• ISRA' & MI'RAJ


    CERMIN KEHIDUPAN UMAT MANUSIA


    Anas Mas'udi El Malawi

    Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya (Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 17: 1)

    Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (QS. 53: 3-10)

    Iman dan Taqwa merupakan kunci kebahagiaan di dunia dan aherat bagi umat manusia. Dengan iman dan taqwa manusia dapat menemukan ketenangan jiwa dan kebahagiaan yang sebenarnya di dunia dan aherat. Dengan iman dan taqwa manusia akan mendapatkan cinta dari sesamanya dan juga dari Tuhannya, bahkan binatang-binatang pun akan segan dan tidak berani mencelakainya karena Allah senantiasa bersama orang-orang yg bertaqwa

    وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (البقرة:194) .

    Oleh karena taqwa merupakan derajat atau maqam yg istimwa, baik di antara sesama manusia maupun di sisi Allah, tidak semua orang mampu mncapai derajat tersebut dengan mudah. Di sana banyak tantangan, rintangan, hambatan dan cobaan yang sengaja discenariokan oleh Allah untuk mengetahui mana di antara hambaNya yg paling bertaqwa dan baik amalnya.

    الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً

    Namun, Allah tidak membiarkan hambaNya lepas bebas begitu saja tanpa petunjuk bagaimana seseorang dapat mencapai derajat taqwa tadi. Di sana Allah menggambarkan beberapa cara dan petunjuk dalam riwayat hidup para utusan dan kekasihnya. Sebagaimana difirmankan dalam QS. Al Ahzab; 21

    لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا

    Antaranya tercover dalam kisah perjalanan hidup Rasul saw.

    Perjalanan Kisah Isra' & Mikraj

    Lima belas abad yg silam, tepatnya pada bulan Rajab, bulan yg penuh dengan berkah dan kemuliaan, baginda Rasul saw mendapat panggilan untuk menghadap langsung kepada Allah, Tuhan semesta alam guna menerima amanat dan hadiah yg paling berharga bagi umatnya, yg tercover dalam peristiwa Isra' & Mi'raj.

    Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang sangat menyedihkan. Seolah tiada celah harapan masa depan bagi risalah yg diemban. Selang beberapa masa sebelum peristiwa Isra' & Mi'raj, isteri tercintanya Khadijah RA dan pamannya, Abu Thalib yang menjadi dinding perjuangannya meninggal dunia. Sementara tekanan fisik maupun psikologis kafir Quraisy terhadap perjuangan beliau semakin berat. Waktu itu seolah beliau kehilangan pegangan, kehilangan arah.

    Dalam situasi seperti itu, rahmat Allah yg meliputi segalanya, mengalahkan dan menundukkan segala sesuatunya, mendatangi beliau. Suatu malam Allah mengutus malaikat Jibril dan Mikail mendatangi baginda Rasul SAW guna menghiburnya dari duka nestapa yg baru saja menimpa dirinya dan menunjukkan tanda kebesaran Allah di alam raya ini. Hingga dengan demikian baginda Rasul SAW semakin yakin dan mantap dalam mengemban amanat risalah ilahiyah.

    Pada malam itu beliau sedang berada di rumah saudari sepupunya, Hindun puteri Abu Thalib yang mendapat nama panggilan Umm Hani'. Baru saja beliau terselip dalam tidur, tiba-tiba atap rumahnya terbuka. Bersamaan dg itu turun dari langit dua sosok tubuh seperti manusia menghampiri beliau. Beliau pun terbangun. Namun beliau ahirnya mengerti kalau tamu tak diundang itu adalah malaikat utusan Allah swt. Beliau kemudian diajak keluar rumah pergi menuju sumur zam-zam. Di sana beliau dibaringkan oleh malaikat tadi dan dadanya dibedah. Kemudian hatinya dibersihkan dg air zam-zam dan diisikan ke dalamnya iman dan hikmah. Setelah selesai dioperasi beliau disuruh wudhu dg air zam-zam. Kemudian disampaikan kabar bahwa beliau dipanggil Allah untuk menghadap langsung.

