• Toleransi Dalam Islam

    TOLERANSI DALAM ISLAM
    Ada hal yang sangat penting yang ingin saya sampaikan, yaitu oleh-oleh dari perjalanan saya ke luar negeri. Saya sudah berpuluh-puluh kali pergi ke luar negeri, akan tetapi maknanya tidak sebobot perjalanan kali ini. Di sini ada penglihatan, pemikiran, dan pengalaman yang sangat berharga untuk kita telaah dalam posisi kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 28 Januari 2007, saya dari Jakarta menuju London, di sana bertemu Menlu dan Direktur British Counseling. Bertujuh saya ke sana untuk mempromosikan Islam yang wasathin (moderat) atau yang terkenal dengan istilah Rahmatan lil 'Alamin, karena itu yang otentik di dalam Al-Qur'an. Adapun yang dimaksud dengan sikap moderat (wasathiyah) adalah: Keseimbangan antara keyakinan yang kokoh dengan spase toleransiToleransi ada dua macam: 1.Toleransi intern umat Islam. Tolerasi ini yang biasa kita sebut (bagi kamu amalan kami dan bagi kalian amalan kalian). Misalnya; Ada yang shalat shubuh dengan membaca qunut dan ada yang tidak. Semua itu adalah alternatif. Dulu, para pemimpin Muhammadiyah dan NU itu tidak meributkan masalah qunut karena sama-sama ngerti, misalnya pada zaman Pak Idham dan Pak Buya Hamka. Sekarang, anak-anak Nu dan Muhammadiyah juga tidak ribut soal qunut karena sudah tidak shalat shubuh, berarti qunutnya lewat. Ini adalah tasamuh (toleransi) di antara muslimin. selama tidak ada inhiraf (keluar dari batas syari'at). Tasamuh bisa diartikan mau memegangi pendapat sendiri, akan tetapi mau mengerti pendapat saudaranya sesama muslim. Jadi, jangan memonopoli kebenaran, kecuali yang bersifat qath'iy. Kalau masih bersifat dzanny, yaitu sesuatu yang termasuk daerah pemikiran dan daerah ijtihad, maka harus ada keseimbangan di antara ilmu dan toleransi. 2. Toleransi umat Islam dengan Non muslim. Kenapa harus ada toleransi terhadap non muslim?, karena di dalam Islam itu kalau diibaratkan rumah, di sana ada teras yang bisa dipakai untuk mengerti non-muslim. Mengerti bukan berarti setuju. Kalaupun kita memaksa umat Kristen untuk masuk Islam, itu sia-sia saja, karena Islamnya tidak sah. Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah : 256Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.Surat Al-Qashshash : 56Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.Yang bisa kita lakukan adalah berdakwah kepada mereka sebisa-bisanya. Adapun mereka mau menerima atau tidak, semua itu adalah urusan Allah SWT. Bagian kedua yang akan saya bahas adalah tentang sunnatullah yang bergerak lintas batas. Sunnatullah ini bukan terbatas pada Islam saja, akan tetapi berlaku lintas batas. Bahkan sunnatullah ini bukan hanya berlaku untuk muslim dan non muslim, namun juga berlaku untuk semua manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Contoh sunnatullah: Orang kristen yang sekolah di fakultas kedokteran, bisa menjadi seorang dokter. Sedangkan orang NU yang tidak sekolah di fakultas kedokteran, menjadi dukun saja sudah Alhamdulillah. Artinya sunnatullah ini berjalan pada sifat Rahman, tidak pada sifat Rahim. Di dalam suatu Hadits, Rasulullah bersabda: Kalimat Hikmah itu adalah barang orang mukmin yang hilang, dimanapun dia menemukannya, dia lebih berhak untuk memilikinya. (Hadits Gharib dalam Kitab Sunan At-Tirmidzi)Hikmah itu adalah inti ilmu. Misalnya; Inti hukum adalah keadilan, jadi hikmah hukum itu adalah keadilan. Namun kadang-kadang ilmu dan hikmah itu terpisah, misalnya; Ada law (hukum), namun tidak ada justice (keadilan). Hikmah itu milik umat Islam. Kalau hikmah iu tidak ada pada kamu, dan ada pada orang lain; berarti hikmah itu ketelesot di sana, dan ambillah hikmah itu. Jangan karena hikmah itu di berada di luar muslim, lalu kamu merasa hikmah itu milik orang kafir. Karena ilmu itu