• Menelisik Rayuan Setan Dalam Kisah Nabi Yusuf (2)

    Yusuf Dalam Godaan Nafsu Durjana

    Yusuf hidup tenang dan tenteram di rumah Fathifar, Ketua Polisi Mesir. Sejak ia menginjakkan kakinya di rumah itu i$a mendapat kepercayaan penuh dari kedua majikannya untuk mengurus rumah-tangga mereka dan melaksanakan perintah demi keperluan mereka dengan senang hati, ikhlas dan jujur, tiada menuntut upah dan balasan. Ia menganggap dirinya di rumah itu bukan sebagai hamba bayaran, tetapi sebagai salah seorang dari anggota keluarga. Demikian pula anggapan majikannya, suami-isteri terhadap dirinya.

    Ketenangan hidup dan kepuasan hati yang diperoleh oleh Yusuf selama ia tinggal di rumah Fathifar, telah mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan tubuhnya. Ia yang telah dikaruniai kesempurnaan jasmani dengan kehidupan yang senang di rumah Futhifar, makin terlihat tambah segar wajahnya, tambah elok parasnya dan tambah tegak tubuhnya, sehingga ia menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa yang menggiurkan hati setiap wanita yang melihatnya, tidak terkecuali isteri Fathifar, majikannya sendiri, bahkan bukan tidak mungkin ia akan menjadi rebutan lelaki, andaikata ia hidup di kota Sadum di tengah-tangah kaum nabi Luth ketika itu.

    Dari hari ke hari di bawah satu atap rumah Yusuf pemuda yang gagah perkasa dan Nyonya Fathifar, seorang wanita muda cantik dan ayu, tidak akan terhindar dari resiko pergaulan yg akan menimbulkan perbuatan maksiat, bila ia tidak punya kekuatan iman dan takwa yang menyekat hawa nafsu yang selalu menyeru pada kejahatan. Demikian lah apa yang terjadi terhadap Yusuf dan isteri Ketua PolisiMesir.

    Yusuf, pada hari-hari pertamanya berada di tengah-tengah keluarga, Nyonya Fathifar tidak menganggapnya sebagai orang lain dan tidak memperlakukannya sebagai pembantu rumahtangga. Ia seperti anaknya sendiri yang cakap, tangkas, giat dan jujur, berakhlaq dan berbudi pekerti baik. Pada mulanya nyonya Fathifar hanya mengagumi sifat-sifat luhurnya itu serta kecakapan dan ketangkasan kerjanya dalam menyelesaikan setiap urusan dan tugas yang dipasrahkan kepadanya. Namun ahirnya timbul dari dirinya rasa cinta yg biasanya didahului oleh rasa simpati.

    Rasa simpati dan kekaguman Nyonya Fathifar terhadap cara kerja Yusuf, lama-kelamaan berubah menjadi simpati dan kekaguman terhadap paras mukanya. Gerak-gerik dan tingkah laku Yusuf diperhatikan dari jauh dan diliriknya dengan penuh hati-hati. Bunga api cinta yang masih kecil di dalam hati Nyonya Fathifar terhadap Yusuf makin hari makin membesar dan membara setiap kali ia melihat Yusuf berada dekatnya atau mendengar suaranya dan suara langkah kakinya. Walaupun ia telah berusaha memadamkan api yang tengah membara dan menghalau nafsu berahi yang sedang bergelora dalam hatinya demi menjaga muruahnya sebagai majikan dan mepertahankan sebagai isteri Ketua Polis, ia tetap tidak mampu menguasai perasaan itu dengan kekuatan akalnya.
    Bila ia duduk seorang diri, terbayanglah di depan matanya akan paras Yusuf yang elok dan tubuhnya yang bagus dan bayangan itu senantiasa melekat di depan mata dan hatinya. Sekalipun ia sudah berusaha untuk menghilangkan dengan mengalihkan perhatiannya kepada urusan dan kesibukan rumahtangga, bayangan itu tetap menghantuinya. Dan ahirnya Nyonya Fathifar menyerah tunduk pada kehendak dan panggilan nafsunya yang mendapat dukungan setan.