    Sejenis seekor hewan yg disebut "Buraq" yg didatangkan bersama kedua malaikat tadi pun merunduk siap mengantarkan Rasul SAW memenuhi panggilan Allah. Namun sebelum bertemu Allah, baginda Rasul diperlihatkan ayat-ayat kebesaran ciptaanNya dan beberapa keadaan umatnya.

    Berangkatlah baginda Rasul dg Buraq disertai kedua malaikat (isra') dari Masjidil Haram (Mekah) menuju Masjidil Aqsha (Palestina). Dalam pejalanan beliau sempat singgah di bukit Sina'I (Tur Saina'), tempat Nabi Musa AS menerima wahyu. Lantas beliau shalat dua rakaat di tempat itu. Pun beliau sempat singgah dan shalat di Bait al Lahm (Betlehem), tempat kelahiran Nabi Isa AS. Setelah sampai di Masjidil Aqsha, beliau disambut para Anbiya' dan Rasul pendahulunya. Kemudian beliau diminta untuk menjadi imam mereka dalam shalat.

    Setelah itu beliau melanjutkan perjalanannya menuju Sidratul Muntaha (mikraj). Namun sebelum meneruskan perjalanan, malaikat Jibril menyodorkan dua minuman kepada beliau, susu dan khamr. Tanpa ragu beliau langsung mengabil air susu dan meminumnya. Setelah diminum, malaikat Jibril berkata, "Tepat sekali pilihan kamu. Itu adalah gambaran fitrah (kesucian) umatmu". Andai Rasul mengambil khamr waktu itu, niscaya umatnya akan berpaling dari ajaran-ajaran yg dibawanya. Setelah itu, mereka baru melanjutkan perjalanannya menuju langit ke arah Sidratul Muntaha (mikraj).

    Dalam perjalanan itu ada suara lelaki yg memanggil beliau dari arah kanan dan kiri. Namun, sama sekali beliau tidak merespon panggilan tersebut. Setelah itu datang pula panggilan suara perempuan dari arah depan. Beliau pun tidak memperdulikannya. Hingga ahirnya sampai di pintu langit. Di mana panggilan tersebut kemudian dipahami bahwa panggilan yg datang dari arah kanan dan kirinya merupakan gambaran umat Yahudi dan Nasrani yg senantiasa mengganggu aktivitas umat Islam. Yg juga berarti umat Islam harus waspada terhadap mereka dan kalau tidak dalam keadaan terpaksa, tidak perlu bekerja sama dengan mereka.

    Begitu sampai di langit, Rasul bertemu Nabi Adam AS di langit pertama. Di langit kedua bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf. Di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris. Di langit kelima bertemu dengan Nabi Daud. Di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim AS.

    Kemudian sampailah baginda Rasul SAW di Sidratul Muntaha. Di sana beliau bertemu langsung dengan Allah SWT, yg kemudian mendapat amanat berupa shalat lima puluh kali sehari semalam. Namun, dalam perjalanan pulang, beliau diminta oleh Nabi Musa AS untuk mohon keringan pada Allah dg alasan umat Muhammad SAW tidak akan mampu mengerjakan shalat 50 kali sehari semalam tiap harinya. Beliau pun mengikuti nasehat Nabi Musa tadi. Dan ahirnya shalat 50 kali itu diringankan oleh Allah hingga menjadi lima kali sehari semalam setelah berulang-ulang mohon kerinngaan.

    Namun, walaupun hanya lima kali, nilainya sama seperti 50 kali ibadah-ibadah umat terdahulu. Bagi umat Nabi Muhammad SAW, Allah memberikan keistmewaan tersendiri. Setiap amal kebaikan yg dikerjakan, pahalanya akan dilipat-gandakan sepuluh kali lipat. "Barang siapa bermaksud berbuat baik, tapi tidak terlaksana, dicatat baginya satu amal kebaikan. Namun jika niat baik tadi dikerjakan, dicatat baginya sepuluh kali amal kebajikan. Dan barang siapa yang bermaksud jahat, tapi tidak terlaksana, tidak akan dicatat baginya amal kejahatan tadi. Namun jika niat jahat tadi dikerjakan, dicatat baginya satu amal kejahatan".