sifatnya bukan teritorial, melainkan substansial. Contoh: Ketika saya berada di Arab, kalau janji itu tidak pernah tepat. Kalau orang Arab sudah ngomong "bukrah" (besok), berarti dia tidak datang. Suatu saat saya diundang menghadiri turats (peringatan) Raja King Abdul 'Aziz. Ketika saya sudah pakai dasi, dan sudah mau berangkat; ternyata di bawah pintu kamar saya, diselobo'i sebuah pengumuman yang menyebutkan bahwa pembukaan acara turats ditunda dua hari lagi, karena ketua panitia masih berada di Prancis. Hal yang begini ini tidak bakal terjadi di Eropa!. Kalau saya punya janjian pada jam 7 pagi tepat, maka ketika jam tujuh kurang lima menit, pintu tempat perjanjian masih belum dibuka. Begitu masuk jam tujuh tepat, baru pintu itu dibuka. Artinya; ketepaan waktu itu ada di sana, tidak ada di sini. Ketepatan waktu itu Islami. Jadi, aqidah ada di sini, namun mu'amalah ada di sana. Mereka juga disiplin. Ketika ada lampu merah, warga eropa itu berhenti sak anjing-anjingya. Jadi, kalau ada orang Islam di eropa yang menerjang lampu merah, berrati dia lebih rendah dari anjing. Begini ini harus kita akui.Saya berangkat ke Inggris untuk mempromosikan Islam yang samhah (Islam yang natural), sebelum mereka tertarik oleh kepentingan kiri-kanan. Ternyata Islam yang saya bawa ini laris, karena di sana sering terjadi bentrok dan masjid dibakar, karena khatib-khatib di sana isi khutbahnya menyerang terus kepada konstitusi. Tentu Negara merasa keberatan, sehingga para Khatib itu ditangkap. Rupanya para Khatib itu tidak bisa memberi penjelasan, sehingga ngebon kita untuk memberi penjelasan. Setelah tiga hari di Inggris, tidak ada yang istimewa di sana. Di sana kami juga memberi masukan kepada negara Barat bagaimana supaya citra Islam tidak dirobek-robek seperti sekarang ini.Dari Inggris langsung menuju ke Beirut, Libanon. Saya bersama Menlu Hasan Wirayudha dan Bapak Ali Alatas. Kami bertiga berangkat ke Beirut dengan mengemban misi: * Mencari solusi penyelesaian konflik Hamas-Fatah di Palestina; * Meninjau Pasukan Garuda yang ikut menyanggah keamanan di Libanon * Mencari jalan keluar untuk mengurangi bentrok etnis dan bentrok madzhab di Iran yang sekarang sedang dikobarkan oleh Amerika, yaitu pertempuran antara Sunni dan Syi'ah. Akhirnya kami berbagi tugas. Menlu Hasan bertugas menemui pejabat-pejabat, mulai dari presiden, perdana menteri bahkan para menteri. Kalau saya pas longgar, saya ikut Menlu sebagai mustami'. Adapun tugas saya adalah menemui para ulama' yang kereng-kereng dan 'tukang perang'. Pengalaman ini adalah suatu hikmah yang besar bagi saya. Dari sana, saya menjadi tahu bahwa umat Islam sekarang ini masih jauh dari pelaksanaan agamanya sendiri, terutama dari bidang ilmu, ekonomi, persatuan, dan keadilan. Yang dekat cuma berteriak Allahu Akbar-nya saja, akan tetapi model way of life-nya tidak ada.Misi pertama yang kita urusi adalah bentrok Hamas-Fatah. Fatah ini adalah organisasi penjelmaan dari PLO (Palestinan Liberation Organization). PLO dulu dipimpin oleh Al-Maghfurlah Yasser Arafat. Kemudian PLO ini menjelma menjadi Fatah yang merupakan fraksi terbesar di Palestina. Adapun keberhasilan yang sicapai oleh Yasser Arafat adalah internasionalisasi masalah Palestina. Pada mulanya, konflik Israel-Palestina itu dianggap oleh Israel sebaga "urusan saya dengan kamu". Namun kemudian oleh Yasser Arafat diputer begitu rupa dan diworo-woro bahwa karena faktor penjajahan, Israel harus diusir dari Palestina. Kampanye ini kena (berhasil), sehingga terjadilah isolasi dunia terhadap Israel.Karena yang dilawan (Israel) ini terlalu kuat, maka Yasser Arafat mengambil jalan diplomasi, bukan jalan perang. Akhirnya dia berdiplomasi dengan Israel dan Amerika. Dasar Israel, ya percuma, mereka hanya janji-janji palsu. Ibarat air di