• Tiga serangkai dalam kehidupan

    Tiga serangkai dalam kehidupan
    by: Afy El Pasuruani


    Ungkapan tiga seragkai sering kita dengar ditendensikan pada suatu kelompok tertentu dalam sebuah pergaulan, persahabatan atau group band . Sebagaimana “empat sekawan”, ”Tiga Dara”, “Dewa 19”, dan lain-lain. Namun ungkapan tiga serangkai di sini bukanlah suatu nama untuk sebuah kelompok tertentu sebagaimana nama-nama tersebut.


    Tiga serangkai di sini mempunyai arti sebuah satuan benda atau sifat yang berjumlah tiga dan terangkai dalm suatu gerak atau aktifitas tertentu. Di mana jika salah satu dari tiga serangkai tadi dinafikan, akan membuat suatu gerak atau aktifitas tadi tidak sempurna, atau bahkan bisa menjadi suatu aktifitas yang batil (dalam agama). Tiga serangkai tersebut sangat erat dalam kehidupan kita sehari-hari. Hanya saja mungkin mayoritas kita belum sempat berfikir ke arah sana, atau mungkin sudah pernah menemukannya, tapi tidak menjadi salah satu perhatian dalam pemikirannya padahal tiga serangkai ini sangat layak dan perlu untuk kita poerhatikan.


    Tiga serangkai ini ada yang berkaitan dengan waktu, wahyu, ketaatan, akhlak, keturunan, makhluk hidup dan bahkan benda mati dan lain sebagainya. Adapun yang berkaitan dengan waktu bisa kitya contohkan sebuah jam, di dalamnya pasti ada tiga benda yang serangkai, baik itu berbentuk suatu benda yang terlihat seperti jarum jam yang jumlahnya tiga. Satu untuk menunjukkan putaran tiap satu jam, yang kedua jarum menit dan ketiga jarum detik, atau terkadang hanya berupa suara saja. Jika salah satu dari ketiganya tadi ditiadakan, menurut hukum kebiasaan akan tampak kurang sempurna karena pada umumnya jam itu terdiri dari tiga unsur tersebut. Begitu juga macam-macam waktu dalam sehari. Ada pagi, siang dan malam.
    Dalam wahyu ada pencipta atau pemberi wahyu (Allah), ada perantara wahyu (Jibril), ada penerima wahyu (Nabi atau Rasul). Namun dalam hal ini ada sedikit perbedaan dengna tiga serangkai lainnya, Karena Allah sebagai pencipta wahyu bebas berkehendak dalam berbuat, yakni Dia bebas berkehendak menyampaikan wahyu dengan perantara atau tanpa perantara. Atau mungkin rangkaian tersebut bisa diubah menjadi Sang pencipta wahyu (Allah), perantara wahyu (Rasul) dan penerima sekaligus pelaksana wahyu (umat manusia). Rasul di sini bisa berarti Rasul dari kalangan malaikat (Jibril) dan bisa berarti pula dari kalangan manusia (Nabi/Rasul).


    Dalam ketaatan ada Allah, Rasul dan orang tua. dalam konteks taat kepada orang tua ada perluasan makana yang berarti : taat pada orang tua sendiri, orang tua istri atau suami dan guru. Kita wajib taat kepada ketiganya, baik tiga yang pertama ataupun tiga yang ke dua. Dalam hal taat pada tiga yang pertama, merupakan suatu keharusan, bahkana da sebagian Ulama yang mengatakan jika kita meniadakan taat salah satu dari tiga tersebut maka taat kita kepada yang dua bisa batal atau tidak sah.


    Begitu juga taa pada tiga yang ke dua, yakni orang tua sendiri, orang tua dan guru itu juga wajib, karena orang tua telah melahirkan dan membiayai hidup kita, mertua telah melahirkan dan memebiayai istri kita dan guru telah mendidik dalam membentuk karakter kita.


    Hal tersebut sesuai dengan firman Allah "Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan Rasul-Nya dan ulil amri (setiap orang yang punya kuasa atas urusan kita, seperti pemerintah dalam kenegaraan, guru dalam keilmuan, orang tua dalam keluarga dan lain lain) dari kalian. (QS> An-Nisa : 59). Dan hadits Rasul "Ridha Allah ada pada Ridha orang tua dan murka Allah Ada pada murka orang tua".


    Dalam konteks akhlak ada husnu dzon, husnul khuluk, husnul khatimah. Dan juga sebaliknya, ada suu dzon, suul khuluk dan suul khatimah. Ketiganya merupakan serangkain yang saling beruntun dan menyempurnakan.


    Dalam keturunan ada suami istri dan anak. dalam konteks makhluk hidup ada manusia jin dan malaikat. Dalam benda mati yang erat dalam kehidupan kita, ada matahari bulan dan bintang, dan masih banyak lagi yang belum terungkap. Dimana dalam hal seperti ini perlu ada kajian yang intensif yang tidak mungkin kajiannya di tulis secara detail dalam buletin SAHARA ini.


    Demikianlah sedikit ulasan tentang tiga serangkai yang mungkin masih baru dan belum diterima oleh banyak dari hasanah keilmuan jika istilah tersebut ditendensikan pada keilmuan atau sains. Tapi paling tidak tulisan ini bisa menggambarkan betapa pentingnya tafakkur dan tadabbur itu, karena itu akan membuka cakrawala pengetahuan kita, oleh karena itu bertafakkurlah, bertadabburlah. Rasulullah bersabda "Bertafakkurlah pada ciptaan Allah dan jangan bertafakkur pada zat Allah, karena akal kalian selamanya tidak akan mampu melakukannya"

0 comments:

Leave a Reply

Monggo dikomentari ...