu? Kalau memang syetan-syetan dibelenggu pada bulan Ramadhan, tapi kenapa masih banyak kemaksiatan yang menusuk mata syariat pada hari-hari tersebut?

    Dalam konteks ini, hadis tersebut tidak bisa dipahami secara tektual saja. Namun juga dilihat dari perluasan pemahamannya. Allah swt tidak mungkin berbuat sesuatu tanpa ada manfaat atau hikmahnya.

    Hadis tersebut bisa dipahami juga bahwa dengan adanya pintu surga dibuka itu menunjukkan pintu-pintu kebaikan terbuka lebar dan pintu-pintu neraka yang ditutup itu berarti jalan menuju kemungkaran semakin sempit dan terhimpit. Sebagaimana dalam hadis Rasul saw “Sesungguhnya jujur itu mengantarkan pada kebaikan. Kebaikan mengantarkan pada hidayah. Hidah menyampaikan (pelakunya) ke dalam surga, dan dusta itu mengantarkan ada kejahatan. Kejahatan mengantarkan pada kesesatan, dan kesesatan menyampaikan (pelakunya) ke nerka”.

    Sebagai Muslim setidaknya merasa malu di hadapan teman sesamanya jika tidak berpuasa di bulan Ramadhan tadi. Jika puasa, nafsu menjadi lemah semangatnya dalam menggoda dan mengelabuhi jiwa untuk berbuat jahat. Walaupun, tidak harus berbuat hal yang mendatangkan kebaikan, minimal ia bisa mengurangi kemaksiatan yang kadang cenderung dilakukannya di luar bulan puasa. Dengan demikian, jika ia mersa terbiasa tanpa ada rasa terbebani dengan puasa tadi, lambat-laun ia yang dulunya terbiasa dengan perbuatan maksiat dengan sendirinya akan berubah menjadi baik.

    Adapun syetan-syetan yg dibelenggu itu bukan berarti kejahatan, kemaksiatan dan kemungkaran tidak ada pada bulan puasa. Kenapa? Karena manusia mempunyai hawa nafsu. Syetan adalah musuh manusia dari luar dirinya. Sedang hawa nafsu adalah musuh dalam selimut. Jadi, wajar saja jika dalam bulan Ramadhan masih banyaak ditemukan kejahatan, kemaksiatan dan kemungkaran di depan mata kita. Namun, minimal perbuatan-perbuatan maksiat dan mungkar tadi dapat terkendali oleh jiwa yg sedang berpuasa.

    Untuk itu, kita memerlukan konsep bagaimana dapat menjalani ibadah puasa Ramadhan ini dengan hasil yang maksimal. Untuk mengendalikan hawa nafsu adalah puasa. Namun, kadang puasa pun tidak mampu mengendalikannya. Karena nafsu berjalan dalam jiwa manusia itu seperti mengalirnya darah dalam tubuh. Sedangkan puasa hanya mampu memperlambat kendalinya saja.

    Hawa nafsu merupakan sarana kejahatan bagi syetan dalam jiwa manusia untuk menjerumuskannya ke jalan sesat. Jika jiwa seseorang sering mengonsumsi barang-barang haram, hawa nafsunya akan semakin subur. Karena makanan haram merupakan vitamin dan stamina bagi hawa nafsu. Jadi, sekalipun puasa tiap hari, kalau suka mengonsumsi barang haram, wajar kalau nafsunya sulit dikendalikan.

    Di sana ada beberapa tips untuk bisa mencapai keindahan Ramadhan dengan maksimal. Antaranya:

    - memperbanyal shalat-shalat sunnah. Perbanyak Shalat karena dalam bulan suci Ramadhan setiap amal kebaikan akan dilipat gandakan sebanyak-banyaknya.
    Shalat di bulan Ramadhan mempunyai nilai istemewa melebihi shalat-shalat di luar Ramdhan.

    - meningkatkan kualitas puasa. Imam Ghazali dalam Ihya’-nya membagi kualitas puasa menjadi 3; Pertama,.puasa awam, yakni menahan makan, minum, syahwat kepada lawan jenis di siang hari. Kedua, puasa khawash, yaitu puasa anggota badan dari yang haram, menahan mata, dari yang haram, menahan tangan dari yang haram, menahan tangan dari yang tidak hak, menahan langkah kaki dari jalan menuju yang haram, manahan telinga dari mendengarkan yang haram termasuk ghibah. Dan ketiga adalah puasa khawashul khawash, yaitu mengikat hati dengan kecintaan pada Allah SWT, tidak memperhitungkan selain Allah, membenci prilaku maksiat kepada-Nya.

    - tidak menyia-nyiakan waktu malam dengan begadang tanpa guan. Namun mengerjakan Qiyamul Lail. Qiyamul lail adalah madrasah yang agung dari madrasah pembinaan diri. Tidak ada yang mampu melakukannya kecuali orang-orang yang ikhlas.