    Pelajaran dalam Kisah Isra' & Mikraj

    Perjalanan Nabi Muhammad saw. dari Makkah ke Bayt Al-Maqdis, kemudian naik ke Sidrat Al-Muntaha, bahkan melampauinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu yg sangat singkat, merupakan tantangan terbesar sesudah Al-Quran disodorkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Peristiwa ini membuktikan bahwa sifat ilmu dan qudrat Allah meliputi dan menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang terbatas dan tak terbatas, tanpa batas waktu atau ruang.

    Kaum empirisis dan rasionalis, yang melepaskan diri dari bimbingan wahyu, dapat saja menggugat: Bagaimana mungkin kecepatan, yang bahkan melebihi kecepatan cahaya, kecepatan yang merupakan batas kecepatan tertinggi dalam continuum empat dimensi ini, dapat terjadi? Bagaimana mungkin lingkungan material yang dilalui oleh Nabi Muhammad SAW tidak mengakibatkan gesekan-gesekan panas yang merusak tubuh beliau sendiri? Bagaimana mungkin beliau dapat melepaskan diri dari daya tarik bumi? Ini tidak mungkin terjadi, karena ia tidak sesuai dengan hukum-hukum alam, tidak dapat dijangkau oleh panca indera, bahkan tidak dapat dibuktikan oleh patokan-patokan logika. Demikian kira-kira kilah mereka yang menolak peristiwa ini.

    Pendekatan yang paling tepat bagi kita –kaum muslimin- untuk memahami masalah ini adalah pendekatan iman. Inilah yang ditempuh oleh Abu Bakar AlShiddiq, seperti tergambar dalam ucapannya: "Apabila Muhammad yang memberitakannya, pasti benarlah adanya".

    Imam Al-Suyuthi berpendapat bahwa pengantar satu uraian dalam Al-Quran adalah uraian yang terdapat dalam surat sebelumnya Sedangkan inti uraian satu surat dipahami dari nama surat tersebut, seperti dikatakan oleh Al-Biqai'i. Dengan demikian, maka pengantar uraian peristiwa Isra' adalah surat yang dinamai Tuhan dengan sebutan Al-Nahl, yang berarti lebah.

    Mengapa lebah? Karena makhluk ini memiliki banyak keajaiban. Keajaibannya itu bukan hanya terlihat pada jenisnya, yang jantan dan betina, tetapi juga jenis yang bukan jantan dan bukan betina. Keajaibannya juga tidak hanya terlihat pada sarang-sarangnya yang tersusun dalam bentuk lubang-lubang yang sama bersegi enam dan diselubungi oleh selaput yang sangat halus menghalangi udara atau bakteri menyusup ke dalamnya, juga tidak hanya terletak pada khasiat madu yang dihasilkannya, yang menjadi makanan dan obat bagi sekian banyak penyakit.

    Lebah dipilih Tuhan untuk menggambarkan keajaiban ciptaan-Nya agar menjadi pengantar keajaiban perbuatan-Nya dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj. Lebah juga dipilih sebagai pengantar bagi bagian yang menjelaskan manusia seutuhnya. Karena manusia seutuhnya, manusia mukmin, menurut Rasul SAW adalah "bagaikan lebah, tidak makan kecuali yang baik dan indah, seperti kembang yang semerbak; dan tidak menghasilkan sesuatu kecuali yang baik dan berguna, seperti madu yang dihasilkan lebah itu".

    Dari sisi lain, dalam kumpulan ayat-ayat yang mengantarkan uraian Al-Quran tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj ini, berulang kali ditegaskan tentang keterbatasan pengetahuan manusia serta sikap yang harus diambilnya menyangkut keterbatasan tersebut. Simaklah ayat-ayat berikut: و يخلق ما لا تعلمون "Dia (Allah) menciptakan apa-apa (makhluk) yang kamu tidak mengetahuinya" (QS. Al Nahl: 8), إن الله يعلم و أنتم لا تعلمون "Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al Nahl: 74); dan و ما أوتيتم من العلم إلاّ قليلا "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit" (QS. Aly Isra': 85); dan banyak lagi lainnya.

