• Nabi Nuh Bapak Manusia Kedua

    NABI NUH AS
    BAPAK MANUSIA KEDUA

    BY: Anas Mas'udi El Malawi


    Pendahuluan

    "Maka aku katakana pada mereka : Mohon ampunlah kepada Tuhanmu! Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan yg deras kepadamu, dan membanyakkan harta serta anak-anakmu, dan (juga) menciptakan kebun-kebun yg di dalamnya terdapat sungai-sungai (yg mengalir)" (QS. 71 : 10-12).

    Dunia adalah rumah ujian bagi umat manusia. Dunia adalah sawah dan ladang aherat. Jika kita menanam kebaikan di dalamnya, kehidupan kita di aherat akan dipenuhi dengan kesenangan dan dihiasi dengan kebahagiaan. Namun jika kita menanam kebathilan dan kemunkaran, akan kita temui kehidupan di aherat sangat panas menyakitkan dan melelahkan, hingga kita kelak berteriak-teriak agar dikembalikan ke dunia dan berjanji akan berbakti pada Tuhan. Namun saat itu keluh kesah sudah tak berarti sama sekali. Hanya amal yg akan menemani kita dan menerangi kehidupan aherat kita.
    Untuk itu, manusia tidak mungkin mampu menghindar dari zig-zag kehidupan dunia yg dipermainkan zaman, jika ia tidak membaca sejarah kaum terdahulu. Sebab manusia adalah anak zaman dan anak lingkungannya. Dengan menelaah sejarah kaum terdahulu dia bisa meniru bagaimana bisa menyelamatkan diri dari panasnya kemelut kehidupan dunia dan terlebih utama bagaimana cara menyelamatkan diri dari keganasan hidup di aherat kelak.
    Dalam kisah nabi Nuh as kita bisa mempelajari banyak hal yg terjadi dalam kehidupan. Kita akan tahu bagaimana kita bergaul dengan sesama? Bagaimana kita berkomunikasi dengan Sang Pencipta alam semesta? Bagaimana cara kita menghadapi problematika kehidupan yg semakin lama semakin memanas dengan api kemungkaran yg merajalela. Di sini kita bisa merenung bersama dan mengambil hikmah dari sejarah nabi Nuh as.

    Mengenal Nabi Nuh AS
    Nabi Nuh adalah bapak manusia kedua setelah Adam as, bahkan bisa dikatakan ia adalah bepak umat muslim kedua. Ia disebut bapak manusia dan umat muslim kedua karena seluruh penduduk bumi hanyut ditelan banjir topan saat itu kecuali 80 orang yg selamt bersama nabi Nuh dalam kapalnya. Bagitu juga ke 80 orang tadi keimanannya semakin kuat dan yakin setelah menyaksikan langsung kekuasaan Allah dan kebenaran ajaran nabi Nuh as. Mereka semakin patuh dan tunduk pada perintah nabi Nuh.
    Nabi Nuh adalah keturunan nabi Adam as yg ke 10, ialah Nuh Ibn Lamik Ibn Mettiusyaleh Ibn Akhnukh (Idris; dlm Islam) Ibn Yarid Ibn Mahlal'il Ibn Qeinan Ibn Anousy Ibn Syits Ibn Adam. Dalam sejarah dikatakan bahwa setelah Nuh lahir, bapaknya (Lamik) hidup selama 595 th, kemudian meninggal pada usia 780 th. Nabi Nus as menikah dengan perempuan dari kerabatnya, yaitu Amdzarah Binti Barakeil Ibn Mihweil Ibn Akhnukh (Idris) Ibn Yarid Ibn Mahlal'il Ibn Qeinan Ibn Anousy Ibn Syits Ibn Adam saat berusia 500 th.
    Nabi Nuh dikaruniai Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.