    Nyonya Fathifar memasang taktik, mamancing-mancing Yusuf agar ia lebih dahulu mendekatinya demi menjaga kehormatan dirinya sebagai isteri Ketua Polisi. Ia selalu berdandan dan berhias indah jika Yusuf berada di rumah. Ia berupaya menggerakkan rangsangan Yusuf dengan wangi-wangian dan memperagakan gerak-gerik dan tingkah laku yg menarik perhatian, seakan-akan dengan tidak sengaja bagian tubuhnya yang menggiurkan hati orang lelaki diperlihatkan pada Yusuf.

    Yusuf yang tidak sadar akan Zulaikha yg telah mencintainya menganggap perlakuan manis dan pendekatan Zulaikha kepadanya adalah hal biasa sebagaimana pesan Fathifar kepada isterinya ketika ia baru dibawa pulang dari tempat perlelangan. Ia berlaku seperti biasa, sopan, santun dan bersikap hormat tidak sedikit pun terlihat dari dirinya tindakan yang menandakan bahwa ia terpikat oleh gaya dan aksi Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya. Yusuf sebagai calon Nabi telah dibekali oleh Allah dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur dan budi pekerti yang tinggi. Ia tidak akan terjerumus melakukan maksiat yang sekaligus merupakan perbuatan atau tindakan khianat terhadap orang yang telah mempercayainya dan memperlakukannya sebagai anak serta memberinya tempat di tengah-tengah keluarganya.

    Sikap dingin dan acuh tak acuh dari Yusuf terhadap rayuan dan tingkah laku Zulaikha yang bertujuan membangkitkan nafsu syahwatnya menjadikan Zulaikha tambah panas hati dan bertekad akan berusaha terus sampai maksudnya tercapai. Jika aksi samar-samar yang ia lakukan tetap tidak dimengertikan oleh Yusuf Yang dianggapnya berdarah dingin itu, maka akan dilakukannya secara berterus terang dan kalau perlu dengan cara paksaan sekalipun.

    Zulaikha tidak tahan lebih lama menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap bersikap dingin, acuh tak acuh terhadap rayuan dan ajakan yang samar-samar darinya. Suatu hari ada kesempatan emas bagi Zulaikha untuk merealisasikan niatnya terhadap Yusuf. Ketika sang suami tidak ada di rumah, Zulaikha masuk ke bilik tidurnya seraya berseru kepada Yusuf agar mengikutinya. Yusuf segera mengikutinya dan masuk ke bilik di belakang Zulaikha, sebagaimana ia sering melakukannya bila di mintai pertolongan untuk melakukan sesuatu di dalam bilik. Sesekali tidak terlintas dalm fikirannya bahwa perintah Zulaikha kali ini untuk masuk ke biliknya bukanlah sekedar perintah untuk melakukan suatu yang biasa diperintahkan kepadanya. Ia baru sadar ketika berada di dalam bilik. Pintunya dikunci oleh Zulaikha, tabir disisihkan kemudian ia berbaring seraya berkata kepada Yusuf: "Kemari, hai Yusuf! Inilah aku sudah siap bagimu, aku tidak tahan menyimpan lebih lama lagi rasa rinduku kepada sentuhan tubuhmu. Inilah tubuhku kuserahkan kepadamu, berbuatlah sekehendak hatimu dan sepuas nafsumu".

    Sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, Yusuf berkata: "Semoga Allah melindungiku dari godaan syaitan. Tidak mungkin wahai tuan puteriku aku akan melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika aku melakukan apa yang tuan puteri kehendaki, maka aku telah mengkhianati tuanku, suami tuan puteri, yang telah melimpahkan kebaikannya dan kasih sayangnya kepadaku. Kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadaku adalah suatu amanat yang tidak patut aku cederai. Sesekali aku tidak akan membalas budi baik tuanku dengan pengkhianatan dan penodaan nama baiknya. Selain itu Allah pun akan murka kepadaku dan akan mengutukku bila aku lakukan apa yang tuan puteri minta dariku ini. Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat oleh hambanya".
    Segera mata Zulaikha melotot dan wajahnya menjadi merah, tanda marah yang meluap-luap, akibat penolakan Yusuf terhadap ajaknya. Ia merasakan dirinya dihina dan diremehkan oleh Yusuf dengan penolakannya yang dianggap suatu perbuatan kurang ajar dari seorang pelayan terhadap majikannya yang sudah merendahkan dirinya untuk mengajaknya tidur bersama, tetapi ditolak mentah-mentah. Padahal tidak sedikit pembesar pemerintah dan orang-orang yg berkedudukan telah lama merayunya dan ingin sekali menyentuh tubuhnya yang elok itu, tetapi tidak dihiraukan oleh Zulaikha.
    Yusuf melihat mata Zulaikha yang melotot dan wajahnya yang menjadi merah, menjadi takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ia segera lari menuju pintu yang tertutup. Namun Zulaikha cepat-cepat bangun dari ranjangnya mengejar Yusuf yang sedang berusaha membuka pintu dengan menariknya kuat-kuat bagian belakang kemejanya sehingga terkoyak. Tepat pada saat mereka berada di belakang pintu sambil tarik-menarik, datanglah Fathifar yg mendapati mereka dalam keadaan yang mencurigakan itu.

    Dengan tanpa memberi kesempatan pada Yusuf untuk bicara, Zulaikha cepat-cepat berkata kepada suaminya yang masih berdiri tercengang memandang kedua orang kepercayaan itu: "Inilah dia Yusuf, hamba yang engkau puja dan puji itu telah berani secara kurang ajar masuk ke bilikku dan memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Berilah ia ganjaran yang setimpal dengan perbuatan biadabnya. Orang yang tidak mengenal budi baik kami ini harus dipenjarakan dan diberika siksaan yang pedih".

    Yusuf mendengar laporan dan tuduhan palsu Zulaikha kepada suaminya, tidak dpt berbuat apa-apa selain memberi keterangan apa yang terjadi sebenarnya. Ia berkata kepada majikannya, Fathifar: "Sesungguhnya dialah yang menggodaku, memanggil aku ke biliknya, lalu memaksaku untuk memenuhi nafsu syahwatnya. Aku menolak tawarannya itu dan lari menyingkir darinya. Namun ia mengejarku dan menarik kemejaku dari belakang hingga terkoyak". Fathifar dalam keadaan bingung. Sipakah yang benar di antara kedua orang kepercayaannya ini? Yusufkah yang selama hidup bersama dirumahnya yg belum pernah berkata dusta, ataukah Zulaikha yang dalam pikirannya tidak mungkin akan mengkhianati suaminya? Dalam keadaan demikian itu datanglah seorang dari keluarga Zulaikha, yaitu saudaranya sendiri yang dikenal bijaksana, pandai dan selalu memberi pertimbangan yang tepat bila dimintai pikiran dan nasehatnya. Atas permintaan Fathifar untuk memberikan pertimbangan dalam masalah yang membingungkan ini, berkatalah saudaranya: "Lihatlah! Jika kemeja Yusuf itu terkoyak bagian belakangnya, maka ialah yang benar dan isterimu yang dusta. Namun jika yg terkoyak adalah bagian depan kemejanya, maka dialah yang berdusta dan isterimu yang berkata benar".
    Fathifar berkata kepada isterinya setelah persoalannya menjadi jelas dan tabir rahasianya terungkap:"Beristighfarlah engkau Zulaikha dan mohonlah ampun atas dosamu. Engkau telah berbuat salah dan dusta untuk menutupi kesalahanmu. Memang yang demikian itu adalah sifat-sifat dan tipu daya kaum wanita yang sudah kami kenal".