daun keladi; sekalipun mennggenang, tidak pernah berbekas. Jalur diplomasi ini tidak pernah beres, sampai Yasser Arafat wafat. Karena garis diplomasi ini gagal sampai Yasser Arafat wafat, maka rakyat Palestina berpindah haluan ke Hamas. Hamas ini sifatnya lebih keras dan tidak ada kompromi. Yang penting perang, kalah atau menang, akhirnya mereka kalah terus. Hamas juga tidak mengakui eksistensi Israel, sedangkan kalau Fatah itu mau melakukan koo-eksistensi Israel. Jadi, bagi fatah, di situ negara Israel dan di sini negara Palestina. Adapun bagi Hamas, pokoknya Israel harus bubar. Pendapat ini sama dengan Ahmadinejad yang berkata; "Israel itu dibusek saja dari peta, karena ngaco tok kerjaannya". Oleh karena itu, Hamas selalu diberi bantuan oleh Iran secara diam-diam.Dalam konflik Israel dan Palestina, sebenarnya oleh dunia Barat, Pelestina itu disokong dan dikasih duit. Namun duit itu bukan duit sumbangan, akan tetapi duit pengembalian pajak dari warga Palestina yang ditarik pajak oleh Israel. Namun ketika Hamas menang pemilu, duit tersebut tidak diberikan kepada Hamas, melainkan dikasihkan kepada Fatah, sehinggaa terjadi eker-ekeran antara Hamas dan Fatah. Jadi, di tengah-tengah perjuangan itu selalu ada godaan-godaan duniawi. Karena Fatah merasa kalah pemilu, maka duit tadi dipakai oleh Fatah untuk benturan dengan Hamas. Akhirnya terjadilah kontak senjata antara Fatah dan Hamas. Pada akhirnya, baik Hamas maupun Fatah sama-sama kalah, sehingga yang menang adalah Israel. Sebenarnya Rasulullah SAW juga pernah kalah perang. Jangan kita bayangkan beliau itu menang terus dalam perang. Beliau pernah kalah perang pada saat Perang Uhud. Pada mulanya umat Islam menang, namun setelah merasa menang, pasukan perang yang gragas tergoda untuk mengambil harta rampasan perang, terutama wanita-wanita yang klimis-klimis. Akhirnya ketika para pasukan yang tamak ini berada pada posisi di bawah, maka posisi di atas diambil alih oleh pasukan kafir, kemudian mereka menyerang dari arah atas, sehingga pasukan Islam korat-karit. Sayyidina Hamzah gugur pada perang Uhud ini. Setelah komando dipegang lagi oleh Rasulullah SAW, umat Islam baru menang. Di sini terbukti, bahwa ketika Rasulullah SAW masih hidup saja, umat Islam akan kalah dalam perang kalau lebih berpikir duniawi, apalagi ketika beliau sudah wafat!. Nah, bagaimana caranya supaya Indonesia – saya tidak membawa nama NU, karena terlalu kecil – sedikit banyak bisa mempunyai andil dalam 'itisham bainal muslimin (persatuan di kalangan umat Islam)?. Alhamdulillah, saya bisa ketemu dengan Komando tertinggi Hamas yang masih dalam status pelarian. Komando ini ada di Damaskus, dan namanya adalah Khalid Ismail. Saya mengalami kesulitan untuk menemuniya, karena lapisan 'banser'-nya sangat banyak dan lebih gagah dari banser NU. Kalau Banser NU itu hormat tapi angop; Kalau disuruh jaga, malah ndodok; Merokok, tapi dengan rokok tapi eceran. Sedangkan 'banser'-nya Hamas ini bagus, gagah, tinggi, sigap, dan terlatih. Setelah berkali-kali melewati pos, akhirnya saya bisa bertemu Khalid.Di sana Khalid bercerita tentang betapa beratnya penderitaan bangsa Palestina yang dijajah, dibunuh, diinjak, dan semua ulama'-nya ditembaki oleh pasukan Israel. Bahkan sekarang ini, kabinet Palestina ditangkap oleh Israel, sehingga para Menteri harus mendekam di penjara Israel beserta anggota 'DPR'-nya. Untung DPR di sini selamet, sehingga bolak-balik njalok rapelan. Yang tersisa hanyalah Perdana Menteri dan Presiden. Khalid bercerita mengenai kesadisan Israel dan penderitaan yang dialami bangsa Palestina. Setelah itu, dia bercerita alasan bentrok dengan Fatah. Khalid menuduh Fatah sudah menjadi kaki-kanan Amerika. Semua dana bantuan diberikan kepada Fatah, sedangkan Hamas tidak diberi bagian. Menurut Khalid, anak