• Nahdliyin di Libya Juga Peringati Nishfu Sya’ban


    Nahdliyin di Libya Juga Peringati Nishfu Sya’ban
    Kamis, 29 Juli 2010 15:39


    Tripoli,
     NU Online

    Tradisi nisfu sya’ban yang telah lama membudaya di Indonesia juga diperingati oleh warga Indonesia yang berdomisili di Libya dan dimotori oleh warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin). Selasa (27/6) malam kemarin warga Indonesia menghidupkankan tradisi ini di salah satu kediaman masyarakat Indonesia di Tripoli,  Ardi Wibisono.

    Seperti dilaporkan Faisal Hakim dari Tripoli, acara dimulai dengan shalat maghrib berjama’ah dilanjutkan dengan pembacaan surat yasin bersama. Setelah pembacaan surat yasin, acara dilanjutkan doa langsung dipimpin oleh salah satu jama’ah dengan khusuk dan khidmat yang diamini seluruh jama’ah.

    Acara dilanjutkan dengan sambutan dari tuan rumah dan diakhiri dengan ceramah singkat yang disampaikan oleh salah satu senior Nahdliyin Libya , H. Anas Mas’udi Lc. Ceramah yang membahas keutamaan bulan Ssya’ban ini dihidangkan dengan begitu sederhana, namun mampu membawa pendengar memahami isi ceramah. 

    Antara Ritual dan Budaya

    Seperti yang dipaparkan oleh penceramah, bulan Sya’ban adalah bulan yang mulia.  Beberapa hadits mengenai keutamaan bulan inipun tak luput dari penjelasan. Diantara hadist-hadits tersebut adalah hadits yang diriwayatkan Aisyah R.A yang menjelaskan bahwa tidak ada bulan yang paling banyak Rasulullah SAW berpuasa sunnah didalamnya selain bulan Sya’ban.

    Ceramah dilanjutkan dengan beberapa ulasan ulama mengenai rahasia keutamaan bulan sya’ban diantara bulan-bulan lainnya.

    Di sela-sela ceramah, tradisi Nishfu Sya’ban yang sudah mengakar saat ini di Indonesia juga sempat disinggung. Menurutm Anas Mas’udi, Islam datang tidak memberantas semua budaya yang ada dalam sebuah masyarakat. Namun, perlu dilakukan penelitian apakah budaya tersebut bertentangan atau tidak dengan syariat Islam. Apabila tidak berlawanan maka islam akan tetap melestarikannya dan atau sebaliknya, maka  islam tidak akan segan-segan untuk melarangnya.

    Menurutnya, Islam juga melahirkan budaya-budaya yang sebelumnya sama  sekali tidak ada di zaman Rasulullah SAW seperti Maulid Nabi SAW, isra mi’raj,  tahun baru hijryah, nisfu sya’ban dan lain sebagainya. Budaya- budaya yang  seperti  inilah yang dilestarikan dan dikembangkan ulama-ulama di Indonesia semenjak dahulu hingga saat ini.

    Budaya – budaya ini muncul sebagai sarana dakwah agar islam tetap eksis di tengah-tengah masyarakat disamping menambah  nilai-nilai religius dalam kehidupan mereka. “Inilah alasan mengapa para ulama melestarikan budaya ini,” lanjutnya.

0 comments:

Leave a Reply

Monggo dikomentari ...