    Kemudian berpalinglah dia menghadap Yusuf dan berkata kepadanya:"Tutuplah rapat-rapat mulutmu wahai Yusuf, dan ikatlah lidahmu, agar masalah ini akan tetap menjadi rahasia yang tersimpan di sekeliling dinding rumah ini dan jangan sesekali sampai keluar hingga nantinya menjadi buah bibir masyarakat. Anggap saja persoalan ini sudah selesai sampai disini".

    Ada sebuah pribahasa yang berbunyi: "Tiap rahasia yang diketahui oleh dua orang pasti tersiar dan diketahui oleh orang ramai”. Demikian juga peristiwa Zulaikha dengan Yusuf yang dengan kuat ingin ditutupi oleh keluarga Futhifar. Namun tidak perlu menunggu lama untuk menjadi rahsia umum. pada mulanya orang berbisik-bisik dari mulut ke mulut, menceritakan kejadian itu, tetapi makin hari makin meluas dan makin menyebar ke tiap-tiap pertemuan dan menjadi bahan pembicaraan di kalangan wanita-wanita dari golongan atas dan menengah. Kecaman-kecaman yang bersifat sindiran maupun yang terang-terangan mulai dilontarkan orang terhadap Zulaikha, isteri Ketua Polisi Negara. Isu yang menyeabar mengatakan bahwa Zulaikha bercumbu-cumbuan dengan pelayannya sendiri, seorang hamba belian dan itu sangat memalukan, apalagi si pelayan menolak ajakannya tersebut dan tatkala melarikan diri darinya ia berusaha mengejar, namun tidak bisa mendapatinya. Bahkan sampai bagian belakang kemejanya terkoyak.

    Kecaman-kecaman, sindiran-sindiran dan ejekan-ejekan orang terhadap dirinya akhirnya sampai di telinga Zulaikha. Ia menjadi susah dan sedih hati karena peristiwa dirinya dengan Yusuf yg selama ini sangat dirahsiakan telah terbongkar dan menjadi buah bibir orang banyak yang dengan sendirinya membawa nama baik keluarga dan nama baik suaminya sebagai Ketua Polisi Negara yang sangat disegani dan dihormati menjadi tercemar. Zulaikha sangat marah dan jengkel terhadap wanita-wanita sekelasnya, isteri-isteri pembesar yang tidak henti-hentinya dalam pertemuan mereka selalu menyinggung namanya dengan ejekan dan kecaman sehubungan dengan peristiwa dirinya dengan Yusuf.

    Untuk mengakhiri desas-desus dan kasak-kusuk kaum wanita, para isteri pembesar itu, Zulaikha mengundang mereka ke suatu jamuan makan di rumahnya. Ia bermaksud ingin membuat kejutan pada mereka dengan memperlihatkan Yusuf yang telah menawan hatinya sehingga menjadikan lupa akan muru’ah dan kedudukannya sebagai isteri Ketua Polisi Negara. Dalam pesta itu para undangan diberi tempat duduk yang empuk dan masing-masing diberi sebilah pisau yang tajam untuk memotong daging dan buah-buahan yang tersedia.

    Setelah masing-masing tamu menduduki tempatnya dan dipersilahkan menikmati hidangan yang sudah tersedia di depannya, maka tepat pada saat mereka sibuk mengupas buah pisau yg ada ditangan masing-masing, Yusuf diminta keluar oleh Zulaikha agar berjalan sebagai peragawan di hadapan wanita-wanita yang sedang sibuk memotong buah-buahan itu. Tanpa disadari para tamu wanita yang sedang memegang pisau dan buah-buahan tadi terperanjat kagum dengan keindahan wajah dan tubuh Yusuf, mereka melukai jari-jari tangannya sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepala keheranan. Kemudian berkatalah mereka:"Maha Sempurna Allah. Ini bukanlah manusia. Ini adalah seorang malaikat yang mulia”.