buahnya banyak yang ditembaki oleh Fatah, sehingga Hamas terpaksa melawan. Selain itu, Khalid juga mengeluh kenapa bangsa Palestina kok tidak bisa bersatu dan kenapa dunia Arab kok tidak bisa bersatu untuk mendukung Palestina, mereka selalu saja ada yang pro dan kontra terhadap Amerika. Khalid juga menyatakan bahwa Dunia Internasional tidak pernah berpihak kepada Palestina, akan tetapi selalu berpihak kepada Israel. Kalau PBB berpihak kepada Palestina, lalu Israel tidak mentaatinya, namun tidak ada sanksi apapun bagi Israel. Akan tetapi kalau bangsa di luar Israel, maka seluruh dunia akan menyerang siapa yang menyalahi resolusi PBB. Setelah selesai bercerita, ganti saya yang menjawab. Saya sendiri menyebut Khalid dengan sebutan Brother atau Sayyidul Akhi. Saya berkata: "Saya sudah mendengar dan merasa simpati atas penderitaan Palestina, terutama Hamas, apalagi satu-persatu ulama' dibunuh oleh Israel. Akan tetapi hendaknya diketahui kalau Palestina itu dijajah selama 60 tahun, sedangkan Indonesia itu dijajah selama 350 tahun. Kira-kira banyak mana korbanya?". Khalid mulai terdiam. Jadi berapa banyak syuhada' dan mujahidin Indonesia yang gugur, mulai dari Perang Padri, Perang Diponegoro, sampai Si Pitung, mereka tidak bisa mengalahkan penjajah. Pangeran Diponegoro pun akhirnya kalah, dicurangi oleh Belanda. Kemudian Pangeran Diponegoro dibuang ke Makassar dan dipenjara dalam penjar berbentuk gua yang hanya cukup untuk orang jongkok, tapi tidak cukup untuk digunakan berdiri. Setelah lima tahun berada di situ, Pangeran Diponegoro wafat. Demikian juga dengan para pahlawan yang lain, mulai dari Teungku Umar, Teungku Cik Di Tiro, sampai Imam Bonjol yang juga dibuang ke Sulawesi Utara. Saya bercerita kepada Khalid: "Kami baru merdeka setelah ada persatuan Indonesia. Jadi, jihad kita adalah mempersatukan barisan. Mana yang Islam, yang Kristen, yang Nasionalis, yang Kebathinan, dsb. Seluruhnya bersatu untuk melawan Belanda, akhirnya kami memperoleh kemenangan, setelah Belanda dikalahkan oleh Jepang. itupun harus menunggu Hirosima dan Nagasaki dibom terlebih dulu oleh sekutu". Setelah mendengarkan cerita saya, Khalid terdiam. Jadi yang paling mahal dalam berjuang adalah persatuan, karena para penjajah tidak pernah takut dengan senjata, karena mereka mempunyai senjata yang lebih baik. Para penjajag itu hanya takut terhadap persatuan dan ma'unatullah. Saya lanjutkan; "Sekarang kalau Anda berseberangan dengan Fatah, berarti Anda sudah menyatakan kekalahan terhadap Israel". Pertemuan ini terjadi pada tanggal 4 Februri 2007, sedangkan pada tanggal 5 Februari 2007, Khalid harus berangkat ke Makkah untuk mengikuti perundingan. Alhamdulillah, saya ke sana tepat waktu atau muqtadhal hal. Umpama saya telat sehari saja, tentu tidak bisa menemui Khalid. Setelah itu saya mendengar bahwa di Makkah ada perundingan dan kesepakatan. Alhamdulillah ada perbedaan, sekalipun belum penyelesaian. Jadi apa yang terjadi di dalam Islam saat ini seperti yang dikatakan di dalam Al-Qur'an. Kalau umat Islam ingin menang, maka bersatulah, karena kalau bercerai berai, umat Islam pasti akan kalah. Jadi, jangan dikira kalau orang Islam itu mesti menang, meski tidak bersatu. Hal itu tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu setiap janji Allah SWT pasti bersyarat, dan setiap Rahmat Allah pasti meminta tanggung jawab. Jadi, tidak mungkin ada nashrullah (pertolongan Allah SWT) tanpa ada ittihad (persatuan) dan istiqomah. Coba cari di dalam Al-Qur'an!, pasti tidak ada. Kalau Hamas dan Fatah dengan kondisi seperti sekarang ini bisa menang, berarti Al-Qur'an itu keliru. Untuk membuktikan kalau Al-Qur'an itu benar, maka Hamas dan Fatah yang tidak bersatu ini harus kalah. By: M. Rosyidin

0 comments:

Leave a Reply

Monggo dikomentari ...