    Kaum Nabi Nuh
    Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" (masa kekosongan) di antara dua rasul. Di mana biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka lantas mereka kembali pada syirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
    Demikianlah kaum nabi Nuh tidak luput dari perihal tersebut, sehingga ketika nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala dan patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.
    Berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan gaib di atas manusia itu diberi beberapa nama kusus menurut kehendak dan selera kebodohan mereka. Kadang-kadang mereka menamakan berhala tersebut dengan nama " Wadd " dan " Suwa' ", kadangkala " Yaghuts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Ya'uq " dan " Nasr ". (lihat QS. 71: 23)


    Dakwah Nabi Nuh AS
    Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis dengan bijak dan penuh kesabaran. Ia mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala untuk kembali kepada tauhid menyembah Allah SWT Tuhan sekalian alam. Kemudian mengajak mereka untuk melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
    Nabi Nuh berupaya menarik perhatian kaumnya dengan mengajak mereka untuk merenungi alam semesta yang diciptakan oleh Allah SWT, melihat langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, beraneka tumbuh-tumbuhan dan air mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pergantian malam menjadi siang dan sebaliknya. Di mana semua itu bisa dijadikan bukti dan tanda nyata akan ke-esa-an Allah SWT yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.
    Di samping itu Nabi Nuh juga memotivasi mereka dengan mengatakan bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima oleh manusia bagi setiap amalnya di dunia, yakni surga bagi yg berama baik dan neraka bagi yg melanggar perintah agama, baik melakukan kemungkaran maupun kemaksiatan.
    Mereka bertahun-tahun menyembah berhala dan mengkultuskannya. Mereka sangat yakin bahwa berhala-berhala tersebut bisa mendatangkan keberuntungan dan menolak bahaya serta segala problematika kehidupan mereka adukan pada berhala-berhala tadi. Mereka tidak hentinya menyebut nama-nama berhala tersebut (Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr). Di mana nama-nama tadi dulunya adalah nama-nama orang salih yg hidup sebelum mereka dan mereka meyakini ornga-orang tadi bisa memberi berkah dalam hidupnya. Hingga sampai mereka mengkultuskan nama-nama itu yg ahirnya dijadikan sebutan bagi nama-nama dewa/berhala mereka.
    Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka. Namun ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya. Menurut beberapa riwayat jumlah mereka tidak lebih dari seratus orang. Ada beberapa riwayat dari sejarawan muslim yg mengatakan bahwa jumlah mereka ada 80 orang yg terdiri dari nabi Nuh, ketiga anaknya (Sam, Ham dan Yafits) beserta isteri-isteri mereka.
    Selain mereka ada 73 orang dari keturunan nabi Sits. Keturunan Qabil dan Habil lenyap tenggelam oleh banjir topan. Mayoritas pengikut nabi Nuh adalah orang-orang miskin yg berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang kaya yg berkedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh bahkan mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, sampai mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan menggagalkan usaha dakwah Nabi Nuh.

    Dialog Nabi Nuh Dengan Kaumnya
    Kaum nabi Nuh berkata : "Bukankah engkau hanya seorang dari kami dan tidak berbeda dari kami sebagaimana manusia biasa. Jika betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, niscaya Allah akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya, bukan manusia biasa seperti engkau yg hanya dapat diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani dan orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat. Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak. Mereka mengikutimu secara buta dan tuli tanpa memikirkan dan menimbang masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Coba jika agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau ajukan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah yg mengikutimu terlebih dahulu, bukannya orang-orang yang mengemis seperti pengikut-pengikutmu itu. Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup. Kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripada kamu tentang semua hal. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahwa engkau adalah pendusta belaka".
    Nabi Nuh menjawab ejekan kaumnya tadi seraya berkata : "Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakanku dan tetap menutup mata dan telinga terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku serta tetap mempertahankan pendirianmu yang sesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki. Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mau kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepadaku, maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya terhadap kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanah-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan siksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki. Dia pula yang berkuasa menurunkan siksa dan azab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Maha Penyayang".
    Mereka menimpali ucapan nabi Nuh dengan mengemukakan syarat berkata : "Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka, duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin".
    Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata : "Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tanpa pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan ataupun buruh ,di antara penguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat kuharapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan dariku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahwa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sehat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat".
    Oleh karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka: "Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah (adu argument) dan berdebat. Cukup sudah kami berdialog dan mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu pada kami. Datangkanlah apa yang benar-benar bisa membuktikan bahwa engkau adalah orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."