    Zulaikha bertepuk tangan gembira melihat siasatnya berhasil sambil menunjuk jari-jari wanita yang teriris dan mencucurkan darah itu berkatal: "Inilah dia Yusuf, yang menyebabkan aku menjadi bualan ejekanmu dan sasaran kecaman-kecaman orang. Tidakkah kamu setelah melihat Yusuf dengan mata kepala kepala sendiri bisa menerima alasanku jika ia menawan hatiku dan membangkitkan hawa nafsu syahwatku sebagai seorang wanita muda yang tidak pernah melihat orang setampan parasnya, seindah tubuhnya dan seluhur akhlaknya? Salahkah aku jika aku tergila-gila olehnya, sampai lupa akan kedududkanku dan kedudukan suamiku? Kamu yang hanya melihat Yusuf sepintas saja sudah kehilangan kesedaran sehingga bukan buah-buahan yang kamu kupas tetapi jari-jari tanganmu yang teriris. Maka herankah kamu kalau aku yang berkumpul dengan Yusuf di bawah satu atap melihat wajah dan tubuhnya serta mendengar suaranya setiap saat dan setiap detik sampai kehilangan akal hingga tidak dapat mengendalikan nafsu syahwatku saat menghadapinya? Aku harus mengaku di depan kamu bahwa memang akulah yang menggodanya dan merayunya dan dengan segala daya upaya ingin memikat hatinya dan mengundangnya untuk menyambut cintaku dan melayani nafsu syahwatku. Akan tetapi dia bertahan diri, tidak menghiraukan ajakanku dan bersikap dingin terhadap rayuan dan godaanku. Ia makin menjauhkan diri jika aku mencoba mendekatinya dan memalingkan pandangan matanya dari pandanganku bila mataku memandang matanya. Aku telah merendahkan diriku sebagai isteri Ketua Polisi Negara kepada Yusuf yang hanya seorang hamba sahaya dan pembantu rumah, namaku sudah terlanjur ternoda dan menjadi ejekan orang karenanya, maka bila tetap membangkang dan tidak mau menuruti kehendakku, aku tidak akan ragu-ragu akan memasukkannya ke dalam penjara sepanjang waktu sebagai pengajaran baginya dan imbalan bagi pencemaran namaku oleh perbuatannya”.

    Kata-kata ancaman Zulaikha terhadap Yusuf menggugah hati para wanita yang menaruh simpati dan rasa kasihan kepada Yusuf. Mereka menyayangkan jika tubuh yang indah dan wajah yang tampan serta berbudi pekerti dan berakhlak luhur itu patut dipenjarakan dan dimasukkan ke tempat orang-orang yang melakukan kriminal. Berkatalah salah seorang yang menghampirinya:"Wahai Yusuf! Mengapa engkau berkeras kepala menghadapi Zulaikha yang menyayangimu dan mencintaimu? Mengapa engkau menolak ajakan dan seruannya terhadapmu? Suatu keberuntungan besar bagimu ada seorang wanita cantik seperti Zulaikha yang bersuamikan seorang pembesar negara tertarik kepadamu dan menginginkan pendekatanmu. Ataukah mungkin engkau adalah seorang lelaki yang lemah syahwat hingga karena itu kamu tidak tertarik oleh kecantikan serta keelokan seorang wanita muda seperti Zulaikha”.

    Berkata pula wanita lainnya: "Jika sekiranya kamu tidak tertarik kepada Zulaikha karena kecantikannya, terimalah ajakannya demi kekayaannya dan kedudukan suaminya. Sebab jika engkau dapat menyesuaikan dirimu dengan kehendak Zulaikha dan mengikuti segala perintahnya niscaya engkau akan dianugerahi harta yang banyak dan mungkin pangkatmu pun akan dinaikkan”.