    Itulah sebabnya, ditegaskan oleh Allah dengan firman-Nya (QS. Al Isra': 36):

    و لا تقْفُ ما ليس لك به علم إن السمع و الأبصار و الفؤاد كل أولئك كان عنه مسؤولا

    "Dan janganlah kamu mengambil satu sikap (baik berupa ucapan maupun tindakan) yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang hal tersebut; karena sesungguhnya pendengaran, mata, dan hati, kesemuanya itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban".

    Dari penjelasan kisah tersebut di atas, banyak pelajaran yg dapat kita ambil. Sekiranya waktu singkat khutbah Jum'at ini tidaklah cukup untuk menguraikan semuanya. Namun, dapat ambil beberapa hal yg terpenting darinya. Antara lain:

    1. konteks situasi terjadinya Isra' & Mi'raj pada kondisi rasul SAW yg sedang susah dan hampa. Berarti kesusahan dan kesedihan hanya bisa dihilangkan dengan mendekatkan diri pada Allah SWT. Bukan malah menenggak anggur merah.
    2. purifikasi / penyucian hati. Sekiranya jika hamba ingin benar-benar merasakan kehadiran Allah, kususnya dalam shalat, hendaknya ia membersihkan hatinya dari jenis penywakit hati dan menyuecikannya dg memperbanyak istighfar dan dzikir.
    3. rasul memiih susu dan menolak khamr, berarti setiap hamba yang berkehendak membersihkan dan menyucikan hatinya, ia harus menjaga dirinya dari menkonsumsi barang-barang haram dan hanya mengkonsumsi yg halal.
    4. perjalanan horisontal dan vertikal dalam Isra' & Mi'raj, berarti adanya amal duniawi untuk kepentigan ukhrawi. Artinya amal ibadah bukan terbatas hanya shalat, zakat, puasa dan haji saja. Namun di sana banyak amal-amal lain yg bisa dikategorikan ibadah kalau amal itu diniatkan karena Allah.
    5. rasul SWT sebagai imam para rasul terdahulu dalam shalat, berarti adanya pernyataan bahwa Nabi Muhammad SAW imam / pemimpin semua umat dari umat Ada AS sampai umat ahir zaman.
    6. kembalinya rasul SAW ke bumi lagi, berarti seorang pemimpin tidak boleh hanya bersenang-senang menikmati hasil yg diperlehnya. Namun ia harus benar-benar mengingat rakyat yg dipimpinnya dan memperjuangkan serta melindungi hak-hak mereka hingga merasa tenang, aman dan tentram.
    7. perintah shalat wajib lima waktu yg diterima langsung oleh Rasul SAW dari Allah SWT secara langsung, berarti shalat tersebut mempunyai banyak keistimewaan, kemulian dan rahasia yg mungkin belum terungkap sampai detik ini, yg tercover dalam beberapa pertanyaan. Kenapa perintah shalat diterima secara langsung? Kenapa harus di langit? Kenapa diperjalanannya singgah di tempat-tempat bersejarah nan suci, seperti bukit Sina'i dan Betlehem? Kenapa dengan kendaraan binatang? Padahal Malaikat Jibril dg kemampuannya sangat mungkin mampu mengantarkan beliau bertemu Allah tanpa kendaraan dll.

    Demikian penjelasan singkat tentang peristiwa Isra' & Mi'raj. Pristiwa yg mampu menggambarkan perjalanan hidup manusia di dunia dengan singkat dan mampu memberikan tuntunan yg benar bagi mereka yg mau mempelajarinya. Dan yg terpeting dari peristiwa tersebut adalah datangnya perintah shalat lima waktu yg merupakan tiang agama kita yg harus kita tegakka dan kerjakan di manapun dan kapanpun berada.

    Refrensi

    Al Qur'an Digital. Versi 2.0.

    Syarh Shahih Muslim. Al Imam al Hafidh al Thabari.

    Artikel "Makna Isra' & Mikraj". Prof. Dr. Quraisy Syihab.

    Artikel "Dari Pembatalan Piagam Madinah Sampai kepada Isra' Muhammad SAW". M. Husain Haikal.

    Artikel "Isra' & Mikraj". Syamsi Ali.

    Artikel "Isra' & Mikraj: Mukjizat, Salah Tafsir dan Makna Pentingnya". T. Djamaluddin.

0 comments:

Leave a Reply

Monggo dikomentari ...