    - membasahi lidah dengan dzikrullah. Dzikrullah adalah indikator hidupnya hati. Dzikrullah adalah peristirahatan bagi jiwa. Seorang Tabi'in mengatakan, "Sesungguhnya di dunia ini ada surga. Orang yang belum memasuki surga dunia, tidak masuk ke dalam surga akhirat. Surga dunia itu adalah dzikrullah.".

    - memperbanyak mengeluarkan shadaqah dan infaq, karena Allah pemilik
    Arsy akan membalsnya dengan sebaik-baik balasan.. Sebagaimana firman Allah: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,pinjaman yang baik (Menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan". (QS.Albaqarah:245).

    - memperbanyak baca Al Qur'an. Membaca Al Qur'an adalah ibadah paling utama di bulan Ramadhan. “Iqra’uu Alqur’an fainnahuu ya’tii yaumal qiyaamati syafii’an liashhabihi”.

    - memperbanyak taubat. Artinya, penyesalan atas perilaku kemaksiatan dan menjauh dari mengulangi dosa serta tekad untuk tidak mengulangi dosa. Semua kita memerlukan taubat setiap hari dari banyaknya dosa-dosa yang kita lakukan. Dalam Haditsnya Rasul SAW juga mengatakan, "Barangsiapa yang mendekatkan diri kepadaKu satu jengkal, aku akan mendekatinya satu hasta, dan barang siapa yang mendekatiKu satu hasta, Aku akan mendekatinya satu depa. Dan barangsiapa yang mendekatiKu dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari."(HR Muslim).

    - melakukan i'tikaf di dalam Masjid bagi orang yang tidak punya kepentingan lain, seperti bekerja, membantu orang tua dll. I'tikaf adalah sunnah yang selalu dilakukan Rasulallah SAW pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Bahkan pada tahun terakhir ketika beliau wafat, Rasulallah melakukan i'tikaf selama 20 hari. I'tikaf adalah tinggal di masjid untuk beribadah, meninggalkan urusan dunia dan kesibukannya. Seorang yang i'tikaf tidak keluar dari masjid kecuali karena darurat.

    - ridhalah dan ikhlas atas segala Ketetapan-Nya. Orang yang yang paling gembira di dunia adalah orang yang paling ridha dengan ketetapan Allah SWT. Sebab, dengan nerimo ing pandum, manusia tidak akan pernah dihinggapi rasa sedirh, susah, merana dll. Keridhaan adalah tingkatan paling tinggi dari sifat sabar.

    - berapang dada dan mudah memaafkan orang lain. Termasuk indikator paling jelas dari sikap lapang dada dan mudah memaafkan adalah kemampuan menahan marah, terutama saat kita mampu melampiaskan kemarahan itu. Sikap menahan marah merupakan sikap Nabi saw.

    - menjalin hubungan baik dengan siapapun. Seperti wasiat Rasul saw, …dan pergaulilah orang lain dengan pekerti yang baik”.

    - Berupaya membahagiakan kedua orang tua. Kita sangat memerlukan orang yang mau belajar kembali bagaimana caranya berbakti kepada orang tua. Bagaimana caranya menyalami dan mencium tangan mereka? Bagaimana caranya membantu mereka? kita telah banyak menyia-nyiakan hak kedua orangtua. Dalam hadits riwayat muslim,Rasulallah saw bersabda, "Rugi dan bangkrutlah orang bertemu dengan kedua-orangtuanya saat mereka sudah tua –salah satu atau keduanya- tapi keadaan itu tidak bisa menyebabkannya masuk Surga". (HR Muslim).

    - Berupaya meraih Lailatul Qadar dengan qiyamul lail. Malam yang paling mulia dalam satu tahun. Tidak ada keutamaan yang
    menyerupainya, ibadah pada malam itu lebih baik dari (ibadah) 1000 bulan. Kapankah malam Lailatul qadar? sejumlah hadits menyebutkan malam tersebut jatuh pada salah satu malam sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, terutama malam-malam ganjil. Rasulallah saw bersabda: "Barangsiapa yang bangun di waktu malam lailatul qadar
    dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu."(HR Bukhari).

    Demikian sekilas tentang keutamaan bulan suci Ramadhan dan tips untuk meraih keutamaan tersebut yang dapat penulis uraikan. Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita. Maka, jangan sampai disia-siakan. Hingga kelak kita akan merugi di kemudian hari.

    SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA DI BULAN SUCI RAMADHAN. SEMOGA AMAL IBADAH KITA DITERIMA OLEH-NYA, AMIIIN

0 comments:

Leave a Reply

Monggo dikomentari ...