    Senjata Pamungkas Nabi Nuh AS
    Setelah berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh (950) tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa, memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat derajat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan kodratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka hidup saling mengasihi dan menyayangi, tolong-menolong di antara sesama manusia. Namun dalam waktu yang cukup lama itu, nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya untuk beriman, bertauhid dan beribadah kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang.
    Walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-upaya dan usahanya yg sangat maksimal dengan penuh kesabaran dan kesulitan dalam menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan serta makian kaumnya, nabi Nuh tetap berusaha untuk tabah dan bertahan berharap akan datang masanya di mana kaumnya akan sadar dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Namun harapan itu hanyalah sebatas harapan, hingga harapan itu makin hari makin berkurang. Sinar iman dan takwa tampak tidak akan bisa menebus ke tembok hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Sebagaimana termaktub dalam al Qur\an : "Sesungguhnya tidak akan ada orang dari kaum itu mengikutimu dan beriman padamu kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan".
    Dengan adanya penegasan firman Allah tersebut, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ahirnya nabi Nuh as mengeluarkan ajian pamungkasnya yg berupa doa mustajab memohon kepada Allah agar menurunkan azab-Nya pada kaumnya yang berkepala batu seraya berseru :"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu. Jika Engkau biarkan mereka tinggal, mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt.mereka". Doa Nabi Nuh pun dikalbulkan oleh Allah dan tidak perlu lagi menghiraukan kaumnya, karena mereka akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam. Kemudian nabi Nuh mendapat wahyu untuk membuat kapal sebelum azab diturunkan sebagaimana Allah memberi wahyu pada nabi Luth untuk keluar meninggalkan kampung halamannya sebelum fajar datang agar selamat dari azab tersebut.

    Nabi Nuh AS Membuat Kapal
    Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut. Kemudian dengan mengambil tempat di luar yg agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan untuk menyelesaikan kapalnya, tetap saja ia tidak luput dari ejekan dan cemoohan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja pembuatan kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan: "Wahai Nuh! Sejak kapan engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu? Kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal? Dan kapal yang engkau buat itu berada di tempat yang jauh dari air. Apakah kamu berharap kapalmu itu akan ditarik oleh kerbau ataukah mengharap angin yang akan menarik kapalmu ke laut?
    Semua ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh disikapi dengan dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah! Tunggu saja saatnya nanti. Jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami, maka akan tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah yg akan menimpa kamu".

    Banjir Topan Datang
    Setelah selesai dari pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, nabi Nuh menerima wahyu dari Allah :"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu! Jika tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda daripada-Ku, segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan berlayarlah dengan izin-Ku".
    Kemudian tercurahlah dari langit dan memancar dari bumi air yang sangat deras dan dahsyat yang dalam sekejap telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa, menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh nabi Nuh atas perintah Allah.
    Dengan iringan "Bismillahi majreiha wa mursaha" belayarlah kapal nabi Nuh menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihat orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkraman maut yang sudah siap menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.

    Putera Nabi Nuh AS, Kan'an Hanyut Ditelan Topan
    Ketika nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu.
    Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang. Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya : "Wahai anakku! Datanglah kemari dan bergabunglah bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang merupakan hukuman Allah".
    Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang : "Biarkanlah aku! dan pergilah! Jauhilah aku! Aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu, Aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini".
    Nabi Nuh menjawab : "Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Siapapun tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dan ampunan-Nya". Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincir ke bawah lautan air mengikuti kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
    Nabi Nuh sedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah : "Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan ia adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa". Kamudian Allah berfirman : "Wahai Nuh! Sesungguhnya puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu. Hapuslah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu dan mengikuti jalanmu serta beriman kepada-Ku yg dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya mengikuti tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh".
    Nabi Nuh segera sadar setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sadar bahwa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat menyesali kelalaian dan kealpaannya itu. Kemudian ia menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru : "Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat. Ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang tidak aku ketahui. Ya Tuhanku! Jika Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku menjadi orang yang rugi".