    Menyambung berikutnya seorang tamu yg lain memberi nasihat: "Wahai Yusuf! pikirkanlah baik-baik dan camkanlah nasihatku ini: Zulaikha sudah berketetapan hati harus mencapai tujuannya dan memperoleh apa yang dikehendakinya darimu. Ia sudah terlanjur diejek dan dikecam orang dan sudah terlanjur namanya menjadi bualan di masyarakat karena engkau, maka dia mengancammu jika engkau tetap bersikeras dan tidak melunakkan sikapmu terhadap tuntutannya. Ia pasti akan memasukkan engkau ke dalam penjara sebagai penjahat. Engkau tahui bahwa suami Zulaikha adalah Ketua Polisi Negara yang berkuasa memenjarakan seseorang ke dalam tahanan dan engkau mengetahui pula bahwa Zulaikha sangat berpengaruh kepada suaminya. Sayangilah dirimu wahai Yusuf yang masih muda dan tampan ini, dan ikutilah perintah Zulaikha agar engkau selamat dan terhindar dari akibat yang tidak kami inginkan jika hal ini terjadi pada dirimu”.

    Kata-kata nasihat dan bujukan para wanita, tamu Zulaikha itu didengar oleh Yusuf dengan telinga kanan dan keluar ke telinga kirinya. Tidak satu pun darinya yang dapat masuk ke lubuk hatinya atau menjadi bahan pertimbangannya. Akan tetapi walaupun ia percaya kepada dirinya, tidak akan terpengaruh oleh bujukan dan nasihat-nasihat itu. Ia merasa kuatir bahwa jika masih tinggal lama di tengah-tengah pergaulan itu akhirnya mungkin ia akan terjebak dan masuk ke dalam perangkap tipu daya dan tipu muslihat Zulaikha dan kawan-kawan wanitanya.

    Berdoalah Nabi Yusuf memohon kepada Allah agar memberi ketetapan iman dan keteguhan tekad kepadanya untuk tidak tersesat oleh godaan setan dan tipu muslihat kaum wanita yang akan menjerumuskannya ke dalam lembah kemaksiatan dan perbuatan mungkar. Berucaplah ia di dalam doanya:" Ya Tuhanku! sesungguhnya aku lebih suka dipenjarakan daripada aku berada di luar tetapi harus memperturutkan hawa nafsu para wanita itu. Lindungilah aku wahai Tuhanku dari pergaulan orang-orang yang hendak membawaku ke jalan yang sesat dan memaksaku melakukan perbuatan yang Engkau tidak ridhai. Bila aku dipenjara akan kubulatkan pikiranku serta ibadahku kepadamu wahai Tuhanku. Jauhkanlah dariku rayuan dan tipu daya wanita-wanita itu, supaya aku tidak termasuk dari orang-orang yang bodoh dan sesat”.

    Fathifar, ketua polisi Negara, suami Zulaikha mengetahui dengan pasti bahwa Yusuf bersih dari tuduhan yang dilemparkan kepadanya. Ia juga sadar bahwa isterinyalah yang menjadi biang keladi dalam peristiwa yang sampai mencemarkan nama baik keluarganya. Akan tetapi ia tidak dapat berbuat selain mengikuti nasihat isterinya yang menganjurkan agar Yusuf dipenjarakan. Karena dengan memasukkan Yusuf ke dalam tahanan, pendapat umum akan berubah dan berbalik akan menuduh serta menganggap Yusuflah yang bersalah dalam peristiwa itu dan bukan Zulaikha. Dengan demikian mereka berharap nama baiknya akan pulih kembali dan desas-desus serta kasak-kasuk masyarakat tentang rumahtanggannya akan berakhir. Demikianlah, maka perintah dikeluarkan oleh Futhifar dan masuklah Yusuf ke dalam penjara sesuai dengan doanya. Kisah tersebut tercover dalam al Qur’an surat Yusuf ayat 22 sampai 35.

0 comments:

Leave a Reply

Monggo dikomentari ...