    Banjir Topan Reda
    Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh :"Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu".
    Ibn Abbas meriwayatkan bahwa setelah nabi Nuh dan kaumnya yg beriman turun dari kapal pada 10 Muharram ('Asyuro'), ia membangun rumah untuk masing-masing pengikutnya sejumlah 80 rumah. Kemudain perkumpulan tersebut dinamakan "Suq Tsamanin" (pasar 80). Semua keturuan Qabil binasa.
    Nabi Nuh saat peristiwa topan berlangsung sampai surutnya berusia 600 tahun dan hidup setelahnya selama 350 tahun. Selama itu ia berdakwah hanya berhasil mengajak 80 orang saja yg kemudian berkembang biak. Semua manusia pasca banjir topan dalam keadaan beriman dan imannya semakin kuat dengan adanya peristiwa tersebut.

    Ajaran Nabi Nuh AS
    Pada masa nabi Nuh as syariat Allah masih sebatas akidah karena populasi penduduk dunia relatif sedikit. Adapun ajaran akidah yg ada pada saat itu adalah :
    1. Peng-esa-an Allah. 2. Risalah Tuhan. 3. Hari Ahir. 4. Hari Kebangkitan. 5. Hari Perhitungan amal. 6. Adanya neraka dan kekalnya penghuni di dalamnya. 7. Adanya surga dan kekalnya penghuni di dalamnya. 8. Adanya dosa dan balasan. 9. Istighfar dan Taubat. 10. Adanya malaikat. 11. Adanya azab bagi pelaku maksiat.

    Ayat-Ayat Tentang Kisah Nabi Nuh As
    Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surat, di antaranya surat Nuh dari ayat 1 hingga 28, juga dalam surat "Hud" ayat 27 hingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka. Ayat-ayat tersebut antara lain :
    1. QS. Aly Imran : 33.
    2. QS. Al Nisa' : 163.
    3. QS. Al An\am : 83-84.
    4. QS. Al A'raf : 59-64.
    5. QS. Yunus : 71-73.
    6. QS. Hud : 25-49.
    7. QS. Al Furqan : 37.
    8. QS. Al Anbiya' : 76-77.
    9. QS. Al Syu'ara : 105-122.
    10. QS. Al Ankabut : 14-15.
    11. QS. Al Shaffat : 71-82.
    12. QS. Al Dzariyat : 46.
    13. QS. Nuh : 1-28.
    14. QS. AL Qomar : 9-16.
    15. QS. Al Mukminun : 23-30.
    16. QS. Ghafir : 5-6

    Penutup
    Demikian sejarah nabi Nuh yg dapat penulis uaraikan. Dari sana mungkin bisa kita petik beberapa hikmah bahawa hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan (iman) atau penamaan aqidah dan pendirian (keyakinan) adalah lebih erat dan lebih berkesan daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan, walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
    Hal tersebut dapat menguatkan pemahaman firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud :"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara", dan hadis Rasulullah s.a.w.yang artinya : "Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri", juga peribahasa yang berbunyi : "Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu".
    Semoga sejarah tersebut bisa menjadi renungan bagi setiap pembaca dan dapat menambah kesadaran akan beragama hingga termotivasi untuk mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Penulis juga berharap majelis ta'lim ini kelak bisa menjadi seperti kpalnya nabi Nuh yg mampu menyelamatkan jamaah dari ganasnya gelombang kehidupan yg semakin membumbung tinggi, amiiin. Untuk mengahiri tulisan ini penulis ucapkan "Hadaanallahu wa Iyyakum Shirathahul Mustaqim, Shirathal Anbiya\ wal Mursaliin", amiin.

    Refrensi
    1. Al Qur'an al Karim (terjemah).
    2. Qishash al Quran al Karim. Prof. Dr. Fadli Hasan Abbas. Dar al Furqan. Oman-Yordan.
    3. Qishash al Quran al Karim. Muhammad Ahmad Jadd al Maula.
    4. Majma' al Bayan al Hadits, Qishash al Anbiya' fi al Quran al Karim. Samih Athif Zen. Dar al kitab. Lebanon.
    5. Qishash al Anbiya. Ibn Jarir al Thabary. Al Dar al Mishriyyah al Lubnaniyyah.
    6. Al Irtibath al Zamani Bain al Anbiya wa al Rusul. Dr. HM, Washfi.
    7. Beberapa situs Islam;
    www.negerimusnah.com, www.ensiklopedia.com, dll.

0 comments:

Leave a Reply

Monggo dikomentari ...